GOWA, UJUNGJARI.COM — Era digitalisasi kini tak hanya digunakan untuk pemasaran dan penjualan barang UMKM atau barang pangan maupun sandang lainnya, tapi kalangan peternak pun sudah merambah sistem digitalisasi ini.
Terbukti penjualan hewan kurban secara lapak tidak lagi ramai menghiasi pinggur jalan dalam kota di Sungguminasa dan sekitarnya. Tak heran juga masyarakat menilai penjualan hewan kurban tahun ini sepi. Memang terlihat sepi karena pedagang sapi berkurang di kawasan-kawasan jalan Tun Abd Razak (Hertasning baru). Ternyata sebagian pedagang atau peternak hewan kurban memilih penjualan secara online.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini dibenarkan Kadis Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Gowa Suhriati. Saat ditemui ditengah melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban sapi di dua tempat di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Jum’at (7/6) siang.
Dikatakan Suhriati, penjualan hewan kurban sapi maupun kambing saat ini tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Pedagang tidak lagi membuat penangkaran di pinggir-pinggir jalan. Tapi memilih stay di kampungnya di peternakannya saja.
“Ada beberapa pedagang sapi yang tetap jualan di pinggir jalan namun tidak banyak. Rerata pedagang sapi sekarang melakukan penjualan sistem online. Mereka memasarkan ternaknya di akun khusus di media sosial serta media Whatsapp dan lainnya. Jadi mereka memperlihatkan sapinya lewat video dan menimbang berat sapi dengan memvideokan dan diperlihatkan ke calon pembeli di media sosial mereka. Ini bagus, selain tidak merepotkan peternak atau pedagang membawa sapi-sapinya dari kandang ke tempat penangkaran penjualan, juga tidak lagi mengeluarkan biaya operasional tinggi. Cukup calon pembeli melihat melalui tayangan video kondisi fisik sapi, penimbangan berat sapi. Jika sudah sepakat harga maka sapi akan diantarkan langsung ke pembeli, ” kata Suhriati.
Cara sistem online ini membuat salut jajaran Dinas Peternakan dan Perkebunan Gowa sebab dengan penjualan sistem online ini cukup efisien dan efektif. Tentunya mengurangi cost (biaya) operasional peternak.
Khusus hewan kurban tahun ini, Suhriati mengatakan, tercatat stok sapi 6.893 ekor dan kambing 861 ekor. Dikatakan Suhriati, pihaknya bersyukur tidak ada hembusan wabah penyakit hewan seperti antraks maupun PMK (penyakit mulut dan kuku).
Namun dirinya tetap meminta peternak waspada dengan melakukan pencegahan seperti mengintensifkan pemeriksaan kesehatan ternaknya, rutin vaksin, menjaga kebersihan kandang, menjaga pakan ternak dan tidak sembarang membeli sapi dari luar apalagi secara ilegal.
Suhriati juga mengimbau masyarakat tetap berhati-hati membeli hewan kurban dan diarahkan membeli hewan kurban yang memiliki legalitas, memiliki SKKH (surat keterangan kesehatan hewan) dan tidak membeli secara ilegal. Suhriati juga mengimbau masyarakat untuk membeli daging sapi kurban di pedagang-pedagang resmi dan bersertifikasi seperti di RPH (rumah potong hewan) baik milik pemerintah maupun yang dikelola peternak itu sendiri.
Dalam kegiatan peninjauan lokasi penangkaran sapi di wilayah Kecamatan Somba Opu pada Jum’at siang kemarin, Suhriati turun bersama tim dokter hewan yakni dr Widodo, dr Dewi dan dr Sugiarti serta tim medis Disnak yakni Rahmat dan Insyaf Ansar. Tim dokter dan medis Keswan Disnakbun Gowa ini melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban di dua penangkaran peternak yakni milik H Ibrahim di Samata dan H Hamzah Daeng Ngawing di Jl Parawisata, Macanda.
Di lapak penangkaran milik H Hamzah Daeng Ngawing melalui anaknya, Rahmat, pada lapak penangkarannya tersebut terdapat sekira 100 ekor sapi. Diakui Rahmat selama jelang Idul Adha ini penjualannya sudah mencapai 50 persen dengan harga kisaran Rp11 juta hingga Rp35 juta per ekor dan sesuai takaran umur sapi dua tahunan (layak kurban).
“Tahun ini harga sapi naik Rp1 jutaan makanya dari harga Rp10 juta naik jadi Rp11 juta. Per hari itu dua sampai tiga ekor terjual. Pembeli ada yang perusahaan, ada juga personal, ” kata Rahmat mengaku jenis sapi miliknya ada jenis Bali, Brahman dan lokalan.
Rahman pun memastikan sapi-sapi yang dijualnya sudah layak kurban yakni sehat dan semuanya sudah diperiksa tim Keswan Disnak Gowa.
Hal senada dikatakan H Ibrahim. Pria paroh baya ini mengatakan, saat ini di lapak penangkaran dekat rumahnya di Jl Pariwisata Macanda berisi 66 ekor sapi. Selain itu, ada belasan ekor kambing juga di penangkarannya tersebut.
“Untuk sapi-sapi saya ini saya lepas dengan harga Rp12,5 juta hingga Rp29 juta per ekornya. Tapi yang paling banyak dibeli orang itu yang harga Rp14 juta dan Rp17,5 juta. Sapi-sapi saya juga jenisnya macam-macam ada Bali, Brahman dan lokal juga,” kata H Ibrahim.
Koordinator Tim Keswan Disnakbun Gowa yakni dr Widodo mengatakan mereka rutin turun melakukan pemeriksaan di lokasi penangkaran maupun kandang. Semua peternakan di 18 kecamatan telah dikunjungi.
“Kita periksa gigi. Kalau giginya sudah renggang dan sudah ada pengganti maka sudah bisa untuk dikurbankan. Juga kita periksa usia sapi, sudah cukup atau belum. Yang jelas usia layak kurban pada sapi adalah dua tahunan, ” kata dr Widodo.
Ditanya apakah ada indikasi sapi yang terkena penyakit atau tidak, dr Widodo menyebutkan ada sapi yang ditemukan sakit di dua lapak penangkaran yang dikunjungi. Namun tidak berbahaya.
Diakui dr Widodo ada lima ekor sapi terindikasi penyakit kulit. Namun diakui tidak berbahaya. Daging sapinya masih bisa dikonsumsi.
“Yang bahaya itu antraks dan PMK. Namun saat ini Gowa aman dari dua penyakit hewan itu. Meski aman kita tetap minta peternak untuk rutin periksakan sapi-sapinya,” tambah dr Widodo. –