MAKASSAR–Provinsi Sulawesi Selatan kini menjadi pelopor pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia. Pasalnya di wilayah sudah ada dua kebun angin yang memproduksi energi listrik. Kedua kebun angin itu adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Sidrap dan PLTB Tolo di Kabupaten Jeneponto.
PLTB di Sidrap dibangun di areal seluas 100 hektare di perbukitan Pabbaresseng, Desa Mattirotasi. Kebun angin ini memproduksi daya listrik sebesar 75 megawatt (MW). Daya listrik sebesar itu dihasilkan dari 30 turbin angin keluaran Gamesa Lolica Corporation pada menara baja setinggi 80 meter dengan panjang baling-baling 57 meter. Daya yang dihasilkan PLTB ini dialirkan ke sistem Sulawesi bagian selatan yang meliputi sebagian wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.
Selanjutnya PLTB Tolo Jeneponto dibangun di areal seluas 60 hektare di Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto. Pembangkit ini berkapasitas 72 MW yang terdiri dari 20 turbin angin Siemens SWT-3.6-130 dengan masing-masing berkapasitas 6,3 MW. Dengan 60 baling-baling berjenis sovanius (three blade) upwind memiliki rotor yang menghadap arah datangnya angin dengan panjang 63 meter dan tinggi menara 135. PLTB ini terkoneksi dengan jaringan transmisi 150 KV yang melalui gardu Induk Jeneponto.
PLTB Sidrap diresmikan langsung Presiden Joko Widodo di Sidrap, 2 Juli 2018. Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengatakan pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan di Indonesia ke depan akan terus dikembangkan.
“Seperti yang kita lihat pada sore ini pembangkit listrik tenaga bayu atau angin, tidak hanya di Kabupaten Sidrap saja tetapi sudah dikerjakan dan selesai 80% di PLTB Kabupaten Jeneponto. Selain itu juga dikerjakan di Kabupaten Tanah Laut dan akan dimulai segera di PLTB di Jawa Barat Kabupaten Sukabumi,” kata Jokowi saat itu.
Pj Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakhrullah mengatakan kehadiran dua Pembangkit Listrik Tenaga Bayu tersebut dapat menambah stok kapasitas daya yang tersedia di wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulseltrabar). Saat ini beban puncak di Sulawesi Selatan 1.050 MW, sementara daya listrik yang tersedia bisa menyuplai sampai 1.300 MW.
Menurut dia kehadiran pembangkit listrik dengan pemanfaatan energi baru terbarukan di Sulsel merupakan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam menyediakan listrik bagi masyarakat.
Dikutip dari Outlook Energi Indonesia 2022 yang dirilis Dewan Energi Nasional (DEN), Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 3.643 gigawatt (GW). Salah satu daerah yang memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah adalah Provinsi Sulawesi Selatan.
Potensi energi terbarukan yang ada di Sulawesi Selatan sangat beragam. Mulai dari potensi energi air, matahari, panas bumi dan lainnya. Dilansir dari situs web Layanan Informasi dan Investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Lintas EBTKE) besutan Kementerian ESDM, potensi energi terbarukan di Sulawesi Selatan mencapai sekitar 19,3 GW. Mulai dari energi air: 6,340 GW, energi surya: 7,58 GW, energi angin atau bayu: 4,193 GW, dan energi pPanas bumi: 516 MW.
PT PLN (Persero) mencatat bahwa bauran energi baru terbarukan (EBT) di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) telah mencapai 43 persen.
“Bicara energi hijau, PLN Sulselrabar memiliki bauran EBT 43 persen. Hasil produksi energi inilah yang disalurkan ke masyarakat. Jadi kita telah menikmati energi bersih,” ungkap General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulselrabar Moch Andy Adchaminoerdin beberapa waktu lalu.
Menurut Andy, masyarakat di wilayah Sulselrabar patut bersyukur atas energi EBT yang telah memenuhi kebutuhan listrik setiap rumah di wilayah kerja PLN UID Sulselrabar. Meski begitu, ia mengakui bahwa pasokan listrik dari pembangkit ramah lingkungan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Termasuk saat elnino tahun lalu yang menyebabkan kekeringan ekstrem dan panjang, sehingga PLN harus melakukan skema penyalaan listrik bergilir pada 2023.
