MAKASSAR, UJUNGJARI– Man Jadda Wa Jadda, pepatah Arab inilah yang menjadi pegangan Amri Arsyid dalam meniti usahanya dari nol hingga sesukses sekarang.
Calon Wali Kota Makassar nomor urut 4 ini membangun usahanya dari bawah saat ia masih belia.
Tahun 1997, setelah lulus di bangku kuliah Amri mulai merintis usaha. Saat usianya baru menginjak angka 24 tahun. Setahun kemudian tahun 1998 sembari merintis usaha di bidang pertanian ia pun terjun ke dunia kerja pada perusahaan asing.
“Saya mulai merintis karir dan usaha itu tahun 1997 pada saat selesai kuliah. Sambil bekerja juga merintis usaha. Waktu itu usaha saya bergerak di bidang pertanian khususnya komoditi. Kemudian tahun 1998 bergabung perusahaan Jepang bernama Kapas Garuda Putih. Di perusahaan ini saya berkarir selama setahun,” jelas Amri Arsyid yang menggandeng Rahman Bando sebagai calon Wakil Wali Kota dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Makassar.
Amri melanjutkan usaha di bidang yang sama seperti yang pertama ia rintis, karirnya di perusahaan-perusahaan besar juga ia mulai dari bawah. Dari pekerja lapangan hingga berhasil menapaki jajaran direksi.
“Saya lalu bergabung dengan perusahaan multinasional sebagai petugas lapangan di PT Pioneer Hibrida indonesia yang bergerak pada bidang benih jagung. Setelah itu saya pindah ke perusahaan asing PT Monsanto. Di sinilah saya lama berkarir dari tahun 2000 – 2011,” kenang Amri.
Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini kemudian melanjutkan kisahnya, Ia akhirnya membuat keputusan besar untuk lebih fokus pada usahanya yang kian berkembang. Tahun 2020 ia berhenti berkarir setelah sempat menduduki jabatan Managing Director pada PT Kalla Kakao Industri
“Tahun 2020 saya resign di perusahaan Kalla Grup, dan lebih intens menjalankan usaha sendiri serta bergabung sebagai Ketua DPW PKS Sulsel,” kata suami dari Ruchwana Tenrisima ini.
Selama berkarir, ia mendapatkan banyak penghargaan. Namun menurutnya yang paling berkesan ketika mendapatkan penghargaan internasional atas inovasinya mengembangkan metode belajar bagi para petani.
“Yang paling membanggakan yaitu Distinguished Development Awards. Saya mewakili perusahaan mendapatkan penghargaan itu di USA, Hawai. Tidak banyak orang Asia yang mendapatkan itu. Umumnya yang mendapatkan orang Eropa dan Amerika. Waktu itu saya sebagai perwakilan dari Asia Pasifik,” ucapnya.
“Penghargaan itu saya dapatkan karena inovasi metode belajar bagi para petani yang saya ciptakan. Namanya Center of Excellence. Karena petani kita itu kan belajar dari apa yang dia lihat. Maka waktu itu saya membuat Learning Center sebagai fasilitas mereka belajar di lokasi dengan melihat contoh yang kita berikan,” sambungnya.
Amri membenarkan memang tidak mudah untuk merintis bisnis sekaligus bekerja. Namun di dunia kerja pun kita bisa banyak belajar yang bisa kita terapkan pada bisnis yang dijalankan.
“Tantangan pasti banyak karena yang namanya bekerja dan membangun bisnis sendiri. Di dunia kerja pasti ada pasang surutnya. Itu tantangannya. Alhamdulillah saya berhasil meniti karir dari petugas lapangan hingga ke level direksi. Sedangkan di dunia bisnis juga tidak mudah utamanya dalam persaingan usaha,” tegasnya.
Namun bukan berarti tantangan menjadi sandungan untuk maju. Justru hal tersebut dapat menjadi pemantik agar seseorang lebih sukses. Amri paham betul dengan usaha dan kerja keras, akan mendongkrak perekonomian tiap keluarga.
Atas dasar itulah, salah satu program yang dihadirkannya jika terpilih menjadi Wali Kota Makassar pada 5 tahun ke depan yakni memberikan modal usaha Rp10 juta per unit usaha agar bisa meningkatkan kesejahteraan warga Makassar.
“Kita ingin pemberdayaan ekonomi ini start dari emak-emak, milenial dan gen Z. Program yang kita munculkan Rp10 juta per unit usaha atau per orang harus berkolaborasi dengan program penyiapan pasar oleh pemerintah sehingga modal yang kita siapkan tidak habis begitu saja,” tandas Amri.
Kenapa harus program modal usaha? Amri tegas menjelaskan karena dengan mengucurkan modal usaha maka akan menekan angka pengangguran dan kemiskinan. Ibaratnya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Dengan satu program ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan.
“Dengan kuantitas yang kami taksir jumlahnya 10 ribu (UMKM), orientasi akhirnya menekan pengangguran dan angka kemiskinan. Dan yang pasti perekonomian masyarakat bisa terdongkrak. Dengan catatan ini harus tepat sasaran, kita prioritaskan warga yang hidup kurang mampu. Tentu saja untuk menunjang itu dan kita akan back up dengan pelatihan memadai. Ada pendampingan dari pihak yang menguasai pasarnya,” tutup Amri.
Kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Kalimat yang terdengar klise namun benar adanya. Amri Arsyid yang membuktikan kalimat itu saat muda, kini dengan keyakinan penuh akan kembali membuktikan akan mensejahterakan warga Makassar dengan kerja kerasnya bersama Rahman Bando melalui sederet program Makassar AMAN. (*)