GOWA, UJUNGJARI.COM — Dalam waktu dekat, pembangunan bendungan Jenelata di Kecamatan Manuju segera dilakukan. Terbukti rencana pembebasan lahan untuk lima desa yang akan ditenggelamkan nantinya, kini mulai diwacanakan.
Karenanya Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan pun membuat penegasan dan menjadi warning kepada masyarakat di lima desa yang bakal terkena pembangunan bendungan Jenelata tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bupati Gowa meminta agar masyarakat tidak menjual lahan atau tanahnya kepada pihak lain selain kepada pemerintah.
Hal ini diungkapkan Bupati Adnan saat kunjungan kerja di Desa Tassese, Kecamatan Menuju, Senin (8/4/2019) didampingi Wakil Bupati Gowa Abd Rauf Malaganni.
“Persoalan pembebasan lahan untuk pembangunan Bendungan Jenelata ini saya meminta agar warga Manuju jangan menjual tanahnya kepada orang lain selain pemerintah,” katanya.
Alasan Adnan, jika sampai masyarakat setempat mudah terbujuk untuk menjual tanah mereka lebih awal maka warga malah akan merugi. Sebab belum tentu lahan yang dibeli pihak lain itu akan menghargainya wajar.
“Yakinlah pemerintah akan membeli lahan atau tanah bapak ibu yang akan jadi wilayah pembangunan bendungan dengan harga yang wajar. Apalagi, saat ini sedang dilakukan taksasi oleh pihak appresial untuk menentukan harga tanah,” kata Adnan.
Menurut Adnan, pemerintah telah menyiapkan anggaran pembebasan lahan sebesar Rp 460 miliar dengan harapan dapat segera diserap berkaitan dengan pembebasan lahan tersebut.
Bendungan Jenelata ini akan menampung suplay air lima desa di Kecamatan Manuju, yakni Desa Moncongloe, Desa Bilalang, Desa Tanakaraeng, Desa Manuju dan Desa Pattallikang.
“Untuk anggaran pembangunan bendungan dibutuhkan sekitar Rp 3 trilyun melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019. Anggaran ini sudah termasuk anggaran pengerjaan bendungan dan pembebasan lahan,” jelas bupati.
Pembangunan Bendungan Jenelata di Kecamatan Manuju yang merupakan mega proyek Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) ini ditargetkan akan rampung pada 2022 mendatang.
Sebelumnya, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Je’neberang (BBWS PJ) Suparji mengatakan, disetujuinya pembangunan bendungan Jenelata ini berdasar hasil pertemuan pemerintah pusat, provinsi dan daerah dalam rangka rapat evaluasi penanganan bencana. Bendungan ini dianggap dapat berfungsi untuk mengendalikan bencana yang telah terjadi beberapa hari lalu di Sulsel khususnya di Gowa.
Lanjut dia, untuk luas lahan yang dibutuhkan diperkirakan sekitar 1.700 hektare (Ha) dengan kapasitas tampung volume waduk 246 juta meter kubik (M2) atau dibawah dari pada bendungan Bilibili sebesar 370 juta M2. Tak hanya itu, bendungan ini akan memberikan suplay di tiga daerah irigasi atau sebesar 23.690 Ha sehingga membantu suplay air dari bendungan Bilibili.
“Tentunya ini akan sangat membantu pencapaian intensitas tanam kedepannya yang mencapai 300 persen,” kata Supardji.
Bendungan Jenelata ini juga mampu mereduksi banjir dari 1.800 M2 per detik menjadi 760 M2 per detik atau mengurangi 50 hingga 60 persen reduksi air sehingga dapat dikendalikan. Tentunya, bendungan inilah yang akan dimaksimalkan menjadi pengendali banjir kedepan.
“Terjadinya banjir bandang pada 22 Januari lalu di Gowa dan sekitarnya, karena pada puncak hujan di pukul 12.00 Wita kondisi aliran sungai Jenelata memberikan suplay air 1.200 M2 per detik sedangkan kapasitas tampung alirannya hanya 736 M2 per detik. Sisanya inilah yang kemudian meluap menjadi banjir,” jelasnya.
Disebutkan juga bahwa bendungan ini selain menjadi waduk penampungan air juga akan memberikan pelayanan air baku sebesar 7,8 M2 per detik atau dapat melayani permintaan air baku ke 7,8 juta jiwa. Juga bisa menjadi potensi pembangkit tenaga listrik 0,4 Megawatt (MW).
“Manfaatnya memang sangat besar jika bendungan ini terbangun,” jelasnya. (saribulan)