MAKASSAR, UJUNGJARI — Moh Ramdhan “Danny” Pomanto baru saja purna bakti. Meski memimpin Makassar selama dua periode, rapornya tidak terlalu bagus di mata pengamat.
Akademisi Unhas, Dr. Rahmat Muhammad,M.Si: yang mengevaluasi kepemimpinan Danny Pomanto (DP) selama 10 tahun hanya memberi angka 7 pada sang arsitek.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Rahmat Muhammad yang merupakan pakar Sosiologi menyebut ia memberi nilai 7 untuk skala 1 sampe 10. Menurutnya, angka itu pada dasarnya tidak masuk kategori buruk.
Namun, ia menegaskan bahwa nilai 7 DP selaku pemimpin juga tidak termasuk bagus.
“Hanya cukup. Tapi tidak istimewa,” katanya di Makassar, Kamis (20/2/2025).
Apa indikator dari penilaian Rahmat? Ia menjelaskan bahwa dari perspektif pemerintahan, DP seringkali mengabaikan kompetensi dan skill dalam penempatan pejabat atau pemberian jabatan.
Ia pun berharap Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA) yang baru saja dilantik bisa memperbaiki kondisi ini. Menurutnya, pengabaian kompetensi di pemerintahan sangat berpengaruh pada layanan publik.
“Ini harus diperbaiki pemerintah berikutnya karena itu akan berbanding lurus dengan kualitas layanan pemerintah kota,”tegasnya.
Rahmat juga menyoroti banyaknya pengangkatan pelaksana tugas (plt) dan pencopotan pejabat yang dilakukan DP sesuka hatinya. Termasuk RT/RW yang amburadul dan menjadi konflik di tengah masyarakat.
Masih terkait dengan pengabaian kompetensi, Rahmat juga menganggap di periode DP terlihat jelas penunjukan pejabat karena alasan suka atau tidak suka.
”Terlalu kental like and dislike. Lebih condong ke suka dan tdak suka, bukan kompetisi,” kritiknya.
Ditegaskan Rahmat, ini perlu menjadi perhatian besar Pemerintahan yang baru. Alasannya, memilih dan menempatkan seseorang di jabatan tertentu berdasarkan like and dislike itu sangat merusak.
Dalam perpektif leadership, Rahmat juga menyoroti DP. Ia menilai mentalitasnya terkadang tidak mencerminkan prinsip Sipakatau atau saling memanusiakan sebagaimana cerminan budaya orang Sulsel.
Itu kata dia bisa dilihat dari berbagai kejadian dimana DP melontarkan kata-kata yang kurang pas.
DP juga suka menyalahkan orang lain.
Tidak sedikit rekam jejaknya menunjukkan DP pemimpin yang enteng sekali melontarkan kata yang kemungkinan bisa mengganggu dan melukai perasaan orang lain.
“Makanya, kita tentu mengharapkan pemerintah ke depan harus jadi pemimpin yang sejuk dalam bertutur kata dan tidak punya kebiasaan melempar kesalahan kepada pihak lain,” ujarnya.
Dari sisi program dan pembangunan, Rahmat juga sangat pedas mengeritik DP. Menurutnya, banyak bengkalai yang ditinggalkan Danny Pomanto.
“Misalnya, masalah sampah dan banjir. Tidak ada indikator yang bisa dilihat yang menunjukkan bahwa kondisi dan penanganannya lebih baik dalam 10 tahun,” kritiknya.
Program yang dicanangkan DP di mata Rahmat juga banyak yang mengawan-awan. “Bagus didengar tapi realitasnya jauh dari yang dharapkan. Banyak program bombastis tapi tidak ada realisasi,” tegasnya.
Contoh program yang bombastis DP yakni pembangunan TPA Bintang 5 yang tidak pernah teralisasi yang kemudian diikuti proyek Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
Selain itu, DP juga sempat menggembor-gemborkan akan menghadirkan moda transportasi Pete-pete Smart yang pada akhirnya gagal juga.
Pete-pete smart digagas Danny Pomanto di periode pertamanya. Program ini dilaunching pada 2016 lalu. Armada ini dilengkapi dengan halte kapsul dan dilengkapi WiFi, televisi serta penyejuk udara.
Yang juga sangat mengkhawatirkan di era DP adalah aspek keamanan. Di bawah kendalinya, Makassar sempat dijuluki kota begal akibat begitu masifnya kejahatan di jalanan. (*)