TOKYO,UJUNGJARI.COM--Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Taruna Ikrar melaksanakan courtesy call dengan Duta Besar Indonesia untuk Jepang sebagai bagian dari persiapan menghadiri 4th Asia Pacific USP Convention Regional Chapter Meeting, Minggu (8/9).
Dalam pertemuan ini, kedua belah pihak membahas berbagai isu strategis yang tidak hanya terkait sektor farmasi, tetapi juga peluang memperkuat kerja sama di bidang pangan olahan.
Pertemuan ini juga difokuskan pada persiapan untuk menyelenggarakan Indonesia-Japan Business Forum on Drug and Food Manufacturing, sebagai upaya mendukung peningkatan kualitas dan daya saing produk Indonesia di pasar Jepang dan global.
Dalam pertemuan itu, Taruna Ikrar didampingi Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM, Dra Rita Endang, Apt, M.Kes.
Taruna Ikrar yang juga dikenal sebagai salah satu ilmuwan dunia ini menyampaikan bahwa forum kerjasama yang selama ini telah terjalin seperti Indonesia-Japan Business Forum on Drug and Food Manufacturing, akan terus diperkuat.
Forum ini menjadi wadah strategis untuk membahas berbagai tantangan dan peluang kerjasama dalam meningkatkan kualitas dan daya saing produk farmasi serta pangan olahan antara kedua negara. Dengan komitmen bersama, diharapkan kolaborasi ini mampu memberikan solusi konkret untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku industri pangan, sekaligus meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Jepang.
Selain itu, taruna menegaskan pentingnya meningkatkan sinergi lintas lembaga melalui forum kerjasama yang sudah ada, yaitu Indonesia-Japan Business Forum on Drug and Food Manufacturing. Forum ini selama ini telah menjadi platform penting untuk membahas isu-isu regulasi, standar mutu, serta peluang kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Jepang, khususnya di sektor farmasi dan pangan.
Lanjut Taruna Ikrar, forum ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana diskusi, tetapi juga sebagai wadah konkret untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelaku industri, terutama terkait dengan hambatan ekspor produk Indonesia ke Jepang.
Kolaborasi yang berkelanjutan antara BPOM, KBRI Jepang, dan para pelaku industri Indonesia merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa produk-produk farmasi dan pangan Indonesia tidak hanya memenuhi standar internasional, tetapi juga mampu bersaing di pasar global.
Dengan dukungan diplomasi ekonomi yang kuat, kerjasama ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan ekspor produk-produk unggulan, baik di sektor farmasi maupun pangan olahan pungkas Taruna.
Sementara itu, Heri Akhmadi, Duta Besar Indonesia untuk Jepang menyampaikan apresiasi atas kemajuan yang telah dicapai oleh industri farmasi Indonesia, terutama terkait penerapan prinsip Good Manufacturing Practice (GMP) dalam sistem penjaminan mutu produk obat.
Menurutnya, implementasi GMP telah memastikan bahwa produk-produk farmasi dari Indonesia mampu memenuhi standar kualitas dan keamanan yang dipersyaratkan oleh pasar Jepang. Sistem yang kuat ini telah membuka pintu bagi produk farmasi Indonesia untuk diterima secara luas di pasar internasional.
Namun, Duta Besar menekankan bahwa keberhasilan dalam sektor farmasi ini perlu ditularkan ke sektor pangan. Beliau menyampaikan bahwa masih banyak produk pangan ekspor dari Indonesia yang mengalami penolakan di pasar Jepang akibat belum terpenuhinya standar mutu dan keamanan yang diharapkan.
“Banyak produk yang tidak lulus uji karena belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip Good Agriculture Practice (GAP) dan GMP di sepanjang rantai produksinya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong implementasi standar-standar internasional ini pada produk pangan, guna memperkuat daya saingnya di pasar global,” beber Heri. (yud)