Oleh: Ahmad Razak
Dosen Psikologi Universitas Negeri Makassar
PERKEMBANGAN teknologi digital telah membawa perubahan besar dan merubah gaya hidup manusia. Di satu sisi, teknologi memberikan banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi, komunikasi yang lebih cepat, serta hiburan yang lebih variatif. Teknologi juga sangat memberikan kemudahan dalam beribadah aktifitas keagamaan seperti al-qur’an mobile, content-content dakwah dengan berbagai varian yang ditayang di media soial.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, pada sisi lain, teknologi juga membawa dampak negatif, terutama dalam bentuk hedonisme digital dan distraksi teknologi yang dapat mengganggu keseimbangan hidup manusia. Dari perspektif psikologi Islam, fenomena ini perlu dicermati karena dapat mempengaruhi kondisi mental, spiritual, dan sosial individu.
Hedonisme digital merujuk pada pola hidup yang berorientasi pada kesenangan instan melalui teknologi, seperti media sosial, video streaming, game online, dan berbagai bentuk hiburan digital lainnya.
Gaya hidup ini mendorong seseorang untuk terus mencari kepuasan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya. Dalam Islam, konsep hedonisme ini bertentangan dengan prinsip hidup yang seimbang dan penuh kesadaran (muhasabah) serta menghindari sikap berlebihan (israf).
Salah satu bahaya terbesar dari hedonisme digital adalah ketergantungan terhadap kesenangan dunia maya. Realitas kehidupan saat ini sebahagian besar masyarakat menghabiskan waktu berjam-jam untuk berselancar di media sosial, menonton konten hiburan, atau bermain game tanpa batasan yang jelas. Ketergantungan semacam ini berisiko menurunkan produktivitas, menghambat perkembangan diri, serta menjauhkan seseorang dari ibadah dan refleksi spiritual.
Oleh karena itu manusia diperingatkan agar jangan lalai dengan pemanfaatan waktu. Allah SWT berfirman “ Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran” (QS. Al-Ashr: 1-3).
Ayat ini menegaskan betapa pentingnya menggunakan dan mengelola waktu secara efektif, produktif dan maslahah serta pentingnya menjaga keseimbangan dalam menggunakan teknologi secara tepat agar tidak terjebak dalam hedonisme yang berlebihan.
Selain hedonisme digital, distraksi teknologi juga menjadi masalah serius dalam kehidupan modern. Distraksi ini mengacu pada gangguan perhatian yang disebabkan oleh penggunaan teknologi secara berlebihan, sehingga menghambat konsentrasi dalam bekerja, belajar, atau bahkan dalam beribadah. Misalnya, banyak orang yang sulit fokus saat membaca Al-Qur’an atau salat karena terbiasa dengan kebiasaan multitasking di dunia digital.
Para ahli psikologi menyebutkan bahwa distraksi digital berdampak signifikan terhadap kesehatan mental dan kognitif seseorang seperti: menurunkan konsentrasi, menurunkan produktivitas, menurunkan kesehatan mental, menurunkan kualitas tidur, serta dapat meingkatkan stress dan kecemasan.
Islam menekankan pentingnya khusyuk dalam beribadah, yaitu melibatkan hati, pikiran, dan jiwa yang sepenuhnya hadir dalam menyembah Allah SWT. Kekhusyukan dalam beribadah merupakan kunci utama dalam meraih keuntungan dan kesejahteraan hidup.
Gangguan perhatian akibat teknologi dapat merusak hati dan menjauhkan seseorang dari ketenangan batin. Dampak distraksi teknologi juga berpengaruh terhadap kesehatan mental. Banyak studi menunjukkan bahwa penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan, stres, hingga depresi.
Dalam Islam, ketenangan hati adalah hal yang sangat penting, sebagaimana Allah SWT berfirman: “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Jika seseorang terlalu sibuk dengan teknologi hingga melupakan dzikir dan ibadah, maka ia akan rentan mengalami kegelisahan batin.
Salah satu cara untuk mengatasi hedonisme digital dan distraksi teknologi adalah dengan menerapkan konsep muraqabah, yaitu kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi setiap perbuatan kita. Dengan kesadaran ini, seseorang akan lebih berhati-hati dalam menggunakan teknologi dan lebih selektif dalam mengakses konten yang bermanfaat.
Selain itu, Islam juga mengajarkan konsep tadabbur dan tafakkur, yaitu merenungkan makna kehidupan dan ciptaan Allah. Dengan memperbanyak refleksi diri, seseorang akan lebih memahami bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari kesenangan digital yang bersifat sementara, melainkan dari kedekatan dengan Allah dan kehidupan yang penuh makna.
Membangun disiplin diri dalam menggunakan teknologi juga merupakan langkah penting dalam menjaga keseimbangan hidup. Bulan ramadhan dengan ibadah puasa yang kita jalani saat ini merupakan momen yang tepat untuk melatih diri dalam mengekang hawa nafsu (jihadun nafs), termasuk mengekang hawa nafsu untuk terus-menerus mencari hiburan digital. Dengan melalui disiplin diri, kita dapat mengatur waktu dengan bijak dan menghindari pemborosan waktu dalam aktivitas yang tidak produktif.
Selain aspek individu, peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting dalam mengatasi bahaya hedonisme digital. Orang tua perlu memberikan edukasi kepada anak-anak tentang penggunaan teknologi yang sehat dan membimbing mereka agar tidak terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan instan.
Begitu pula dengan lingkungan sosial dimana diperlukan menciptakan budaya digital yang lebih sehat dan lebih bermakna. Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, umat Islam dituntut untuk lebih cerdas dan bijaksana dalam memanfaatkan teknologi.
Perlu disadari bahwa teknologi adalah alat atau sarana yang dapat membantu dan memberikan kemudahan untuk keperluan yang produktif dan maslahah, tetapi jika tidak digunakan dengan benar, ia dapat menjadi sumber kehancuran mental dan spiritual. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menerapkan prinsip keseimbangan dalam hidup agar tidak terjerumus dalam hedonisme digital dan distraksi teknologi yang merugikan.
Singkatnya bahwa hedonisme digital dan distraksi teknologi adalah tantangan besar dalam kehidupan modern yang dapat mengganggu keseimbangan spiritual, mental, dan sosial seseorang. Perspektif Islam, menjaga keseimbangan dalam menggunakan teknologi adalah kunci utama agar manusia tetap berada dalam jalur yang benar, yakni hidup yang bermakna, produktif, dan penuh ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan kesadaran ini, kita dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk kemaslahatan, bukan sebagai penghalang dalam mencapai kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bissawab. (*)