SURABAYA , UJUNGJARI.COM–Mengantisipasi kelangkaan garam farmasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara resmi menyerahkan Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada PT UniChem Candi Indonesia untuk fasilitas produksi garam farmasi.
Penyerahan sertifikat ini dilakukan langsung oleh Kepala BPOM, Taruna Ikrar, dalam acara “Intensifikasi Asistensi Regulatori Obat Tingkatkan Kepatuhan dan Kemandirian Obat dan Bahan Obat Lokal yang Aman, Bermutu, dan Berkhasiat” di Surabaya, Senin, 24 Februari 2025.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Taruna Ikrar menyampaikan bahwa langkah ini mendukung implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan tentang Pergaraman Nasional.
Sebagai langkah antisipasi terhadap potensi kelangkaan garam farmasi, BPOM mendorong industri dalam negeri untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Berdasarkan data terkini, stok bahan baku garam farmasi diperkirakan hanya mencukupi hingga April 2025 imbuh taruna.
Lanjut Taruna Untuk mengatasi hal ini maka BPOM mempercepat proses sertifikasi CPOB guna memastikan pasokan jangka panjang tetap terjaga tanpa mengurangi kualitas.
Sebagaimana diketahui bahwa saat ini telah ada 2 (dua) perusahaan garam farmasi yang telah mendapatkan sertifikat CPOB yaitu PT. Karya Daya Syafarmasi dan PT Tudung Karya Daya Inovasi.
Dengan bertambahnya industri garam farmasi yang tersertifikasi CPOB dengan kapasitas 12.000 ton per tahun, diharapkan kebutuhan garam farmasi dapat terpenuhi.
Namun demikian, masih terdapat 1 (satu) perusahaan garam farmasi yang saat ini masih dalam pendampingan Badan POM guna mendapatkan sertifikat CPOB.
Rata-rata kebutuhan garam farmasi sebesar 7000 ton/tahun dan masih dipenuhi dari impor, kebutuhan ini diproyeksikan akan terus meningkat rata-rata 8 persen/tahun dalam waktu 6 tahun kedepan, sejalan dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan pertumbuhan penduduk.
Dengan tersertifikasinya 3 (tiga) industri garam farmasi, total kapasitas produksi meningkat menjadi 14.640 ton per tahun.
Hal ini diharapkan dapat menjaga ketersediaan garam farmasi serta mendukung implementasi Perpres 126 Tahun 2022 dalam upaya mewujudkan kemandirian produk dalam negeri.
Dukungan Badan POM terhadap produk garam farmasi dalam negeri adalah dengan melakukan pendampingan dan prioritas terhadap pengajuan registrasi variasi produk jadi farmasi yang menggunakan produk garam farmasi lokal.
Upaya percepatan juga dilakukan untuk namun tetap memperhatikan produk farmasi yang aman, berkhasiat dan bermutu pungkas taruna.
Pada acara yang sama deputi 1 rita mayona menambahkan Kepala BPOM juga menyerahkan sertifikat CPOB kepada PT Bio Farma dan RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS) untuk fasilitas produksi radiofarmaka.
PT Bio Farma menjadi industri farmasi pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi CPOB untuk fasilitas produksi radiofarmaka bersumber siklotron, sedangkan RSHS menerima sertifikasi untuk fasilitas produksi radiofarmaka bersumber generator 68Ge/68Ga (68germanium/68gallium).
Penerbitan sertifikat ini merupakan langkah strategis BPOM dalam mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
BPOM berkomitmen untuk terus mempercepat proses sertifikasi fasilitas produksi guna menjamin ketersediaan bahan baku dan produk inovatif dalam negeri, guna mendukung kemandirian produk farmasi dalam negeri serta mewujudkan Asta Cita Presiden RI yang ke 5 yaitu Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.