MAKASSAR,UJUNGJARI.COM – Pasca Pemilu 2019, Anggota DPR RI Periode 2014-2019, Mukhtar Tompo, jarang muncul ke publik. Ternyata ia sedang fokus menyelesaikan Pendidikan Magister di dua kampus secara bersamaan.

Ia kuliah di Jurusan Magister Ilmu Politik Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, dan Magister Administrasi Publik di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Alhamdulillah, hari ini Jumat yang penuh berkah. Saya baru saja mengikuti Ujian Tutup Tesis di Unismuh Makassar,” jelas Mukhtar, di Kampus Unismuh Makassar, Jl Sultan Alauddin, Jumat, 27 Agustus 2021.

Dalam waktu dekat, lanjutnya, ia juga akan segera mempertanggungjawabkan tesisnya di UNAS Jakarta.

“Selama ini, saya fokus membantu teman-teman menyelesaikan studi, dengan memberikan akses beasiswa, baik S1, S2, maupun S3. Saking sibuknya, saya baru sempat fokus kuliah setelah purna tugas di Senayan,” tandas mantan Anggota Komisi VII DPR RI ini.

Mukhtar memilih jurusan Ilmu Politik di UNAS, untuk memperluas wawasannya seputar politik. Baginya, politik adalah panggilan jiwa untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi banyak orang.

“Saya ingin mendalami teori Ilmu Politik secara akademik dan menguasai kerangka konseptual, agar memahami fenomena perkembangan politik di Nusantara dan Dunia. Di UNAS,ada dua penekanan yang menjadi fokus, yakni kajian politik Indonesia dan ekonomi politik,” terang Mantan Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel ini.

Selain Ilmu Politik, saat ini Mukhtar juga mendalami Administrasi Publik. Baginya, Politik dan Adminsitrasi Publik itu ibarat Visi dan Misi. Ilmu Politik itu adalah Visi, Ilmu Adminsitrasi adalah Misi.

“Di Ilmu Politik UNAS, saya mempertajam visi politik, di Pasca Unismuh, saya belajar bagaimana menerapkan Good Governance dalam pelayanan publik yang tepat dan mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat. Jadi keduanya adalah ilmu Kepemimpinan,” tegas Pendekar Kepala di Perguruan Bela Diri Tapak Suci ini.

Awal Karir Politik
Keterpanggilan Mukhtar berjuang melalui jalan politik bermula dari kegemarannya berorganisasi sejak pelajar. Tercatat, ia merupakan aktivis Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di bangku Tsanawiyah DDI Kassi di Jeneponto.

Selanjutnya, ia bergabung di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) saat bersekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Sibatua Pangkep.

Saat mahasiswa, kegemarannya berorganisasi, ia salurkan melalui Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan merintis organisasi nasional Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (IMAMUPSI).

Setelah sarjana, Mukhtar merintis industri gula merah dari pohon lontara. Ia memberdayakan ribuan petani lontara agar memproduksi nira Lontara menjadi gula merah. Sebelumnya nira tersebut lebih banyak dijadikan Ballo.

Kesuksesan memberdayakan masyarakat inilah yang menjadi pintu kesuksesannya melenggang ke DPRD Sulsel (2009-2014). Di tempat inilah, Mukhtar menunjukkan talentanya sebagai Wakil Rakyat.

Sikap kritisnya membuat banyak dinas tak berani berbuat curang. Konstituen dirawatnya dengan setia.

Kiprah di Senayan

Sebelum berkiprah sebagai legislator DPR RI, Mukhtar sempat menjadi Staf Khusus Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Yuddy Chrisnandi.

Di Kementerian ini, ia banyak memberikan masukan bagi sang Menteri tentang pentingnya keberpihakan bagi para guru honorer dan petugas kesehatan kontrak di daerah terpencil. Keberpihakan dalam wujud pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Pada periode 2014-2019, ia duduk sebagai Anggota DPR RI di Komisi VII yang membidangi Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Riset dan Teknologi. Di Komisi inilah Mukhtar memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat Sulsel.

Tercatat, ia turut memperjuangan Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Jeneponto. Ia pula yang mendorong eksplorasi migas di Blok Karaengta Jeneponto.

Peristiwa yang membuat Mukhtar disorot banyak media nasional, maupun media di luar negeri, saat ia kerap bersuara lantang terhadap PT Freeport di Papua.

Bahkan ia sempat bersitegang dengan mantan Dirut Freeport Indonesia Chappy Hakim, yang merupakan mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).

Nelayan pun mendapatkan manfaat dengan kehadiran Mukhtar Tompo di Senayan. Sekitar 2000 unit Mesin dan konverter kit (Mesin dgn sistem gas LPG 3 Kg) telah dibagikan ke nelayan di Dapilnya.

Keberpihakan terhadap masyarakat miskin juga ia tunjukkan dengan mendesak Pertamina agar memberi label Tabung LPG 3 kg yang bersubsidi, diberikan label “khusus untuk masyarakat miskin”. Harapannya, subsidi tersebut betul-betul dinikmati masyarakat miskin.

Nira Lontara pun ia dorong bukan sekadar menjadi gula merah, melainkan menjadi Biodiesel, salah satu sumber energi terbarukan.

Namun berbagai program itu tidak terkawal lagi, setelah ia tak duduk di Komisi VII.

“Semoga saudaraku yang diberikan amanah rakyat bisa melanjutkan perjuangan yang telah kami rintis,” pungkas Mukhtar.

Meski tidak lagi duduk di Senayan, menurutnya, ia tetap akan berpolitik. “Meski tak di DPR lagi, saya tetap berkomunikasi dan memfasilitasi aspirasi konstituen,” jelasnya.

“Insyaallah kita akan berkolaborasi dengan teman-teman Ikatan alumni Habibie (IABIE), untuk memfasilitasi 1000 beasiswa S1-S3, dalam dan luar negeri,” kata Mukhtar.

Hingga saat ini, Mukhtar mengaku masih akan tetap berjuang di jalur politik bersama Partai Amanat Nasional (PAN).