Site icon Ujung Jari

Wabup Barru Kaynote Speaker Sosialisasi Cagar Biosfer

MAKASSAR,UJUNGJARI–Wabup Barru didaulat sebagai Kaynote Speaker dalam acara Sosialisasi Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne di Hotel Harper Makassar, Rabu(26/2/2025).

Wabup Abustan hadir mewakili Bupati Barru Andi Ina Kartika Sari yang tengah mengikuti retret kepala daerah di Magelang, saat ini mempercayakan kepada Wabup menjankan roda pemerintahan di kabupaten Barru.

Sosialisasi Cagar Biosfer ini juga dihadiri langsung beberapa petinggi. Diantaranya Plt. Kepala BBKSDA Sulsel ( T. Heri Wibowo, S.Hut.,M.Eng), Perwakilan Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sulsel, Perwakilan Kepala Bappelitbangda Sulsel, Dekan Fakultas Kehutanan Unhas, Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan UMMA Maros, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Sulawesi Maluku, Kepala UPTD KPH Bulusaraung Cenrana, Direktur pengelolaan kawasan konservasi Kementerian Kehutanan (Ns), Ketua MAB UNESCO Indonesia (Ns),Kadis Lingkungan Hidup Kab. Sukabumi Jawa Barat (Ns), Project Manager Fauna dan Flora IP Sulsel, Perwakilan NGO (Non-Governmental Organization), Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulu Saraung, Plh. Kepala Bappelitbangda Barru, Bappelitbangda Maros,Pangkep dan Bone, Kabid Ekonomi Bappelitbangda Barru, Kasi Perlindungan Hutan mewakili Kepala UPTD KPH Ajatappareng Kab.Barru dan Undangan lainnya

Dalam acara ini, Wakil Bupati Barru didaulat untuk membuka kegiatan sosialisasi . Dalam sambutannya, Wakil Bupati Barru. “Alhamdulillah, hari ini saya hadir untuk mengikut sosialisasi pertama sejak dilantik sebagai Wakil Bupati mewakili Bupati Barru yang saat ini tengah mengikuti Retret di Magelang bersama kepala daerah lainnya,” ucap Abustan.

Diakui Abustan, suatu kebanggaan karena didaulat untuk mewakili kita sekalian untuk memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan sosialisasi hari ini.

“kita sudah memahami bahwa Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan, dan Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung telah mengusulkan sekitar 723 ribu Ha Area untuk dijadikan sebagai Cagar Biosfer,” terangnya.

Hal ini bertujuan untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan konservasi dan areal bernilai penting di Sulsel.

“Cagar Biosfer ini merupakan kawasan terpadu yang mengharmonisasikan kepentingan konservasi dengan pembangunan sosial, ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, dan diakui di tingkat internasional,” terangnya.

Keberadaan Cagar Biosfore memiliki peran yang sangat strategis, tidak hanya dalam aspek perlindungan dan perestralian alam tetapi juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Menanggapi penyampaian Plt.Kepala BBKSDA Sulsel terkait tiga zona utama Cagar Biosfer ini, bahwa jika fungsi tiga zona ini bisa kita wujudkan, maka saya yakin kurang lebih 6% penduduk miskin di Indonesia yang berada di pesisir hutan bisa disejahterakan karena disini ada aspek ekonominya, kemudian ada konservasi, dan disitu juga ada penelitian.

“Saya pernah membaca buku Najam dari Korea bahwa sektor pertanian dan kehutanan kembali ke alam dan berbasis organik, Karena ternyata organik yang ada di dunia sekarang itu tidak ada yang lepas dari zat kimia,” jelasnya.

Najam ini belajar bercocok dihutan, dimana dihutan tanaman subur banyak sumber – sumber hara yang betul-betul bisa meningkatkan produktivitas dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

Sosialisasi hari ini sangat bagus karena wilayah Sulsel sambil mencontohkan wilayah Kabupaten Barru dimana dengan luas 1.174,720 Km atau 117.ribu Ha diantaranya 68 % termasuk kawasan hutan lindung dimana tidak sampai 50 % itu ada pohon. Nah, ini yang perlu kita diskusikan bersama.

“Sehingga kehadiran kita hari ini saya kira sangat penting, karena Kalau bukan hutan yang kita pelihara sekarang saya yakin Indonesia 20 hingga 30 tahun kemudian hanya tinggal 1/4,” imbuhnya.

Sekarang kenaikan air laut itu 1,4 cm/tahun dan menurut yang saya pernah baca bahwa satu pohon yang berumur di atas 25 tahun itu mampu menampung air pada saat hujan ini minimal 25 liter, Kalau 1 juta pohon ditebang maka ada 25 juta liter air yang tadinya tertahan di hutan, sekarang ada di pesisir.

Dengan status Cagar Biosfer sangat penting membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, baik dalam skala nasional maupun internasional dan peluang kolaborasi sangat terbuka .

Sehingga kalau kita mau berkolaborasi, maka kita harus duduk bersama, diskusi, kemudian kita membangun konsensus bersama, jadi kolaborasi bukan kerjasama tetapi lebih tinggi dari pada kerjasama.

Dan itu yang harus dilakukan, disini ada NGO perannya apa? Pemerintah, perannya apa? Saudara-saudara kita yang ada di kawasan hutan, perannya apa? Perguruan tinggi, perannya apa? Itu yang didiskusikan terutama terkait dengan merancang apa yang perlu dilakukan kemudian membangun satu konsensus.

Karena kenapa, Kalau pembangunan sosial, ekonomi, ilmu, pengetahuan, dan teknologi dilakukan sendiri oleh Balai saya sangat yakin tidak akan berjalan.

Pada sesi tanya jawab dan diskusi Abustan juga kepada Komitmen Pemprov Sulsel tentang Cagar Biosfer, seperti apa Pembagian peran 4 (empat) Kabupaten (Kab.Barru, Kab.Maros, Kab.Pangkep, dan Kab.Bone) tentang Cagar Biosfer, dan juga menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Barru berkomitmen untuk memasukkan perencaan Cagar Biosfer dalam dokumen RPJMD Kab.Barru tahun 2024-2030.

Sementara itu Plt. Kepala BBKSDA Sulsel ( T. Heri Wibowo, S.Hut.,M.Eng. Kegiatan ini untuk membahas langkah-langkah strategis dalam proses inisiasi pengusulan nominasi Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne.

Dalam konsepnya, Cagar Biosfer tidak hanya berfungsi sebagai kawasan konservasi semata, tetapi juga memiliki peran penting dalam pembangunan berkelanjutan dan sebagai pendukung logistik bagi kepentingan penelitian dan pendidikan. Ketiga fungsi utama ini diwujudkan dalam sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona penyangga, dan zona transisi.

“Dalam konteks pengusulan Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne, saat ini kita telah memasuki tahap inisiasi nominasi,” ungkapnya.

Adapun zona inti dari Cagar Biosfer ini mencakup Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dan Taman Wisata Alam Cani Sidenreng.Sementara itu, zona penyangga meliputi Kawasan Ekosistem Esensial (KEE), dan zona transisi mencakup wilayah administratif Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, dan Bone.

“Dengan adanya pembagian zonasi yang jelas ini, diharapkan sinergi antara pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dapat berjalan selaras demi kepentingan bersama,” pungkasnya.( Udi)

Exit mobile version