YOGYAKARTA,UJUNGJARI.COM–Pandemi Covid-19 yang melemahkan sektor ekonomi membuat industri kerajinan
kulit terguncang. Bahkan, beberapa bisnis pun terpaksa gulung tikar dan sebagian harus
merumahkan para pengrajin. Namun bisnis tas kulit Abekani tetap berjalan seperti biasa dan terus sibuk melayani jumlah pemesanan yang justru stabil. Kondisi ini tak lepas dari dukungan 28.000 orang Abekanian, yaitu
anggota komunitas pecinta produk Abekani.
“Pesanan kami jalan terus tiap hari. Di tengah pandemi, bisa dibilang kami sama sekali tidak
terdampak. Jumlah kiriman pun sama seperti sebelum pandemi”, kata pemilik bisnis tas kulit
Abekani, Christiana Tunjung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tiga perajin yang mengenakan masker kain terlihat sibuk merapikan tumpukan produk dompet
kulit di kantor Abekani yang terletak di Perumahan Puri Potorono Asri, Banguntapan, Bantul. Di
sekeliling mereka, terlihat ada sekitar empat tumpukan produk kerajinan kulit setinggi lutut orang
dewasa yang siap antar ke para pelanggan setia produk kerajinan kulit Abekani. Mei hingga Juli merupakan masa terberat bagi industri kerajinan kulit.Para perajin yang setia menemani Tunjung merintis usahanya sejak 2008 bercerita tentang nasib kawan-kawan mereka sesama pengrajin kulit yang di rumahkan bahkan kehilangan pekerjaan.
Mendengar cerita dari para pengrajinnya, Tunjung langsung bersiap-siap untuk menurunkan
kuantitas produksi produk ready stock untuk mengantisipasi. Namun di luar dugaan, jumlah pesanan
yang dikirim tetap stabil di sekitar angka 2000 item per bulan Bahkan dalam satu pengiriman bisa
berisi lebih dari 10 item berbeda.
“Semua itu bisa terjadi karena anggota Abekanian. Memang hampir 90 persen penjualan kami saat
pandemi ini bisa terdongkrak karena pesanan mereka. Mereka adalah para pelanggan setia tas kulit
Abekani dan menamai diri mereka Abekanian yang saat ini berjumlah kurang lebih 28.000 anggota
dari seluruh Indonesia,” kata Tunjung.
Pada 2012 Tunjung mulai fokus memproduksi tas perempuan dari bahan kulit nabati. Berbeda
dari produk tas kulit lainnya yang menyentuh harga di atas Rp 1 Juta, Tunjung menetapkan harga
rata-rata Rp.600.000-Rp.800.000 untuk semua produk tas kulitnya. Dia menjual produknya melalui
blog dan Kaskus. Pesanan pun membludak hingga Tunjung berinisiatif membuat Facebook untuk
melayani transaksi “Ada member sebuah komunitas fesyen yang membeli produk Abekani dan
menulis review di forum komunitasnya. Intinya harganya terjangkau tapi kualitas bagus” kata
Tunjung.
Sejak saat itu, Tunjung harus bolak-balik mengantar produk ke berbagai agen jasa pengiriman
barang setiap harinya yang meningkat tajam. Hal ini tentunya rentan mengalami keterlambatan
pengiriman barang.
Tunjung merasa sangat terbantu ketika kurir JNE mengunjungi kantor Abekani dan menawarkan jasa
free pickup. Tak tanggung-tanggung, jumlah pesanannya pun tak terbatas. Tunjung pun bisa
memesan jasa free pickup lebih dari sekali dalam satu hari.
“Mungkin karena dari data JNE terlihat saya tiap hari ada pengiriman ya, mereka langsung tanggap.
Jadi pesanan saya yang banyak banget itu dijemput langsung oleh kurir JNE. Datangnya selalu tepat
waktu saat jadwal pengiriman. Saya sampai kenal dekat sama kurir yang biasa ke sini,” kata Tunjung.
Tunjung semakin mantap menggunakan layanan JNE hingga kini. Selain itu, kini 80 persen pelanggan
Tunjung yang merupakan anggota Abekanian selalu memilih JNE untuk mengantarkan pesanan tas
kulit Abekani ke rumah masing-masing. Selain biaya yang terjangkau dan pengiriman barang yang
tepat waktu, proses tracking pengiriman barang pun sangat mudah dilakukan dengan tampilan
website yang simpel.
Abekanian, Laskar Tas Kulit Dibalik Abekani Tetap Kokoh
Setiap bulannya, anggota komunitas Abekanian selalu bertambah sebanyak kurang lebih 1000 orang.
Angka tersebut terpantau dari fanpage Abekanian di 14 wilayah di seluruh Indonesia hingga yang
berada di Hongkong dan Qatar dimana masing-masing memiliki Koordinator Wilayah sendiri.
Masifnya pertambahan jumlah pelanggan setia Abekani tak lepas dari solidaritas dan koneksi antar
anggota yang terus terjalin hingga kini. Lekatnya budaya solidaritas para pelanggan setianya itu
menuntut Tunjung berinovasi dengan cara berbeda.
Setiap produksi, Tunjung membuka sistem polling. Para Abekanian bebas memilih desain tas Abekani
yang akan diproduksi. Tunjung juga mengadakan lomba desain tas untuk Abekanian.
Pemenang akan mendapatkan tas kulit gratis dengan desainnya sendiri, dan masuk polling untuk
ditampilkan dan dipilih dalam proses produksi selanjutnya. “Tak melulu soal bisnis, tapi bagaimana
bikin mereka merasa bangga aktualisasi diri dan tentunya terlibat dengan Abekani. Karena itu
selama pandemi penjualan stabil,” kata Tunjung.
Di saat seluruh jasa pengiriman mengalami keterlambatan hingga berhari-hari, Tunjung merasa
terbantu dengan layanan JNE yang tepat waktu.
Kepala JNE Cabang Yogyakarta, Adi Subagyo mengatakan selama pandemi, layanan JNE didukung
oleh jalur darat sebagai alternatif moda transportasi penerbangan. Sehingga ketika seluruh bandara
sempat tutup di masa awal pandemi, pengiriman barang para pelanggan setia tetap selamat sampai
tujuan dengan tepat waktu. (rls)