ikut bergabung

Dua Jenderal Menulis Sejarah di Bibir Ciliwung


Citizen

Dua Jenderal Menulis Sejarah di Bibir Ciliwung

Memori Hasan dan Rafael tertuju pada dua sosok yang sama: Doni Monardo dan Putu Danny. Dua orang yang begitu lekat dan dekat di hati mereka. Bahkan di hampir sepanjang karier mereka di militer, hingga maut memisahkan.

Letjen TNI Doni Monardo, abituren Akmil 1985, adalah Danjen Kopassus 2014 – 2015. Pada 1998, Doni adalah Danyon 11 Grup 1 Kopassus Serang Banten berpangkat Mayor dan Hasan komandan kompi 113 Kalajengking berpangkat Letnan Satu. Hasan masih ingat, perintah tugas pengamanan dari Doni saat kerusuhan Mei 1998. Hasan dan kompinya ditugaskan ke kawasan Universitas Atmajaya Semanggi. Doni sendiri berada sekitar Kelapa Gading Jakarta Utara.

Doni Monardo wafat 3 Desember 2023. “Dari beliau kami mendapat banyak ilmu kepemimpinan, gemblengan keprajuritan, dan cinta lingkungan hidup. Semua yang pernah digembleng almarhum, pasti cinta alam, cinta lingkungan. Karena itu, saya dan Rafael sepakat bikin syukuran 17 Agustus di tepi Ciliwung sambil melakukan aksi sosial. Semoga beliau tersenyum di surga,” papar Hasan, mengenang Doni Monardo.

Sedangkan, Mayjen I Gusti Putu Danny Nugraha Karya adalah teman seangkatan Hasan dan Rafael (1993). “Kami dan almarhum Putu Danny sering ngopi di sini bersama teman-teman lain,” ujar Hasan.

Putu Danny wafat di medan tugas Papua pada 25 April 2021. Ia menjadi perwira Kopassus hampir sepanjang kariernya. Danny kerap memimpin dan berbaur dengan bawahannya di lapangan secara langsung, bukan di pusat komando. Saat wafat, pangkatnya Brigjen. Setelah wafat, ia secara anumerta menjadi mayor jenderal atas jasanya.

Baca Juga :   Berburu Plus-plus di Enggano

Novel Sejarah

Baiklah, sebelum melanjutkan kisah bersih bersih Ciliwung, saya teringat sebuah novel bertajuk “Di Tepi Kali Bekasi” yang terbit pertama tahun 1951.

Pengarangnya, Pramoedya Ananta Toer. Mengisahkan heroiknya para pejuang yang terhimpun dalam laskar maupun tentara rakyat berlatar belakang Karawang – Bekasi tahun 1945. Isinya, kronika pertempuran melawan Sekutu, demi mempertahankan kemerdekaan. Tak sedikit pejuang yang gugur, baik secara gagah ataupun secara konyol. Tokoh pemuda dalam novel tersebut bernama “Farid”.

Dalam sekuel lain, ada puisi Chairil Anwar berjudul “Karawang – Bekasi”. Kutipannya antara lain: //Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi// tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.//…. Kenang, kenanglah kami// yang tinggal tulang-tulang diliputi debu// Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

dibaca : 2.353

Laman: 1 2 3 4 5



Komentar Anda

Berita lainnya Citizen

Populer Minggu ini

Arsip

To Top