MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi BMKG, Muh Sadly membawakan kuliah umum di Gedung LPPM Universitas Hasanuddin, Rabu (15/3).

Kuliah umum tersebut mengusung tema Indonesia Tsunami Early Warning System (Inatews), Penguatan dan Perkembangannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kegiatan tersebut dibuka
Wakil Rektor Bidang Inovasi, Kemitraan, Bisnis dan Wirausaha, Prof Dr Eng Adi Maulana.

Kuliah Tamu tersebut dipandu Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas Ilham Alimuddin. Turut hadir Ketua LPPM Prof Muh Nasrum Massi.

Kuliah Umum itu juga dirangkaikan dengan penyerahan hibah aplikasi MHEWS (Multi Hazard Early Warning System) kepada Unhas. Aplikasi ini merupakan sistem peringatan dini multi bencana yang dirancang Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG,

Melalui Aplikasi MHEWS ini,
kita bisa melihat dan memantau bencana yang terjadi serta langkah-langkah yang harus dilakukan. Hal itu bertujuan untuk mempermudah dalam mengantisipasi dan memberikan keselamatan kepada masyarakat saat terjadi bencana.

Wakil Rektor Unhas Bidang Inovasi, Kemitraan, Bisnis dan Wirausaha, Prof Dr Eng Adi Maulana mengemukakan, Unhas merupakan perguruan tinggi yang salah satu visi misi Kampus Merah adalah kemanusiaan yang didalamnya termasuk penanganan kebencanaan.

Dia mengapresiasi kerja sama yang selama ini dilakukan antara Unhas dan BMKG, baik terkait pra bencana maupun pasca bencana.

Adi mengatakan, yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana memberi pencerahan kepada masyarakat terkait kebencanaan. Apalagi, tingkat literasi atau pengetahuan terkait hal itu masih sangat minim.

” Dengan BMKG, kita harus berikan pencerahan ke masyarakat. Yang harus kita tingkatkan adalah literasi dan edukasi ke masyarakat terkait kebencanaan. Literasi atau pengetahuan terkait kebencanaan masih sangat minim,” ungkapnya.

Diapun berharap aplikasi MHEWS bisa dipergunakan sebaik mungkin untuk kemaslahatan masyarakat, khususnya dalam mendeteksi dini dan memitigasi kebencanaan.

BMKG selama ini punya peran sentral untuk meningkatkan literasi Kebencanaan.

“Kami sambut baik kerjasama BMKG dan Unhas serta pusat studi kebencanaan. Kerja sama pentahelix memang diperlukan untuk penanganan kebencanaan,” tambahnya.

Sementara itu Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi BMKG, Muh Sadly mengatakan hadirnya aplikasi MHEWS diharapkan bisa memudahkan masyarakat berliterasi dalam kebencanaan.

Dia menambahkan, aplikasi MHEWS bisa memudahkan
masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai kebencanaan.

Ke depan, Sadly berharap BMKG bersama Unhas lebih getol lagi memberikan kontribusi dalam mitigasi kebencanaan.

Bagaimana menyosialisasikan langkah-langkah yang harus dipersiapkan masyarakat dan semua stakeholder saat ada peringatan dini bencana. (rhm)