Catatan Egy Massadiah

INI kisah unik dari seorang bernama Mayjen TNI Syafrial, PSC, M.Tr (Han). Sejak berkarier di militer, lulusan Akmil 1990 ini ternyata pernah menduduki jabatan yang sama sebanyak dua kali, di dua masa waktu yang berbeda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk diketahui, Syafrial dua kali menjabat Kaskostrad, dua kali pula menjabat Pangdam Pattimura. Begini kisahnya.

Syahdan, kisah pria kelahiran Padang (Sumatera Barat), 18 September 1967 itu kita tarik mundur sebelum ia menjadi jenderal tahun 2017, bersamaan promosi jabatan menjadi Kasdiv 2/Kostrad. Setahun kemudian, geser tugas teritori menjadi Kasdam II/Sriwijaya.

Satu bintang lagi bertengger di pundaknya tahun 2022 saat ia promosi menjadi Pangdivif 2/Kostrad. Setahun kemudian, ia jadi orang kedua di Kostrad, Kepala Staf Kostrad (Kaskostrad) ke-45 (2023), menggantikan Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad. Saat itu, Pangkostrad dijabat Letjen TNI Maruli Simanjuntak (sekarang Kasad).

Jabatan itu diemban empat bulan (28 April 2023 – 17 Juli 2023), kemudian terjadi penggantian. Syafrial digantikan Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa. Catatan dikemudian hari, Maruli promosi menjadi Kasad, dan Saleh Mustafa menggantikan Maruli sebagai Pangkostrad.

Usai menyerahkan jabatan Kaskostrad kepada Saleh Mustafa, Syafrial geser menempati pos baru sebaggai Pangdam XVI/Pattimura menggantikan Mayjen TNI Ruruh Aris Setyawibawa. Ini akan mengantar kepada cerita unik terkait jabatan Pangdam dua kali di tempat yang sama.

Alkisah, saat digantikan, Mayjen Ruruh punya satu “tinggalan” tugas terkait “pelurusan sejarah Kodam Pattimura”. Ruruh yang seorang doktor, menjabat Pangdam XVI/Pattimura tahun 2022 – 2023, menggantikan Mayjen TNI Richard T.H. Tampubolon (sekarang Kasum TNI).

Ruruh telah menginisiasi pelurusan sejarah Kodam Pattimura. Berbagai kajian yang melibatkan akademisi maupun sejarawan dilangsungkan. Salah satunya melalui sarasehan tanggal 27 Juni 2023 di Aula Slamet Riyadi, Makorem 151/Binaiya. Pada acara ini hadir para sesepuh Kodam, akademikus, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat.

Kajian usai di era Pangdam Syafrial yang mulai menjabat sejak 17 Juli 2023. Maka ia pun mengajukan hasil kajian tersebut beserta permohonan pelurusan sejarah Kodam Pattimura kepada TNI Angkatan Darat. Singkat kata, rekomendasi dan usulan pelurusan nomenklatur nama Kodam Pattimura serta tanggal berdirinya, diterima oleh Kasad Jenderal Maruli.

Alhasil, sejarah Kodam Pattimura pun diluruskan. Tata nama atau nomenklatur Komando Daerah Militer (Kodam) Pattimura berganti dari Kodam XVI (enam belas) Pattimura menjadi Kodam XV/ (lima belas) Pattimura. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan (SK) KSAD Nomor: Kep/155/II/2024, tanggal 28 Februari 2024 tentang perubahan hari jadi dan nama Satuan Kodam XV/Pattimura.

Dalam surat tersebut, juga dijelaskan tentang Hari Ulang Tahun (HUT) Kodam yang semula pada tanggal 15 Mei 1999 menjadi 27 Mei 1957. Hal ini berarti Kodam XV/Pattimura kini berusia 67 tahun.

Pelurusan itu mengacu pada sejarah panjang. Tersebutlah, pada tanggal 27 Mei 1957 Kasad Jenderal TNI AH Nasution menetapkan Komando Daerah Militer Maluku dan Nugini Barat disingkat KDM-MNB, dengan pejabat Pangdam pertama Kolonel Herman Pieters. Inilah cikal bakal Kodam Pattimura. Nama Pattimura diresmikan pemakaiannya 24 Oktober 1959.

Di dalam proses perkembangannya Nugini Barat yang sekarang dikenal dengan Papua dibentuk Kodam tersendiri, maka KDM-MNB diubah namanya menjadi Kodam XV/Pattimura. Point sejarah ini yang dijadikan dasar pelurusan sejarah Kodam Pattimura.

Dalam perjalanannya, TNI melakukan reorganisasi, dan melikuidasi Kodam XV Pattimura ke Kodam VIII/Trikora dan bermarkas di Jayapura antara tahun 1985 – 1999. Sebagai gantinya, dibentuklah Korem 174/Pattimura yang wilayahnya meliputi keseluruhan wilayah Kodam XV/Pattimura.

Bagaimana kemudian Korem 174/Pattimura kembali menjadi Kodam? Ini terjadi pasca kerusuhan Maluku 1999. Tepatnya pada tanggal 7 Mei 1999, dilaksanakan likuidasi Korem 174/Pattimura, dan dibentuk Kodam XVI/Pattimura pada tanggal 15 Mei 1999 di Ambon dalam suatu Upacara Militer dengan Irup Kasad Jenderal TNI Subagyo HS.

