GOWA, UJUNGJARI.COM – Pada debat terbuka sesi kedua paslon Aurama’ (Amir Uskara-Irnawati Haeruddin) ‘memukul’ tanggapan paslon Hati Damai yang menyoal tentang pendidikan dan kebudayaan.

Suasana dalam area debat di Ballroom Harper di basement Hotel Harper, Makassar, Selasa (29/10) malam cukup riuh disebabkan tim pendukung masing-masing paslon saling tegang dan saling teriak mengandalkan jagoannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada sesi debat menyoal pendidikan dan kebudayaan, paslon Aurama’ mengimpikan satu program peningkatan kualitas guru melalui pemberian insentif khusus melalui BOS Daerah (Biaya Operasional Sekolah).

Dihadapan para panelis juga pada komisioner KPU Gowa dan komisioner Bawaslu Gowa dan perwakilan Pemerintah Kabupaten Gowa yang turut hadir menyaksikan debat paslon kedua ini, Amir Uskara mengatakan pentingnya dilakukan pemerataan kualitas guru, anak didik serta pemerataan infrastruktur pendidikan hingga ke wilayah terpencil.

Amir Uskara menekankan komitmen untuk peningkatan pendidikan di dataran tinggi atau pelosok. Untuk mewujudkan itu maka guru harus merata di setiap daerah di Gowa.

“Solusinya, harus ada rasa bagaimana memahami perasaan para guru yang selama ini mengajar di desa terpencil seperti di daerah dataran tinggi di Tompobulu. Karena itu ketika nanti kami terpilih jadi Bupati dan Wakil Bupati Gowa, ingatki, kami akan membuat BOS Daerah untuk memberikan insentif dan fasilitas khusus ke para guru yang mengajar di sana. Kita ubah paradigma bahwa guru yang dulunya hanya mau mengajar di kota, kini bisa tetap bertahan di desa dengan cara guru-guru di lokasi terpencil itu kita beri insentif khusus. Dengan cara ini kami yakin mereka (guru di dataran tinggi) tetap betah dan mau mengajar di pelosok,” kata Amir Uskara.

Hanya saja, komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru ala Aurama’ ini dinilai paslon Hati Damai justru akan menimbulkan kesenjangan antara guru yang di dataran rendah dengan guru di dataran tinggi.

Alasan Hati Damai seperti dilontarkan Husniah Talenrang saat menanggapi jawaban Autama’ tersebut, menilai semua guru harus diperlakukan sama agar tidak saling iri.

“Tidak boleh ada kesenjangan guru dengan akan memberikan insentif kepada guru di pegunungan sedang guru di dataran rendah tidak. Harus dapat semua insentif,” tandas Husniah Talenrang.

Tapi tanggapan Hati Damai itu dimentahkan oleh Aurama’. Menurut Amir Uskara, insentif khusus yang dimaksud adalah sesuatu hal yang akan membuat para guru betah bertugas di pedesaan.

“Itu khusus bagi guru yang ada di dataran tinggi. Kenapa harus diberi kenyamanan melalui pemberian insentif sebab tentu mereka jenuh dengan kondisi wilayah mereka mengajar sementara gaji mereka dengan guru yang di kota, sama. Jalan rusak, akses internet lemah, jarak ke sekolah jauh dan sulit kendaraan itulah yang membuat guru dataran tinggi jenuh. Makanya kita akan beri insentif khusus itu. Saya kira tidak akan ada kesenjangan di antara guru sebab dengan insentif khusus ini bisa jadi guru yang di kota malah mau mengajar di tempat jauh itu, ” papar Amir Uskara.

Dengan komitmen ini, Aurama’ berharap dapat membawa perubahan positif dan meningkatkan kualitas pendidikan di Gowa.

Selain soal kesejahteraan guru, Aurama’ juga mengaitkan dengan pembentukan karakter. Paslon nomor urut 1 ini akan mendorong kolaborasi antara sekolah, keluarga dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

“Kami ingin melibatkan semua pihak, karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga peran keluarga dan masyarakat,” tambah Irmawati Haeruddin. –