Oleh Mulawarman
Jurnalis, Alumni Unhas
BARU saja kita melewati pergantian tahun 2023. Terdapat banyak doa dan harapan yang diungkapkan. Namun tidak sedikit pula kecemasan yang disampaikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di balik itu, kita akan bersiap-siap menghadapi tahun politik, setahun menjelang Pemilu serentak 2024.
Diperkirakan di Sulsel pada tahun politik ini akan terjadi banyak kejutan. Dan kejutan seperti apa yang akan terjadi?
Pastinya tidak ada yang tahu pasti, namun kita dapat menerka-nerka terhadap berbagai kemungkinannya bersamaan dengan sejumlah indikator politik yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini.
Pembacaan politik ini boleh jadi penting dalam melihat arah politik di satu sisi dan di sisi lain dapat menjadi orientasi bagi masyarakat dalam menentukan kandidat pemimpin untuk dipilihnya di Pemilu mendatang.
Tulisan ini akan berusaha melihat transformasi politik di Sulsel, tentang apa yang akan terjadi di tahun politik 2023.
Dinamika politik Sulsel yang akan terjadi? Siapa saja tokoh potensial yang akan muncul ke permukaan? Serta tantangan perubahan politik yang perlu diantisipasi?
Gaduh 2023
Jauh sebelum datang tahun baru 2023, publik sudah diwanti-wanti dengan berbagai prediksi yang terkesan menyeramkan.
Presiden Jokowi sendiri sejak September 2022 telah sering mengingatkan akan datang awan gelap dalam ekonomi, seiring dengan gejala memburuknya ekonomi global. “Lembaga internasional sampaikan tahun ini (2022) sangat sulit. Tahun depan mereka menyampaikan akan lebih gelap,” kata Jokowi, seperti dikutip wartawan (tribunnews,22/9/22).
Senada dengan Presiden, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani pun menyampaikan kekhawatiran yang sama.
“Mungkin tekanan akan muncul bertubi-tubi karena seperti IMF menyampaikan bahwa tahun 2023 it’s gonna be dark. Itu yang disebutkan gelap,” kata Sri Mulyani di Jakarta.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia bahkan menyebut kini sudah banyak negara yang sudah mengalami resesi dan sebagian bahkan antre untuk menjadi pasien International Monetary Fund (IMF).
Bahlil pun menyebut Indonesia bisa saja menjadi pasien IMF berikutnya,” ucapnya (detik,11/11/22).
Meski begitu, semua kecemasan itu dibantah oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang meminta agar pemerintah tidak lantas menakut-nakuti dengan informasi tersebut.
“Saya bilang pada Sri Mulyani, jangan takut-takuti orang tahun depan akan kiamat. Saya telepon, jangan begitu, jangan kasih takut semua orang. Ini negeri luas, tidak semua krisis, kalau ada masalah, kita hadapi, jangan takut!,” ucap Wakil presiden dua periode itu.
Indonesia tidak mengalami krisis energi dan pangan seperti negara lain yang telah merasakannya. Pasalnya, negara kita kaya dengan memiliki banyak komoditas.
Salah satunya cadangan beras yang dimiliki, sehingga soal potenis krisis pangan Indonesia tak akan mengarah ke sana.
Begitu pula dengan ketersediaan energi, seperti data Kementerian ESDM yang menyebut cadangan minyak kita sebesar 3,95 miliar barel, gas bumi sebesar 62,4 triliun kaki kubik (TCF), dan batu bara mencapai 38,8 miliar ton. Umur cadangan batu bara diperkirakan bisa bertahan 69 tahun.
Terlepas dari polemik itu, fakta bahwa Indonesia akan bersiap menghadapi tahun politik tidak dapat dipungkiri. Tahun di mana aktivitas para politisi meningkat tajam dalam menarik dukungan para pemilih.
Sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No 3/2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu 2024 bahwa kampanye akan mulai berlangsung 13 November 2023 hingga 10 Feb 2024 (75 hari).
Meski terjadwal di akhir 2023, namun di Sulsel sendiri sudah mulai banyak tokoh Sulsel yang unjuk gigi ke publik, dengan ragam cara untuk menaikan popularitas dan elektabilitasnya.
Dari strategi lobi-lobi antara ketua, tebar bantuan ke masyarakat, hingga gelaran acara yang melibatkan rakyat banyak seperti event jalan santai hingga tarik tambang.
Masih menurut PKPU, jadwal pemilu presiden-wakil presiden, DPR RI dan DPD dan DPRD Kabupaten kota akan dilaksanakan serentak pada 14 Februari 2024.
Sementara pilkada memilih Gubernur, walikota, dan bupati serentak dilaksanakan pada 27 November 2024.
Menurut data Kemendagri ada 271 Kepala daerah yang akan selesai tugas sebelum Pilkada 2024. Sementara di Sulsel sendiri ada 11 bupati/walikota, yaitu Walikota Parepare, Palopo, Bone, Sinjai, Bantaeng, Enrekang, Sidrap, Jeneponto, Wajo, Luwu, dan Pinrang.
