armin mistamin toputiri

Rupanya, kekuatan karakter, lebih bermartabat dari sekadar gelar dan jabatan kekuasaan” (Joe Biden).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

JIMMY, nama adik sepupu saya. Nama disemat ayahnya, adik ibu saya. Kini usia 47 tahun, tapi saya masih sangsi, muasal manakah paman saya, memungut nama — di kampung kami kala itu — tak lazim.

Syahdan, 9 Januari 2025 kemarin. Jejaring media seantero jagad, ramai memberitakan. Di layar tivi, terlihat peti jenazah berbalut kain bendera “The Stars and Stripes”.

Diusung dari Capitol Hall menuju Katedral Nasional Washington. Prosesi penghormatan akhir, sebelum jenazah dikebumikan, di kampunnya di Plains-Georgia.

Alih-alih, saya patut menduga. Jika paman saya, mencomot nama depan, sosok jenazah dalam peti itu. Ikut menamai putranya, Jimmy. Lahir 1977, saat sama, sesosok itu dilantik Presiden Amerika Serikat ke-39.

***

James Earl Carter — populer Jimmy Carter — mantan presiden Amerika, 1977-1981. Pasca 23 bulan dirawat di rumah sakit Empry University Atlanta — Jimmy lahir 1 Oktober 1924 — jelang akhir tahun, 29 Desember 2024, wafat diusianya yang ke-100.

Sejarah mantan presiden Amerika, Jimmy berusia terpanjang. Wafat kala sebagian anggota kabinet di eranya, lebih dulu pergi. Ronald Reagan, yang menumbangkannya menuju periode kedua, lebih dulu wafat 2024, usia 93 tahun. Dan pengganti Reagan, George H.W. Bush wafat 2018, usia 94 tahun.

Lima mantan presiden masih hidup, hadir memberi penghormatan akhir. Clinton 1993-2001, Bush 2001-2009, Obama 2009-2017, Trump 2017-2021, terpilih lagi 2025-2029. Dan segera berakhir, Biden 2021-2025.

Clinton dan Obama, mulai menjabat usia 40-an. Jimmy dan Bush, diusia 50-an. Trump 2017, usia 70 tahun. Biden 2021, 78 tahun. Ajaibnya; Clinton, Obama dan Biden seasal Jimmy (Demokrat) — Bush malah seasal Trump (Republik) — semua tak rela, negerinya dipimpin Trump.

Josh Carter, salah satu cucu Jimmy, saat berbincang awak media, seloroh. “Kakek saya lama dirawat. Seolah menunggu waktu, memanfaatkan satu suaranya pada Pilres November 2024 lalu. Tentu, bukan buat Trump”.

***

Like impossible, Jimmy meniti karir politik, tak ubahnya Jokowi. Petani kacang tanah, masuk Angkatan Laut. Mundur balik jadi petani. 1962 nyaleg, dua kali terpilih senator Georgia. 1970 ikut pilkada, terpilih Gubernur Georgia. 1976, ikut Pilpres, menang menekuk Gerald Ford (Republik).

Empat tahun ia memanggul jabatan, saat negeri super power itu guncang. Gejolak revolusi Iran, berimbas Arab vs Amerika adu embargo. Minyak langka. Kalut moneter tak terhindar. Resesi ekonomi akibat inflasi. Jumlah penganggur, pun melonjak.

Jimmy sukses memediasi, Anwar Sadat (Mesir) vs Menachem Begin (Israel), lewat “Camb David Accords” 1978, tapi diabai publik. Kebijakan pengalihan otorita Terusan Panama, lewat “Traktat Torrijos-Carter” 1977, dibully. Media tak henti menjepit, mencapnya presiden paling gagal sepanjang sejarah Amerika.

Terlebih, saat siap-siap maju periode kedua Pilpres 1980, revolusi Khomeini di Iran meledak. Jimmy menerima pelarian Reza Pahlevi yang diusir dari negeri Persia. Warga Iran protes, lalu 4 November 1979, menyandera 52 diplomat-warga Amerika di Kedubes Amerika di Teheran.

Jimmy butuh 444 hari bernegosiasi, pembebasan sandera tak terkabul. Berlarut-larut, padahal pencoblosan Pilpres kian dekat. Reputasi Jimmy ambruk, wujud “bola muntah” bagi Gubernur California Ronald Reagen. Isu kampanye Reagen, membully Jimmy, dapat simpati rakyat. Reagen, terpilih presiden Amerika ke-40.

***

Pasca lengser, Jimmy berposisi, negarawan senior. Lewat “Carter Centre” dan “Habitat for Humanity”, didirikan bersama istrinya Rosalynne, Jimmy berkeliling dunia. Memberi bantuan kesehatan, kampanye perdamaian, HAM dan demokrasi.

Saat Tzunami Aceh, juga Pilpres pertama, Jimmy ke Indonesia. Dan atas dedikasinya di bidang sosial, 1998 dianugerahi PBB “UN Award”, bidang HAM. 2002, meraih Nobel Perdamaian. “Perang kadang dibutuh, tapi perang tetaplah kejahatan. Tak pernah memberi kebaikan. Kita tak akan bisa belajar hidup damai, dengan cara saling membunuh satu sama lain” ujarnya dalam pidato.

Setahun jelang wafat, Jimmy telah meminta Biden, pidato saat upacara pelepasan jenazahnya. Meski, semi sadar meralat, “Maafkan, harusnya saya tak mengatakan itu”. Dan Kamis, 9 Januari 2025 kemarin, wasiat itu ditunai Biden. Depan peti jenazah, Biden pidato, “persahabatan saya dengan Jimmy, banyak pelajaran saya petik”. (Lanjutannya, saya kutip di awal catatan ini).

***

Jimmy, telah pergi. Petani kacang tanah, tak dinyana memenangi Pilpres 1980. Saat sama, adik sepupu saya lahir di Blitar, saat ayahnya tugas di sana. Paman saya terinsfirasi, ikut menamai putranya Jimmy.

Tapi entah, apa adik sepupu itu tau. Soal khusus, dibawa Jimmy Carter hingga liang lahat. Ia legowo, kalah saat Pilpres 1980. Tapi disesalinya, belakangan ia tau, dirinya dikibuli.

Sandera warga Amerika di Iran, jauh sebelumnya telah dibebaskan, masa Jimmy presiden, tapi tak dipublis. Resmi dibebaskan dan dipublis, justru sekian hari setelah Reagen dilantik.

Jadwal pembebasan sandera itu, bagi Jimmy, siasat Reagen berkonspirasi Iran. Semata mengoyak reputasinya. Terbukti, Pilpres 1980 dimenangkan Reagen, bukan Jimmy lagi. Nah Loh!

Makassar, 11 Januari 2025