MAKASSAR, UJUNGJARI–Mahasiswa UIN Alauddin melakukan unjuk rasa meminta kepada PTUN agar memberikan rasa keadilan kepada mahasiswa yang telah di Drop Out oleh Rektor.
Aksi ratusan mahasiswa yang tergabung dari berbagai fakultas ini selain meminta keadilan, juga menjelaskan tentang rektor yang mereka nilai telah mematikan demokrasi di kampus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah seorang mahasiswa yang bertindak selaku pimpinan demonstrasi Muh. Rezki ketika diwawancarai wartawan mengatakan, apa yang terjadi di kampus UIN Alauddin saat ini adalah bagian dari ketakutan para pimpinan kampus untuk dikritik dikarenakan banyak masalah, dugaan beberapa kasus yang melibatkan oknum pimpinan.
Dijelaskannya lagi bahwa teman-teman yang diskorsing bahkan yang di-DO adalah korban dari kejahatan akademik, ini terjadi pasca mahasiswa melakukan unjuk rasa terkait kasus yang sedang ditangani aparat penegak hukum yakni pembangunan gedung Pascasarjana dan Rumah Sakit Pendidikan UIN.
“Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kampus maka kami meminta kepada menteri agama untuk mengevaluasi rektor UIN Alauddin Makassar,” ungkap Sekjen Dema UIN ini.
Lanjutnya, Dibalik dua gedung yang menjadi polemik akibat dugaan korupsi yg diberitakan dibeberapa media, akhirnya Muncul aturan yg sangat bertentangan dengan undang undang ,kebebasan akademik dan hak asasi manusia.
Aturan tersebut kemudian mengakibatkan 31 mahasiswa menjadi korban skorsing.
Pimpinan kampus UIN Alauddin Makassar hari ini telah menunjukkan watak otoriter yang anti kritik. Olehnya itu selain persoalan keadilan untuk teman-teman yang sedang kami perjuangkan, kami juga mendesak Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudiawan agar segera menetap tersangka dalam kasus yang sudah setahun lamanya berproses di Polda.
“Sebenarnya tidak sulit, semua tergantung dari ketegasan pimpinan di Polda, dalam hal ini Dirkrimsus agar serius dalam menuntaskan masalah ini agar mahasiswa tidak curiga adanya kongkalikong dengan penyidik,” tutupnya. (*)