Jabatan gubernur Sulsel juga akan berakhir pada 2023 ini. Jabatan yang kosong akan diisi oleh pejabat sementara (sesuai UU No 10/2016 pasal 201 poin 9).
Peta Politik Sulsel 2023
Ditengah situasi itu, dinamika politik Sulsel akan berlangsung sangat dinamis. Terutama pada peta dan sejumlah elit daerah yang kemungkinan mencalonkan diri khususnya untuk Pilkada Gubernur Sulsel 2024 mendatang.
Sejauh ini, sudah cukup santer di publik, sejumlah nama yang potensial dalam pertarungan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel mendatang.
Antara lain gubernur Sulsel petahana, Andi Sudirman Sulaiman, Walikota Makassar Danny Pomanto, Bupati Gowa Adnan Purichta Ihsan, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, Ketua Gerindra Sulsel, Andi Iwan Aras, Ketua DPW NasDem Sulsel, Rusdi Masse, Ketua Golkar Sulsel, Taufan Pawe, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Amir Uskara Ketua Fraksi PPP di DPR RI hingga mantan menteri pertanian, Andi Amran Sulaiman.
Dari nama-nama ini, baru seorang IAS yang telah mengungkapkan kesediaannya ke publik. Dan baru Partai NasDem yang memberikan sinyal menyiapkan dan mendorong kadernya Danny Pomanto maju bertarung di Pilgub Sulsel.
Tahun 2023 ini dipastikan akan berubah. Bila selama ini Danny dipersilahkan oleh RMS Ketua DPW NasDem Sulsel untuk jalan menuju Pilgub, maka bisa dikatakan hampir pasti yang maju nantinya adalah RMS sendiri, ketua DPW NasDem Sulsel. Kecenderungan itu diketahui dari aspirasi rakyat dan desakan dari kader-kader NasDem.
Menurut pengamat politik UIN Makassar, Dr Firdaus Muhammad, RMS dikenal memiliki rekam jejak kepemimpinan yang bagus, dua periode di Kabupaten Sidrap dan sukses mengawal pemenangan NasDem pada Pemilu dan Pilkada lalu.
Salah satu kader NasDem Sulsel yang menjabat Bupati Bantaeng, Ilham Azikin dan Adi Anshar Ketua Fraksi NasDem di DPRD Sulsel secara terang meminta agar RMS menjadi gubernur Sulsel mendatang, mengingat kiprah politiknya selama ini.
Tidak hanya itu, “Memang RMS dan Andi Amran Sulaiman kandidat yang sangat potensial jadi Gubernur Sulsel. Publik Sulsel menunggu-nunggu pernyataan kesediaan, kedua sosok ini,” kata Adi Suryadi Culla Ketua Forum Dosen Makassar.
Kecenderungan Wakil Ketua NasDem Ahmad Ali dalam satu bulan terakhir, yang tampak keras menyoroti even tarik tambang yang digelar IKA Unhas Sulsel, disinyalir banyak pihak sebagai tanda kurang positifnya pada Walikota Makassar Danny Pomanto itu. Artinya, upaya Danny mendapatkan tiket Cagub dari NasDem akan jadi tantangan yang sangat tidak mudah.
Meski demikian, Danny boleh jadi tetap berpotensi maju. Kedekatannya dengan sejumlah elit dan lingkaran istana, seperti kedekatan Danny dengan keluarga Presiden Jokowi, Menteri Tito Karnavian dan Maruarar Sirait akan turut membantu memuluskan, sehingga bisa dapat tiket dari PDI Perjuangan berpasangan dengan mantan menteri pertanian, Andi Amran Sulaiman (AAS) yang akan melengkapi partai politik pengusung. AAS Gubernurnya, Danny wakilnya.
Terkait dengan AAS maju menjadi Cagub Sulsel, sejauh ini belum atau kurang menjadi perhatian. Pasalnya, adiknya, Andi Sudirman Sulaiman (ASS) dinilai lebih berpotensi maju karena petahana Gubernur Sulsel.
Hanya saja situasinya dipastikan berubah; yang maju justru AAS kakak Andi Sudirman Sulaiman. Pasalnya, sang adik dinilai tidak cukup kuat berhadapan dengan para penantang.
“Peluang Andi Sudirman sebagai petahana Gubernur tidak begitu kuat menghadapi para penantang, usia yang tergolong muda dan juga penerimaan publik masih kurang kuat.
Hal itu, terkonfirmasi dari sejumlah survey di mana AAS selalu di papan atas, sementara Andi Sudirman Sulaiman setia di papan tengah bersama Andi Iwan Darmawan Aras, Amir Uskara dan Taufan Pawe,” kata Firdaus Muhammad.
Firdaus didukung Adi Suryadi Culla. “Eksistensi AAS dengan IKA Unhasnya menjadi panggung baru dan akan jadi batu loncatan popularitas dan elektabilitasnya yang bisa terus dimainkan.
Selain ketokohannya sebagai mantan menteri pertanian, dan Amran dikenal juga memiliki modal finansial besar yang hanya bisa ditandingi oleh RMS, membuat AAS sangat potensial maju jadi Cagub Sulsel,” kata Adi Suryadi Culla yang juga dosen ilmu politik di Unhas.
