MEKKAH, UJUNGJARI.COM –Pelaksanaan wukuf di Arafah untuk jemaah haji tahun ini ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2019. Hal tersebut sesuai dengan keputusan Pemerintah Arab Saudi yang menetapkan 9 Zulhijjah sebagai hari raya.
Sejak pagi hingga siang waktu Arafah jutaan jamaah haji seluruh dunia memenuhi Arafah untuk melaksanakan wukuf sebagai syarat utama rukun haji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Cuaca panas capai 45 derajat tidak menyusutkan semangat seluruh jamaah untuk bisa tunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah
Jemaah haji seluruh negara termasuk Indonesia sudah mulai bergerak ke Arafah pada Jumat (9/9/2019) atau pada 8 Zulhijah sekitar pukul 07.00 pagi waktu Arab Saudi.
Termasuk Jamaah haji konsorsium Travel Tazkiyah terdiri anmar dan pacto pergerakan ke Arafah bersama seluruh jemaah Indonesia.
Pihak menteri agama sudah melakukan persiapan agar tidak terjadi kemacetan dilakukan secara bergelombang dibagi dalam tiga fase: pukul 07.00-12.00, 12.00-16.00 serta 16.00-24.00
Jemaah asal Indonesia menempati tenda-tenda yang terpasang di maktab. Satu maktab berisi ratusan jemaah dari beragam Travel.
Dalam tenda, para jemaah berdiam diri meski ada juga yang memilih duduk beralaskan karpet di luar.
Untuk mengevaluasi segala perbuatan selama perjalanan hidup. Berzikir, berdoa, membaca quran hingga salat jadi kegiatan jemaah di Arafah.
Mansur Daeng Rombo (58), jemaah haji asal Gowa yang profesi sebagai penjual coto sangat bersyukur, tak menyangka dengan kondisi perekonomian keluarga yang biasa saja bisa menunaikan ibadah haji.
“Tidak terbayangkan menangis terharu saya,” ujar Mansyur Daeng Rombo bisa diberikan kesempatan naik haji mengaku memperbanyak bacaan talbiyah, zikir dan membaca Alquran selama di Arafah.
“Wukuf itu penghambaan mengakui dosa mulai akil balik baik dosa kecil dan besar bisa diingat dan seluruhnya dilaporkan ke Allah,” jelas Daeng Rombo.
Menurut dokter Dewi Setiawati bersyukur sebagai tim medis Tazkiyah Travel bisa di amanahkan bersama Kakaknya Dr Wachyudi Muchsin merawat kesehatan tamu Allah.
Sehingga bisa bersama wukuf di Arafah dinilai sebagai anugerah dan harus termanfaatkan dengan baik sebagai jalan memperoleh banyak amalan ibadah, baik bagi dirinya maupun jemaah haji lain.
Pembimbing jamaah haji ustad Salahuddin bersyukur sebab saat wukuf di Arafah yang awalnya panas terik, tiba-tiba Arafah di guyur hujan.
Tentunya ini fenomena alam yang langkah. “Insya Allah sebagai hujan berkah seluruh jamaah menjadi haji mabrur sebagai refleksi diri untuk kembali ke kesucian dan menerapkannya pada perilaku saat kembali ke masyarakat,” pungkas ustad Salahuddin. (**)