MATARAM,UJUNGJARI.COM–Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Taruna Ikrar hadir dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) di Hotel Lombok Raya, Mataram, Rabu (29/8).

Taruna yang menjadi keynote speech di forum nasional itu membeberkan enam pilar penopang sistem kesehatan di Indonesia secara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Enam pilar yang disampaikan itu adalah transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.

Menurut Taruna, transformasi layanan primer dilakukan dengan melakukan edukasi dan pemahanan pentingnya kesehatan kepada masyarakat.

Di samping itu aktif melakuaknpencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer antara lain dilakukan dengan penambahan imunisasi. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan antara lain melalui screening penyakit-penyakit mematikan.

“Peningkatan kapasitas dan kapabilitas layanan primer juga dilakukan dengan revitalisasi jejaring dan standarisasi layanan Puskesmas, Posyandu, dan kunjungan rumah serta laboratorium kesehatan masyarakat,” katanya.

Untuk layanan rujukan, Taruna menegaskan perlunya peningkatan akses dan mutu layanan sekunder dan tersier. Salah satunya melalui pengembnagan jejaring layanan penyakit prioritas dan perbaikan tata Kelola rumah sakit pemerintah.

Tidak bisa dipungkiri, kata dia, selama ini masih banyak keluhan pasien tentang layanan di rumah sakit terutama di rumah sakit milik pemerintah.

Sementara untuk transformasi sistem ketahanan kesehatan dilakukan melalui meningkatkan ketahanan sektor farmasi dan alat kesehatan. Taruna mengatakan saat ini produksi dalam negeri 14 antigen vaksin imunisasi rutin sudah dilakukan. Demikian juga ketersediaan bahan baku obat terus dioptimalkan.

Bagaimana dengan sistem pembiayaan kesehatan? Menurut Taruna regulasi pembiayaan kesejayan mesti dikembangkan dengan tiga tujuan utama yakni tersedia, cukup, dan berkelanjutan. Alokasi pembiayaan kesehatan juga dituntut lebih adil serta pemanfaatannya yang efektif dan efisein.

“Tranformasi SDM Kesehatan antara lain perlunya penambahan kuota mahasiswa, beasiswa dalam dan luar negeri serta kemudahan penyetaraan nakes dalam dan luar negeri,” katanya.

Hal yang penting lainnya adalah transformasi teknologi kesehatan. Menurut Taruna Ikrar, transformasi teknologi kesehatan dilakukan dengan pengembangan dan pemanfaatan teknologi digitalisasi dan bioteknologi di sektor kesehatan. (pap)