MAKALE, UJUNGJARI–Wakil Bupati Tana Toraja dr Zadrak Tombeg, Senin (27-28/5) hadiri rapat konsolidasi serentak pencegahan stunting tahun 2024 regional 3 di Hotel Melia, Jl Andi Mappanyukki, Makassar.

Zadrak beberkan kondisi stunting Tana Toraja pasca keluarnya hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 35,4 % Tahun 2022, dan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI)  36,9 % Tahun 2023 menempatkan stunting tertinggi di Sulsel

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Stigma stunting Tana Toraja dikupas tuntas Zadrak Tombeq di giat konsolidasi pencegahan stunting 2024 regional 3 di Makassar.

Menurut dokter ahli anak ini prevalensi terkini stunting di Tana Toraja sesuai E.PPGMG aplikasi Kemenkes berlaku semua Puskesmas di Tanah Air berdasarkan bay name by adres dan real time per Pebruari 2024 tinggal 13,15%, sebelumnya per Pebruari 2023 diangka 15, 73%, dan Agustus 2023 turun menjadi 15,42%.

Stunting penyebabnya gizi buruk balita bukan hanya berpengaruh tinggi badan pendek, melainkan juga gangguan kognitifnya

Banyak kabupaten kebingungan angka stunting naik turun. Padahal semua  menggunakan aplikasi E-PPGBM dari Kemenkes yang lebih rasional dengan  data dihasilkan by name by address dan real-time.

Data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) kerap  kebingungan sebab fakta  di lapangan tidak diketahui orangnya. Tidak valid keberadaan anak kategori yang stunting.

Pihak Pemda Tana Toraja pasca terima informasi survey SSGI dan SKI tim penanggulangan dan pencegahan stunting turun ke lapangan cros cek dan verifikasi. Hasil pengecekan dilapangan 60 persen lokasi baru terindikasi, dan hanya dua anak diduga stunting. Namun, kasus tersebut tidak menunjukkan gangguan kognitif signifikan, ujar Zadrak.

Sambung Zadrak, giat regional ini kiranya kita semua menyelaraskan semua data dan metode yang digunakan guna mencegah stunting secara efektif memastikan intervensi dilakukan sesuai kondisi nyata dan fakta lapangan.

Menjadi suatu keharusan bagi semua pihak memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan keluarga sebab gizi baik prasyarat utama mewujudkan sumberdaya manusia sehat dan berkualitas.

Stunting populer karena kondisi gagal tumbuh anak balita diakibatkan  kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek seusianya.

Kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan setelah bayi lahir kondisi stunting dan baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting pada balita memberikan dampak kurang menguntungkan, selain mudah sakit, juga kemampuan kognitif berkurang sebab fungsi  tubuh tidak seimbang dan gangguan lain.

Pencegahan stunying memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping asi, pola makan, pola asuh, dan sanitasi baik kepada anak, pungkas Zadrak (agus).