BOSTON,UJUNGJARI.COM–Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Prof. Dr. Taruna Ikrar M.Biomed Ph D, menghadiri dan menjadi pembicara utama dalam pertemuan internasional yang diselenggarakan di Boston, Amerika Serikat.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Taruna Ikrar memaparkan konsep strategis kolaborasi antara tiga pilar utama dalam memimpin BPOM, yakni Akademisi (Academia), Dunia Usaha (Business), dan Pemerintah (Government), atau yang dikenal dengan istilah “Kerjasama ABG”.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk civitas akademika Universitas Boston, perwakilan industri farmasi dan bioteknologi, pejabat pemerintah lokal, serta mahasiswa internasional dari berbagai negara. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja Kepala BPOM RI di Amerika Serikat dalam upaya memperkuat diplomasi regulatori dan membangun jejaring kerja sama global di bidang pengawasan obat dan makanan.
Dalam paparannya yang bertajuk “Strengthening National Health Ecosystems through ABG Synergy: Indonesia’s Strategic Approach”, Prof. Taruna menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor antara akademisi, dunia usaha, dan pemerintah merupakan kunci dalam menciptakan sistem kesehatan nasional yang inovatif, adaptif, dan berkelanjutan.
“Kerjasama ABG bukan hanya sebuah konsep teoritis, melainkan sebuah strategi implementatif yang telah terbukti mampu mendorong percepatan inovasi, efisiensi kebijakan publik, dan peningkatan kualitas layanan kepada masyarakat. Dengan menjembatani kepentingan ilmu pengetahuan, komersialisasi, dan regulasi, kita dapat mewujudkan transformasi kesehatan yang inklusif dan berbasis bukti,” ujar Prof Taruna di hadapan para peserta forum.
Salah satu ilmuwan dunia ini memaparkan beberapa inisiatif unggulan yang telah dilakukan BPOM RI dalam mengembangkan kemitraan ABG di Indonesia, antara lain melalui program Drug and Food Innovation Network, kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri, serta penguatan peran BPOM dalam mendukung hilirisasi hasil riset menjadi produk yang bernilai ekonomi dan memenuhi standar keamanan.
Dalam sesi diskusi panel yang berlangsung interaktif, Vice President of The Sarepta Therapeutic menyampaikan apresiasi atas paparan yang disampaikan serta antusias terhadap peluang kerja sama riset dan inovasi antara Indonesia dan Amerika Serikat. Beberapa topik yang mengemuka antara lain penguatan sistem ketahanan pangan global, pengembangan vaksin dan obat baru, serta harmonisasi standar internasional dalam pengawasan produk kesehatan.
Kegiatan ini turut memperkuat posisi BPOM RI sebagai lembaga pengawas yang proaktif dalam mendorong transformasi sistem kesehatan nasional dan internasional, serta menegaskan komitmen Indonesia untuk berperan aktif dalam menjawab tantangan global di bidang obat dan makanan.
Taruna menyampaikan bahwa pertemuan ini memiliki peran penting dalam menjembatani kolaborasi lintas negara, dan membuka pintu bagi berbagai bentuk kerja sama strategis dengan institusi di Indonesia, khususnya dalam bidang riset, pendidikan, dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.