Di sinilah terjadi pergeseran. Kembalinya status Kodam bukan ke nama asal Kodam XV/Pattimura, melainkan menjadi Kodam XVI/Pattimura.

Untuk diketahui, era Kodam XV/Pattimura 1957 – 1985 tercatat pernah dijabat 10 orang Pangdam. Kemudian era Kodam XVI/Pattimura tercatat pernah dijabat 24 Pangdam, mulai dari Brigjen TNI Max Markus Tamaela hingga Mayjen TNI Syafrial. Nah, di era Pangdam Syafrial perubahan nama itu terjadi.

Itu pula yang menjadi alasan, mengapa nama Mayjen TNI Syafrial tercatat menjadi Pangdam XV/Pattimura pertama sejak 2024. Atau lebih jelasnya, nama Syafrial tercatat sebagai Pangdam XVI/Pattimura ke-24 dan Pangdam XV/Pattimura yang ke-1.

Adapun Pangdam yang sekarang, Mayjen TNI Putranto Gatot Sri Handoyo menjadi Pangdam XV/Pattimura yang ke-2.

Pasca sertijab ke penggantinya, Mayjen Syafrial ternyata mendapat penugasan kembali sebagai Kas Kostrad terhitung mulai tanggal 11 September 2024 sebagai Kaskostrad ke-49 menggantikan Mayjen TNI Ilyas Alamsyah Harahap. Adapun kali ini, Pangkostrad dijabat Letjen TNI Mohamad Hasan.

Begitulah, ada banyak jenderal di Indonesia, tapi rasanya tidak ada yang menjalani rotasi penugasan seunik Syafrial.

Kenangan Doni Monardo

Di antara sekian banyak senior, Syafrial memiliki catatan khusus kepada Letjen TNI Purn Doni Monardo (alm). Pasalnya, bukan semata karena sama-sama berasal dari Sumatera Barat, tetapi terkesan karena pernah terlibat dalam satu institusi dan pekerjaan yang sama.

“Pak Doni almarhum, menjabat Pangdam XVI/Pattimura antara 2015 sampai 2017. Nah, saat itu, saya menjabat Komandan Korem atau Danrem 152/Baabullah di Maluku Utara, yang notabene bagian dari teritori Kodam Pattimura yang beliau pimpin,” ujarnya. Doni dikenal sebagai Pangdam dengan program “Emas Hijau dan Emas Biru”.

Menurut Syafrial, selama bertugas, Pangdam Doni Monardo selalu turun sampai ke semua Kodim yang ada, bahkan sampai ke level Koramil. “Ketika menjabat Pangdam XVI/Pattimura, saya ingin sekali meniru jejak beliau. Dan Alhamdulillah sampai dengan selesai menjabat Pangdam Pattimura saya sudah berkunjung, melihat secara langsung dan bertatap muka dengan prajurit dihampir semua satuan, mulai Korem 151 Binaiya, Korem 152 Baabullah beserta jajaran Kodimnya dan Brigif 27 Nusa Ina serta seluruh Batalyon jajarannya. Termasuk sebagian besar Koramil yang berada di Pulau terluar yang menjadi tanggung jawab Kodam Pattimura sudah saya kunjungi,” kata Pangdam Syafrial yang menfokuskan program programnya dengan tag line berbasis budaya Maluku: Basudara Pattimura, Ale Rasa Beta Rasa.

Perjumpaan dengan seniornya itu kembali terjadi sekitar tahun 2019, dalam posisi yang berbeda. Doni Monardo sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), dan Syafrial sebagai Kasdam II/Sriwijaya. Kodam II/Sriwijaya merupakan komando kewilayahan pertahanan militer yang meliputi provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung. Penulis yang saat itu menjabat sebagai tenaga ahli BNPB kerap berinteraksi dengan Syafrial khususnya urusan bencana dan karhutla.

“Saat itu terjadi kebakaran hutan di wilayah kami. Pak Doni bersama pasukan BNPB turun tangan. Di situlah saya dan pasukan Sriwijaya ikut berjibaku membantu pemadaman Karhutla di area kami. Ahamdulillah, saya hafal betul karakter kepemimpinan beliau. Jadi kami dan pasukan all out memadamkan karhutla,” kenang Syafrial.

Syafrial dan Jusuf Kalla

Kembali ke “laptop”. Ihwal jabatan sama di periode berbeda, mengingatkan kita pada sosok negarawan kita, Jusuf Kalla. Ia adalah adalah satu-satunya Wakil Presiden yang menjabat dua kali dengan dua presiden yang berbeda.

Pertama, JK menjadi Wakil Presiden ke-10 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pertama, 2004 – 2009. Kedua, JK kembali menjadi Wakil Presiden ke-12 di era Presiden Joko Widodo yang pertama, 2014 -2019.

Di ruangan Syafrial baik sebagai Kaskostrad di kawasan Gambir Jakarta Pusat maupun di sebuah ruangan di Kodam Pattimura Ambon, berjejer foto foto pejabat. Nah hanya Syafrial lah yang fotonya terpajang dua kali.

Tabik.

penulis adalah jurnalis senior, Tenaga Ahli BNPB 2019-2021 dan aktif di teater