MAKASSAR, UJUNGJARI.COM–Acara Soft Launching Novel Autobiografi Kembong Daeng, berjudul “Permata Karya”, bukan saja jadi momen istimewa bagi Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM) itu, tapi juga bagi Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan.

Demikian dikemukakan Rusdin Tompo, Koordinator SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan, yang juga merupakan editor buku ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Acara soft launching buku diadakan di Aula Kampus Universitas Patompo, Jalan Inspeksi Kanal No 10 Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sabtu, 4 November 2023.

Momen ini menjadi istimewa karena ada penandatanganan kesepahaman bersama (Memorandum of Understanding/MoU) antara SATUPENA dengan dua kampus sekaligus.

Rektor Universitas Patompo, Prof Dr H Muh Yunus, M.Pd dan Dekan FBS UNM, Prof Dr Anshari, M.Hum membubuhkan tandatangan pada lembaran kertas yang berisi kerjasama mereka.

Tujuan MoU, untuk meningkatkan kapasitas penulisan buku dalam berbagai genre. Juga agar adanya apresiasi terhadap penulis buku. Sekaligus sebagai upaya mengembangkan gerakan literasi.

Prof Muh Yunus mengucapkan terima kasih kepada Prof Kembong Daeng karena memilih kampusnya sebagai tempat peluncuran dan diskusi buku.

Dia berharap, acara ini akan jadi inspirasi bagi dosen dan civitas akademika Universitas Patompo untuk lebih giat menulis dan menerbitkan buku.

Sementara Prof Anshari menganggap pemilihan tempat dan waktunya, dimaksudkan agar semua pihak bisa merasakan kebahagiaan, baik dari Universitas Patompo maupun UNM.

Dia juga memberikan selamat kepada koleganya, Prof Kembong Daeng, yang kemarin (3/11) secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM. Menurutnya, Prof Kembong Daeng merupakan orang yang selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanah. Kampus di Parangtambung itu, merupakan almamater Kembong Daeng, yang banyak diceritakan dalam bukunya.

Acara launching buku ini dirangkaikan dengan perayaan ulang tahun pernikahan ke-34, Dr Drs H Muh Yahya, M.Pd dan Prof Dr Hj Kembong Daeng, M.Hum.

Muh Yahya merupakan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Patompo. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Dekan Pascasarjana di kampus yang berada di perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa ini.

Kembong Daeng, penulis buku muatan lokal “Pappilajarang Basa Mangkasarak” mengungkapkan, ada tiga peristiwa bersejarah, di tahun 1989, yang terjadi dalam hidupnya. Pada 4 Januari 1989, dia lulus sebagai wisudawan terbaik di fakultasnya. Pada 1 Maret di tahun yang sama, dia terangkat sebagai dosen.

Peristiwa penting berikutnya, pada 4 November 1989, dia menikah dengan Muh Yahya, sesama penerima beasiswa Supersemar.

Lelaki asal Bulukumba itu pertama kali dilihatnya saat pameran buku di kampus. Pasangan ini dikarunia tiga orang anak, yakni Nurul Fajriah Yahya, Syahratul Hawaisa Yahya, dan Muhammad Fahmi Yahya.

Pembahas buku, Dr Aslan Abidin, MA, akademisi UNM dan sastrawan, menyampaikan, manusia pada dasarnya suka bercerita dan berkisah. Banyak kisah-kisah lisan di masa lalu yang kemudian ditulis hingga sampai ke kita, saat ini. Menulis kisah sendiri atau autobiografi juga merupakan model penulisan buku.

Dalam buku autobiogragi atau biografi, jelasnya, kita bisa temukan sejarah, seperti Ranggong Daeng Romo, dalam buku Kembong Daeng.

Kita juga bisa temukan tradisi, seperti penamaan anak dan prosesi pernikahan, yang juga ditulis dalam buku ini.

Buku ini juga menggambarkan latar alam, kehidupan sosial budaya, serta situasi yang ikut membentuk karakter sang tokoh. Peristiwa politik, sejarah, dan nama-nama lembaga pendidikan, seperti SPG dan IKIP, membawa kenangan kita pada situasi lampau.

Disampaikan, bila seseorang rajin membuat catatan, akan mudah baginya memanggil memori masa lalu untuk ditulis menjadi buku. (pap)