Pionir EBT
Kehadiran dua kebun angin yang sudah memproduksi listrik menempatkan Sulawesi Selatan sebagai pionir atau pelopor energi baru terbarukan di Indonesia. Selain karena potensi sumber daya alam yang mendukung, komitmen pemerintah setempat dalam memberikan izin investasi juga memudahkan investor membangun pembangkit listrik.
Memang Sulawesi Selatan bukan satu-satunya provinsi yang memiliki dan mengelola pembangkit listrik tenaga bayu di Indonesia. PLTB serupa sesungguhnya telah tersebar di banyak provinsi. Di antaranya PLTB Sidemen di Bali (kapasitas 3 MW), PLTB Bantul Yogyakarta (kapasitas 2 MW), PLTB Larantuka (kapasitas 2,5 MW), dan PLTB Sumba di Nusa Tenggara Timur (kapasitas 10 MW). Akan tetapi dari sekian banyak PLTB itu, kapasitas daya yang dihasilkan dua PLTB di Sulsel jauh lebih besar dibandingkan dengan PLTB lainnya.
Keberadaan dua kebun angin di Sulawesi Selatan itu mendorong peningkatan pemanfaatan listrik di Indonesia yang bersumber dari energi baru terbarukan. Our World in Data mencatat persentase produksi listrik Indonesia yang berasal dari energi terbarukan mencapai 19,6% pada 2022, meningkat dari capaian tahun 2021 sebesar 18,16%.
Bakal Bertambah
Selain PLTB Sidrap dan Jeneponto, jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Sulawesi Selatan memungkinkan bertambah. Beberapa kabupaten di provinsi ini sedang mempersiapkan menyambut investor membangun PLTB. Kabupaten itu antara lain Bantaeng, Takalar, dan Selayar.
Di Bantaeng, Bupati Bantaeng, Ilham Azikin sudah melakukan penandatanganan Letter of Intent (LoI) Investasi Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Kabupaten Bantaeng. Penandatanganan itu dilakukan dengan PT Envision Green Energi Indonesia di Hotel Mercure, Jakarta, November 2022 lalu.
Deputi General Manager of Envision Energy South East Asia Regional Company, Liu Wei mengatakan akan melakukan investasi di Kabupaten Bantaeng. Untuk di darat, akan dibangun 40 turbin kincir angin dengan estimasi nilai investasi Rp3,15 triliun. Total produksi listrik pertahun mencapai 533.600 MWH.
Selain itu, di lepas pantai Bantaeng akan dibangun 60 turbin kincir angin dengan estimasi nilai investasi sebesar Rp10 triliun. Produksi listrik pertahun mencapai 1.159.500 MWH.
Selanjutnya PLTB di Takalar dan Selayar sudah masuk perencanaan PT UPC Renewables, perusahaan yang membangun PLTB di Sidrap dan Jeneponto. Kepala Pengembangan Proyek PT UPC Renewables Niko Priyambada beberapa waktu lalu mengakui pihaknya berencana membangun proyek Pembangkit LIstrik Tenaga Bayu (PLTB) di dua wilayah tersebut.
Hanya saja sejauh ini masih menemui kendala. Di Takalar, kata dia, terkendalan medan. Rencana pembangunan tiang turbin berada di kawasan pelatihan TNI AU, sehingga bangunan dengan ketinggian tertentu dibatasi. Sementara di Selayar yang digadang-gadang mampu menghasilkan energi lebih baik yaitu dengan kapasitas listrik 100-200 MW tidak mampu mengaliri listrik ke daerah lain karena merupakan wilayah kepulauan.
Priyambada mengemukakan Pengembangan PLTB Selayar bisa saja untuk perencanaan jangka panjang dengan membangun sambungan kabel bawah laut ke Kabupaten Bulukumba dan menuju wilayah lainnya di Sulawesi.
“Hal ini yang kami usulkan ke PT PLN (Persero), semoga disetujui dan program raksasa ini bisa terlaksana karena untuk 100-200 MW saja, di sana (Selayar) ada. Tapi, kita harus tahu bagaimana distribusinya nanti, apakah listrik itu mau atau bisa dibeli oleh PLN,” ujarnya. (fachruddin)