MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel diminta segera melakukan evaluasi dan mencopot Kepala SMA Negeri 6 Makassar.
Kepala SMA 6 Makassar, La Enre dinilai bersikap arogan dan disinyalir banyak melakukan pungli di sekolah. Selain itu, kebijakannya di sekolah sangat membebankan orang tua siswa, bahkan kerap melakukan praktik KKN “Sekolah Keluarga”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Desakan ini disampaikan beberapa orang tua siswa SMA 6 Makassar dan Forum Pendididikan Sulsel.
“Kami minta kepada Kadis Pendidikan segera melakukan evaluasi dan kalau perlu kepala sekolah SMA 6 dicopot,” kata Burhanuddin Korbid Hukum Forum Pemerhati Pendidikan Sulsel.
“Kami banyak terima laporan/aduan orang tua siswa di SMA 6. Mereka melegalkan pungli biaya parkir di sekolah. Dia juga kerap bersikap arogan, dan terindikasi melakukan praktik KKN,” ujarnya.
Ia menjelaskan, bahwa biaya parkir di SMA 6 Makassar dinilai bentuk pelanggaran alias pungli. Sebab, tidak ada aturan bayar parkir di sekolah, dan itu sangat membebankan siswa di sekolah.
“Kami minta pihak sekolah jangan memungut biaya parkir di sekolah. Apalagi nilainya bervariasi, bahkan ada sampai Rp5 ribu – Rp10 ribu per motor. Belum lagi kalau mobil biasa sampai Rp20 ribu per mobil,” ketusnya.
Burhanuddin juga menyoroti sikap arogan kepala sekolah La Enre. Semua aturan dan kebijakannya tidak pro ke orang tua siswa, bahwa kerap membenankan orang tua siswa.
“Yang paling disayangkan, kepala SMA 6 Makassar menjadi sekolah keluarga, banyak keluarganya yang direkrut menjadi staf tanpa melalui prosedur,” pungkasnya.
Semenetara itu, Kepala SMA 6 Makassar, La Enre yang dikonfirmasi tak mempermasalahkan jika dirinya harus di copot. “Silahkan di copot, tidak adaji masalah. Saya tidak takut, saya bukan tipe orang gila jabatan. Kalaupun gara-gara saya dituding macam-macam seperti itu, tidak apa-apa di copot. Yang penting bukanji kasus korupsi,” kata La Enre yang dihubungi via telepon pribadinya.
La Enre menyebut, yang menuduh dirinya arogan, pungli dan KKN adalah oknum alumni SMA 6 yang punya kepentingan di sekolah tidak terakomodir.
“Saya tahuji ini, yang menuduh saya macam-macam itu adalah oknum segelintir alumni. Ada memang urusannya di sekolah saya tidak akomodir. Dan pasti saya tolak, karena urusan itu sangat urgent dan melanggar aturan. Jadi, lebih baik saya di copot daripada harus melabrak aturan,” kata La Enre.
“Alumni itu belum pernah bertemu baik-baik dengan saya. Jadi mereka belum tahu persis siapa saya. Jadi saya tegaskan lagi, silahkan megadu ke Dinas, kalau pun saya harus dicopot tak masalah, duniaji ini pak,” ucap dia. (drw)