MAKASSAR–Ada yang berbeda dalam penerimaan rapor di SD Negeri Borong, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Jumat, 20 Desember 2024. Penerimaan laporan pendidikan semester ganjil Tahun Ajaran 2024-2025 ini, dirangkaikan dengan peringatan Hari Ibu.

Selain itu, untuk pertama kalinya, Muhammad Agus, S.Pd, Gr, memberi sambutan dalam kapasitas sebagai Plt Kepala UPT SPF SD Negeri Borong. Penerimaan rapor dalam suasana Makassar diguyur hujan itu, tidak menyurutkan orangtua hadir di sekolah yang berada di Jalan Borong Raya Nomor 8.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penerimaan rapor dilakukan dalam 2 sesi. Sesi pertama terdiri dari kelas rendah, yakni kelas 1, 2, dan 3. Sedangkan orangtua murid kelas tinggi, terdiri dari kelas 4, 5, dan 6, hadir pada sesi kedua.

Pada tahun 2024 ini, kita memperingati Hari Ibu ke-96. Tema peringatan Hari Ibu adalah “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya, Menuju Indonesia Emas 2045”.

Sebelum penerimaan rapor, orangtua mendapat motivasi dari Dr Sri Gusty, ST, MT, dosen, penulis, dan juga seorang wirausaha. Sri Gusty, yang merupakan Wakil Dekan Fakultas Pascasarjana Universitas Fajar (Unifa) berbagi inspirasi sebagai seorang ibu yang punya karier profesional.

“Anak saya masih kelas 2, jadi kita menghadapi kerempongan yang sama,” kata perempuan yang hobi bernyanyi dan menulis puisi itu.

Seorang ibu, kata Sri Gusty, adalah sosok yang multitalenta. Dia memainkan banyak peran, bukan cuma sebagai orangtua bagi anaknya. Namun juga menjadi bendahara, koki, kadang tukang cukur, pelayan, sopir, dan berbagai peran lainnya.

Dia mengaku, berbagai pencapaian kecilnya sampai saat ini, tidak terlepas dari pola asuh yang diterapkan orangtua, khususnya ibunya yang seorang guru. Peran dan doa-doa ibunya itulah yang jadi salah satu kunci keberhasilannya.

Siri Gusty mengenang, ketika masih duduk di bangku SD, kalau pulang sekolah, sebelum mengganti baju, dia langsung kerjakan PR-nya. Orangtuanya suka memberikan reward padanya. Dia sangat senang kalau dijanjikan akan dibelikan sepeda dan meja belajar, misalnya.

“Reward itu penting dalam memberikan semangat belajar kepada anak,” imbuhnya.

Kita sebagai orangtua, kata Sri Gusty, harus bisa memaksimalkan waktu bersama anak. Bila perlu tinggalkan HP saat berada bersama anak. Interaksi, komunikasi dan kasih sayang, secara psikologi terbangun, saat ibu bersama anaknya.

Sedapatnya, kata dia, ibu sendiri yang memasakkan untuk anaknya. Karena itu bukan cuma untuk memenuhi kebutuhan anak tapi guna membangun kedekatan.

“Saya sekarang rasakan, kalau kita dimasakkan ibu kita, maka akan selalu diingat. Walau hanya cobek-cobek ji yang dibuatkan,” kenangnya.

Namun, tambahnya, kita sekarang serba dimudahkan, tinggal memesan saja, makanan yang diinginkan datang. Hanya saja disarankan, pemanfaatan teknologi ini mesti bisa meningkatkan keterampilan seorang ibu. Ibu bisa mencari resep di internet atau video tutorial untuk memasakkan menu kesukaan anak atau suaminya.

Dikatakan, kalaupun kita punya kecukupan materi, anak-anak jangan dimanjakan dengan selalu diberikan uang. Tidak semua permintaan anak harus dipenuhi. Kalau pun dikasi uang, ditanya lagi, dibelikan apa itu uang ta. Biar kita tahu peruntukannya secara tepat.

Hal lain yang disampaikan, bahwa jangan membanding-bandingkan kemampuan kita sebagai orangtua dengan anak kita. Karena zaman dan situasi kita sangat berbeda dengan anak kita saat ini.

“Hal-hal kecil itu kalau dilakukan konsisten, insya Allah akan berdampak besar dan bermanfaat bagi kehidupan anak kelak,” paparnya.

Muhammad Agus, mengatakan reward yang diberikan kepada anak sebaiknya sesuai apa yang jadi kebutuhan dan keingan anak. Kalau anak inginkan mobil-mobilan, misalnya, jangan dibelikan bola. Ditambahkan bahwa apresiasi kepada anak tak harus berupa benda atau barang, tapi bisa juga dalam bentuk ucapan atau kata-kata.

Momen penerimaan rapor ini, digunakan kepala sekolah untuk juga berbagi inspirasi. Dikatakan, saat penerimaan rapor, kita bukan cuma mengucapkan terima kasih tapi juga bersyukur. Bahwa rampung lagi satu proses yang dilewati anak kita.

Muhammad Agus yang masih tercatat sebagai guru PJOK di SD Negeri Pongtiku 1 itu menekankan pentingnya komunikasi efektif dan saling menghormati, antara guru dan orangtua. Katanya, perlu komunikasi secara terbuka antara guru dan orangtua demi kemajuan pendidikan anaknya. Kerjasama dan kolaborasi diperlukan jika ingin pendidikan dan sekolah maju.

Kepada orangtua, Muhammad Agus meminta agar mereka memahami kemampuan akademik anaknya. Orangtua mesti mengetahui pelajaran apa yang anaknya senangi. Bila perlu berkonsultasi dengan guru, apa yang bisa dilakukan untuk kemajuan anak didiknya.

“Saya mengimpikam, anak-anak kita masuk ke sekolah dengan bahagia dan meninggalkan sekolah juga dengan suasana hati yang bahagia,” harapnya.

Sebagai rangkaian dari Hari Ibu yang biasa diperingati setiap tanggal 22 Desember, Ketua Bunda Pustaka, Mulyati Husain, tampil menyampaikan keberadaan komunitasnya yang merupakan program inovasi sekolah itu.

Bunda Syafa, begitu Mulyati Husain akrab disapa, mengaku banyak manfaat yang dirasakan. Bukan cuma bagi dirinya dan ibu-ibu yang tergabung dalam Bunda Pustaka, tapi juga bagi anak-anak, dan sekolah.

“Banyak manfaat bisa didapat, terutama bagi anak-anak kita,” ajak Bunda Syafa.

Karena itu dia mengajak orangtua berpartisipasi dan berkolaborasi, demi keberlanjutan organisasi dalam mendukung program-program sekolah. Salah satunya, yakni berkaitan dengan Program Gerakan Literasi Sekolah.

Sedianya, kegiatan ini diadakan selama 3 hari, mulai Rabu-Jumat (18-20 Desember 2024). Makanya dinamakan Festival Hari Ibu, yang dimotori Bunda Pustaka. Namun karena kondisi cuaca tidak mendukung, dilakukan hanya sehari.

Dalam kegiatan yang dipandu Annisah Arsyad itu, selain orangtua siswa dan guru, juga hadir pengurus Bunda Pustaka, dan pegiat Sekolah Ramah Anak, Rusdin Tompo. (*)