MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Tim peneliti dari Universitas Hasanuddin (Unhas) yang diketuai oleh Prof Rinaldi Sjahril berkolaborasi dengan tim dari Universitas Teknologi Malaysia (UTM) untuk mendukung pengembangan komoditi porang (Amorphophallus muelleri).
“Kami berkolaborasi meneliti aspek keragaman morfologi dan molekuler Amorphophallus spesies, khususnya porang di Sulawesi Selatan,” jelas Ketua Tim Peneliti Porang Unhas Prof. Rinaldi Sjahril yang ditemui di Makassar, Sabtu (02/11/2024).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Prof. Rinaldi, porang merupakan komoditi potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Tanaman porang menghasilkan umbi yang mengandung glukomanan, suatu senyawa polisakarida yang digunakan secara luas dalam industri makanan, minuman, kosmetik, dan kesehatan.
Salah satu produk yang dihasilkan dari tanaman ini adalah beras porang, yang dipasarkan sebagai beras alternatif untuk diet, karena kandungan kalorinya yang lebih rendah dan serat yang lebih tinggi dibandingkan beras yang berasal dari padi.
Dengan harga umbi yang relatif stabil saat ini, dan akses pemasaran yang terbuka ke pasar ekspor, tanaman ini telah menjadi salah satu komoditi andalan baru petani di berbagai kabupaten di Sulsel.
Prof. Rinaldi menjelaskan masih banyak aspek yang perlu dikaji terkait pengembangan porang, baik dari segi teknis budidaya maupun pasca panen dan pengolahan.
“Kajian keragaman hanyalah tahapan awal, aspek lain misalnya pemuliaan untuk menghasilkan varietas produktifitas tinggi, atau kajian teknis budidaya untuk meningkatkan hasil produksi juga perlu dilakukan,” jelas Guru Besar Bidang Bioteknologi Sumber Daya Tanaman ini.
Sebagai Langkah awal, tim peneliti dari Unhas telah mengunjungi kebun dan pabrik pengolahan porang PT Al-Fatih Porang Indonesia di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap). Mereka berdiskusi dan berbagi perspektif, khususnya mengenai prospek dan kendala pengembangan porang di Sulawesi Selatan.
“Kami ingin melihat bagaimana kampus, akademisi, bisa turut berkontribusi secara praktis dalam pengembangan porang,” ujar Rinaldi.
Kepala Pabrik Porang PT Al-Fatih Porang Indonesia Ibrahim mengatakan, salah satu kendala terbesar dalam pengembangan porang adalah masa dormansi tanaman yang cukup lama. Pada musim kering, kata Ibrahim, tanaman akan memasuki fase dormansi, pada fase ini pertumbuhan terhenti dan hanya mempertahankan umbi di dalam tanah.
“Ketika memasuki fase dormansi, pabrik juga akan berhenti beroperasi karena tidak ada lagi input. Jika dormansi ini bisa dipatahkan atau dipercepat, hal ini akan sangat menguntungkan bagi petani maupun pabrik,” jeslas Ibrahim.
Sementara salah seorang praktisi porang Saharuddin, berharap pihak akademisi dapat memberikan saran aplikatif untuk meningkatkan produksi porang dan membantu meningkatkan pengetahuan petani mengenai budidaya porang.
“Perbanyak sosialisasi ke petani bagaimana cara budidaya yang baik, supaya produksinya juga naik” kata Saharuddin. (rhm)