Dua bupati yang sangat potensial adalah Adnan dan Indah. Hanya saja keduanya dipastikan hanya menempati posisi sebagai orang nomor dua, yakni calon wakil gubernur.
Meski kedua Bupati ini memimpin wilayah dengan jumlah DPT terbesar, Gowa dan Luwu, Adnan bahkan paling tinggi elektabilitasnya dalam beberapa survey, namun pertimbangan politis dipastikan mereka urung maju. Lebih lagi kalau soal finansial, diperkirakan Adnan tidak bisa menandingi AAS dan RMS.
Untuk itu, Pilgub 2024, peluang Adnan bisa maju mendampingi AAS atau RMS. Langkah ini lebih rasional dengan tetap bersabar jadi wakil gubernur dulu, dibandingkan harus berhadapan dengan AAS dan RMS.
Meski peluang tetap ada, Adnan berpasangan dengan Bupati Indah Putri Indriani sebagai calon wakilnya, namun dipastikan relatif sulit.
Sebagai kader Golkar, Adnan dan Indah akan terhalang oleh Taufan Pawe yang sudah jadi tradisi di mana Ketua Golkar Sulsel biasanya maju Pilgub.
“Sejarah Golkar sejak dulu ketuanya selalu didorong jadi Cagub sejak Amin Syam hingga Nurdin Halid, jadi potensi Pak Taufan Pawe yang jadi Cagub Sulsel dari Partai Golkar masih sangat besar bos,” kata politisi enerjik Partai Golkar Sulsel, Rahman Pina.
Sekiranya Adnan dapat tiket, berpasangan dengan Bupati Indah Putri Indriani akan sangat prospek.
Hal ini mengingat pemimpin kedua daerah dengan jumlah DPT terbesar di Sulsel, Gowa dan Luwu Raya bersatu, sehingga sangat besar peluangnya.
Namun Indah sendiri sebetulnya juga sangat mungkin dilamar oleh AAS dan RMS untuk jadi calon wakilnya.
Hal ini karena elektabilitas dan jadi representasi kandidat yang ideal antara gubernur laki-laki dan wakil perempuan. Dengan demikian, Indah tak ubahnya seperti ungkapan iklan teh botol: “siapapun gubernurnya, Indah wakilnya”.
Tetapi yang tidak boleh luput dari perhatian publik Sulsel, adalah peluang IAS alias ACO.
Aco sepanjang 2022 kemarin aktif bersafari mengunjungi daerah di Sulsel, membentuk pasukan relawan serta deklarasi diri maju Pilgub 2024.
Dengan klaim didukung Wakil Ketua Umum Golkar Nurdin Halid dan survei internalnya yang terus naik, berpotensi mengalahkan elektabilitas Taufan Pawe.
Aco atau ilham arif sirajuddin yang akan berkontekstasi di pilgub sulsel akan datang, didukung Nurdin Halid,
Aco yang survei interennya terus menunjukkan tingkat elektabilitasnya terus naik, mengalahkan tingkat eletabilitas ketua Golkar Sulsel.
Hal ini terkonfirmasi antara lain seperti dari survey Pilgub Celebes Research Center (CRC), paling terakhir Agustus lalu di Makassar, di mana tren elektabilitas ACO trennya semakin naik, menempel elektabilitas Danny Pomanto, RMS dan AAS.
Aco dalam safarinya, mampu dan berhasil kembali menkosolidasikan para pendukungnya, di Pilgub 2013 lalu.
Tantangan Politik
Dengan analisa peta pasangan calon kandidat Pilgub itu, politik Sulsel akan terjadi sangat dinamis. Karena ada Danny yang akan hengkang dari NasDem ke PDIP dan PDIP yang masih nyaman dengan keluarga AAS.
“Kita masih nyaman dengan AAS dan adiknya, Pak Gubernur,” kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristanto pada penulis seusai memberi kuliah umum di Gedung Prof Ahmad Amiruddin di Unhas. Sehingga koalisi partai politik pun akan berlangsung lebih cair. Demikian juga para kandidat lainnya yang berniat maju, dipastikan akan berhitung ulang.
Meski akan terjadi banyak perubahan di 2023 ini, namun masyarakat akan memiliki banyak pilihan dengan tampilnya figur politisi terbaik dalam bidangnya. Ini positif bagi demokratisasi di Sulsel.
Rentang waktu yang cukup panjang, dari sekarang hingga Pilgub Sulsel di November 2024, akan jadi kerja politik yang cukup waktu untuk membuktikan kepada publik terkait masing-masing elektabilitas kandidatnya.
Silakan berkompetisi untuk menarik dukungan massa secara fair dan terbuka. Jangan bermain politik uang, hingga menyebar hoak dan ujaran kebencian.
Terlebih lagi dengan tantangan akselerasi penggunaan media digital dalam politik yang semakin kuat saat ini.
Jangan sampai tahun politik 2023 ini, publik diwarnai oleh semua negativitas itu. Ini jadi tantangan kita bersama mewujudkan pemilih yang cerdas. Tabe. (*)