MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Prof KH Muammar Bakry menyebut, usai Pilkada serentak yang baru saja digelar di Sulsel, masyarakat harus kembali bersatu dan saling merangkul.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan (Sulsel) itu usai membuka acara dialog akhir tahun bersama para tokoh agama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tentu kita berharap Sulsel tetap kondusif. Apalagi kita akan menyambut pemimpin baru,” ujar Prof Muammar, Minggu (15/12).
Dikatakan Prof Muammar, masyarakat harus menerima secara terbuka siapapun yang terpilih sebagai pemimpin. Meskipun itu bukan pilihan politiknya.
“Siapapun yang ditetapkan KPU, kita tentu harus terima sebagai warga negara, kita harus terima dengan lapang dada,” terangnya.
Ia menegaskan bahwa demi kerukunan antar masyarakat dan ummat, setelah penetapan resmi dari KPU mestinya tidak ada lagi pembahasan nomor-nomor pasangan calon (Paslon).
“Tidak ada lagi nomor setelah ini, karena pemimpin terpilih adalah pemimpin kita semua,” tukasnya.
Prof Muammar bilang, bukan hanya masyarakat yang mesti menjaga kerukunan, tapi juga pemimpin terpilih harus bisa memberikan pelayanan terbaik.
“Kami berharap pemimpin yang dipilih rakyat dapat mengayomi seluruh komponen masyarakat Sulsel,” sebutnya.
Selaras dengan itu, kata Prof Muammar, FKUB Sulsel mengadakan dialog akhir tahun untuk menjaga kerukunan dan kedamaian di tengah keragaman, serta mempererat persatuan menjelang tahun 2025.
“Ini bertujuan untuk memberikan kehangatan kembali, baik bagi tubuh maupun bagi semangat kita dalam menjaga kerukunan,” Prof Muammar menjelaskan.
Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) ini menekankan bahwa membuat proyeksi kedamaian dan kerukunan jelang 2025 merupakan hal yang sangat penting.
“Indonesia ini kita tahu bahwa terdiri banyak suku, beragam bahasa, bahkan agama. Nah potensi itu kita jadikan kekuatan bersatu bangsa,” ucapnya.
Hanya saja, menurut Prof Muammar, jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
“Jika tidak dikelola dengan baik, keragaman bisa menjadi sumber konflik. Seperti yang kita lihat di beberapa negara, kondisi dunia saat ini, terutama di Timur Tengah, mempengaruhi banyak negara,” bebernya.
Prof Muammar bilang, Indonesia harus bisa menjadi role model dunia dalam mengelola keberagaman. Sebab, Indonesia memiliki segalanya untuk itu.
“Indonesia harus menjaga pertahanannya dan, jika bisa, menjadi role model dunia dalam mengelola keberagaman. Ini adalah kekuatan yang luar biasa,” kuncinya.
Menghadiri dialog para tokoh tokoh agama, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulsel Muh Tonang, mengatakan ini merupakan ajang refleksi akhir tahun, evaluasi selama dalam satu tahun.
“Kegiatan akhir tahun sebagai refleksi hubungan natar umat beragama selama setahun yang dihadirkan seluruh majelis agama. Ini acara yang baik diadakan FKUB membangun kesetaraan yang sama sikap toleransi, ini tugas dari FKUB mengumpulkan semua tokoh agama se Sulsel,” terangnya.
Muh Tonang berharap dengan diadakan dialog agama pada akhir tahunnya ini juga mengevaluasi untuk tahun berikutnya
“Dengan kehadiran dialog yang kita bangun akan lebih luas lagi membangun hubungan antar agama, ini evaluasi apalagi yang harus diperbaiki tahun berikutnya, apalagi sa dua perayaan hari besar agama waktu dekat ini natal dan imlek. Harus terus dibangun saling menjaga umat masing masing pesan pesan kedamaian harus kita dorong terus, saling toleransi, saling mengingatkan sesama umat beragama, menjaga harmonisasi,” ungkap Tonang.
Sekadar diketahui, dialog tersebut dihadiri para tokoh tokoh seluruh agama, tokoh Tionghoa, Plt Kepala Badan Kesbangpol Sulsel, Ansyar, dan berbagai Majelis Umat dari berbagai lintas agama di Sulsel. (**)