ikut bergabung

Opini: Baperisasi Nasional, Menguatkan Diksi dari Sekadar Tren Istilah Menjadi Spirit Membangun Bangsa


Nasional

Opini: Baperisasi Nasional, Menguatkan Diksi dari Sekadar Tren Istilah Menjadi Spirit Membangun Bangsa

Munadi Marpa
(Ketua Yayasan Bina Insan Bangsa)

Baper alias bawa perasaan. Bahasa ini mungkin sudah sering kali kita dengar. Terkhusus dari segmen anak muda. Akronim itu memang lebih sering dikonotasikan mendekati negatif. yap, Diksi itu sering kali digunakan dalam mengungkapkan ekspresi kekecewaan terhadap sebuah kondisi. Atau dengan kata lain, kata itu menjadi sebuah pengungkap rasa kecewa.

Kali ini, tema yang kita angkat sepertinya sedikit nyeleneh. walau demikian, tema ini tak berarti tidak layak untuk kita ulas. Mengapa menjadi sedikit membahas perasaan ?, karena memang sekian lama ini, kita terlalu banyak melihat suatu tema atau kejadian dari perspektif nalar. Mungkin dikali ini, ada baiknya tinjauan kita coba ubah menjadi filsafat perasaan, hehehehe.

sepakat…, oke narasinya kita lanjutkan dengan balik ke topiknya, Karena kalau terlalu lama bahas perspektif, bisa-bisa kita akan tenggelam dalam perdebatan tanpa tujuan.

Berbicara tentang baper, atau sebut saja membawa perasaan memang harusnya menjadi sebuah hal yang viral dalam kurun waktu ini. Saya tak menyebut bahwa bahasa Baper ini, tak benar-benar viral. Bahasa ini memang menjadi trend, dikelompok anak muda yang merespon suatu perihal dengan menggunakan pendekatan hati atau perasaan. Baper selama beberapa tahun terakhir mulai dimunculkan bahkan dikaitkan juga dengan tokoh-tokoh publik.

Tercatat, dalam sebuah pemberitaan media, mantan Presiden Megawati dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah dikaitkan dengan istilah ini. Hubungan kedua mantan Presiden itu memang agak kurang harmonis. Tapi, kita tak usah bahas lebih dalam soal bawa perasaan versi beliau-beliau, (takutnya jadi baper juga kita nih, hehehe). Saya bahkan melihat bahwa faksi politik yang berbeda diantara kedua tokoh yang sama berasal dari wilayah Jawa Timur tersebut membuat figur terpilih Pemimpin negara saat ini dan yang akan datang berasal dari Jawa Tengah. Yap, boleh jadi analisis geopolitik abal-abal ini benar, hehehe.

Baca Juga :   432 P3K Tenaga Kesehatan Barru Ikut Ujian CAT

Baper yang ketika menjadi bahasa sindiran dalam tatanan sosial kecil, tentu hanya akan melahirkan sebuah konflik of interest secara personal atau dalam kelompok. Namun baper, dalam konteks kebangsaan sebagaimana bahasan tadi, tentu akan memberi dampak luar biasa dalam penyelenggaraan negara.
Yah, lagi-lagi bahas bangsa nih, tapi tak mengapa, karena kita memang mengimpikan bahwa nasionalisme itu selalu harus hadir dan ada di segala aspek-aspek kehidupan.

dibaca : 133

Laman: 1 2 3



Komentar Anda

Berita lainnya Nasional

Populer Minggu ini

Arsip

To Top