GOWA, UJUNGJARI.COM — Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) Teuku Iskandar, Rabu (30/1/2019) menemui Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan di Rujab Bupati, Jl Beringin Kelurahan Tombolo, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Kedatangan Kepala BBWSPJ ini guna mengkoordinasikan persiapan pembangunan waduk Jenelata yang berlokasi di kecamatan Manuju.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedatangan kepala balai ini disambut Bupati Adnan yang didampingi Wabup Gowa Abd Rauf Malaganni, Kadis PUPR Mundoap, Kadis Permukiman dan Perumahan Alwi Beddu, Camat Manuju Tajuddin Dolo serta Kabag Humas Kerjasama Abdullah Sirajuddin dan Kabag Protokol Azhari.
“Hari ini kami datang untuk menyampaikan rencana tindak lanjut terkait rapat evaluasi penanganan bencana banjir yang telah berlangsung di kantor Gubernur Sulsel dihadiri Pak Wapres, Pak Menteri PUPR dan pak Dirjen PSDA. Dan salah satu bahasan paling urgen dan prioritas adalah bagaimana waduk Jenelata ini bisa segera dibangun. Dan hasil dari rapat tersebut, pak Menteri sudah menyampaikan ke pak Dirjen kemudian kepada kami (balai) untuk segera melakukan persiapan pembangunan waduk Jenelata ini. Makanya kami datang untuk berkoordinasi dengan Pak Bupati dan menyampaikan bahwa tahun ini kita sudah lakukan pembangunan waduk Jenelata tersebut,” jelas Teuku Iskandar.
Dari rencana pelaksanaan pembangunan kata Teuku Iskandar, tentu akan didahului dengan berbagai kesiapan antara lain desain dan tata letaknya agar pembangunan bendungan baru ini lebih mantap.
“Jadi kami sampaikan secara resmu bahwa tahun ini kita akan mulai eksyen membangun,” kata kepala balai.
Teuku Iskandar mengatakan, rencana alokasi anggaran yang bersumber dari APBN 2019 ini berkisar Rp 1,7 Trilyun hingga 2 Trilyun. Namun alokasi ini hanya sebatas untuk anggaran kontruksi saja, belum untuk lahan. Menurut Teuku Iskandar, untuk anggaran lahannya harus melalui hitungan Apprasial.
“Jadi estimasi anggaran untuk konstruksinya saja berkisar Rp 1,7-2 Trilyun. Sedang untuk lahannya nanti akan dihitung apprasial. Jadi pembangunan waduknya kita mulai tahun ini dan diestimasj selesai tahun 2022 mendatang,” jelas kepala balai lagi.
Khusus untuk luasan lahan waduk menurut Teuku Iskandar, perkiraan kebutuhan luas lahan kurang lebih 1.702,81 hektar yang terdiri dari kebutuhan luas lahan untuk konstruksi kurang lebih 70,83 hektar, luas lahan untuk quarry/akses dll 199,80 hektar, luas untuk fasilitas umum 2,23 hektar, kebutuhan lahan untuk genangan 1.220,60 hektar dan kebutuhan lahan untuk greenbelt 209,35 hektar.
Secara detil data teknis Teuku Iskandar menjelaskan luas DAS (daerah aliran sungai) 222,61 Km2, luas genangan 12,20 Km2, volume tampungan maksimal 246,00 juta m3, volume tampungan mati 8,15 juta m3, volume tampungan efektif 238,00 juta m3, debit banjir maksimum 3.598,98 m3/detik, debit banjir rancangan 2.547,80 m3/detik, tipe bendungan urugan zona dengan inti kedap air.
Tinggi bendungan 59,80 m, panjang puncak bendungan 1.460,00 m, lebar puncak bendungan 12,00 m, elevasi puncak bendungan +105,80, elevasi pelimpah +99,50, elevasi dasar +46,00, tipe bangunan pelimpah pelimoah samping, panjang mercu pelimpah 80,00 m, panjang terowongan 850,00 m dan diameter terowongan 4.50 m.
“Terkait daya tampung waduk Jenelata ini yang kapasitasnya 246,00 juta m3, itu daya tampungnya dibawah dari daya tampung waduk Bilibili yakni 375,00 juta m3. waduk Jenelata ini nantinya bisa menyuplai kebutuhan air kepada tiga daerah irigasi atau mencapai cakupan irigasi hingga 22 ribuan hektar. Dengan kehadiran waduk Jenelata ini nantinya jika sebelumnya sungai Jenelata memiliki kemampuan potensi banjir 1.800-an m3 maka setelah ada waduk Jenelata nanti potensi banjir bisa kita turunkan hingga kebawah 750 m3. Jadi Jenelata ini memang sudah masuk rencana tata ruang kabupaten dan tata ruang provinsi,” jelasnya lagi.
Teuku Iskandar pun menjelaskan kondisi banjir yang sempat terjadi saat pembukaan 7,7 meter pintu air (membuang). Menurutnya, patut diluruskan adanya kesimpangsiuran terkait waduk Bilibili kemarin.
“Kalau seandainya Bilibili itu tidak ada bendungannya maka kira-kira bagaimana kondisi Sungguminasa dan sekitarnya. Tidak bisa kita bayangkan hal kejadian kemarin. Makanya waduk Bilibili diadakan agar limpahan air tertampung ke waduk, tidak langsung mengalir ke hilir, belum lagi sumbangan air sungai Jenelata yang mencapai 1.800 m3 itu. Karenanya patutlah ada waduk agar limpahan air tidak langsung ke daerah bawah. Mudah-mudahan dengan adanya waduk Jenelata nanti, potensi banjir bisa kita minimalisir. Bukan berarti tidak potensi terjadi tapi minimal daoat diminimalisir,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan mengatakan sangat berterimakasih atas respon cepat dari Menteri PUPR dan Dirjen PSDA karena masalah Jenelata ini jadi prioritas tahun ini.
“Kita berharap atas koordinasi yang disampaikan kepala balai ini dan setelah pertemuan ini, akan langsung melakukan sosialisasi di lima desa terdampak pembangunan waduk Jenelata yakni Desa Moncongloe, Desa Tanakaraeng, Desa Manuju dan Desa Pattallikang,” kata Adnan.
Khusus anggaran pembahasan disiapkan sebesar 460 miliar. Untuk pembebasan ini kata Adnan akan dilakukan kerjasama dengan Badan Pertanahan dan Apprasial untuk menghitung kelayakan tanah masyarakat yang akan dibebaskan nantinya.
“Pemkab Gowa tentu akan memfasilitasi pembebasan lahan ini dan penloknya diperkirakan selesai di akhir bulan Maret nanti,” jelas bupati.
Ditanya soal relokasi warga dari empat desa terdampak yang kisarannya mencapai 1.733 KK (7.092 jiwa) tersebut, Bupati Adnan mengatakan pastinya relokasi akan ada. Hanya saja masih akan dibicarakan dulu apakah warga mau direlokasi oleh pemerintah atau warga mau mencari sendiri lahan tempat tinggalnya yang jelas warga akan bermukim di luar kawasan bendungan Jenelata tersebut. (saribulan)