MAKASSAR, UJUNGJARI–Wacana kotak kosong makin meluas di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, setelah sejumlah partai politik mengisyaratkan diri mengusung salah satu bakal calon kepala daerah di Pilgub Sulsel yang akan dihelat pada 27 November mendatang.
Dukungan partai politik (parpol) lebih mengarah kepada pasangan bakal calon Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi di Pilgub Sulsel 2024, seperti NasDem (17 kursi), Gerindra (13 kursi), Demokrat (7 kursi), dan PAN (4 kursi). Sehingga pasangan Sudirman-Fatma hampir pasti mengantongi 41 kursi dari total 85 kursi di DPRD Sulsel.
Dengan demikian, sisa Golkar (14 kursi), PKB (8 kursi), PKS (7 kursi), dan Hanura (1 kursi) yang belum bersikap. Tapi, kemungkinan besar, partai-partai tersebut masih akan mengusung Sudirman-Fatma.
Sementara PPP (8 kursi) dan PDIP (6 kursi) sudah memberi surat tugas sebagai bakal calon Gubernur Sulsel kepada Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto. Sehingga Danny masih butuh 3 kursi lagi agar bisa mencukupkan koalisi maju di kontestasi Pilgub Sulsel.
Prof. Sukri Tamma, Pengamat Politik Universitas Hasanuddin Makassar, belum mau mengambil kesimpulan jika terjadi lagi kotak kosong pada Pilkada di Sulsel. “Potensinya tentu ada, karena partai cenderung mendukung kandidat yang potensial menangnya lebih besar dan dekat dengan kepentingan mereka,” katanya.
Kendati demikian, tentu semua akan menunggu sampai akhir pendaftaran bakal calon kepala daerah ditutup. “Apakah betul semua partai akan mendukung, atau akan ada kandidat lain. Itu akan kita lihat. Kalau ada kandidat memborong partai, saya kira tidak akan lama dideklarasikan,” lanjut Prof. Sukri.
Hanya saja, dengan kondisi itu, maka pilihan masyarakat menjadi terbatasi. Kotak kosong membuat masyarakat tidak punya pilihan alternatif, padahal banyak figur yang layak bersaing di Sulsel.
Terpisah, Pakar Politik dari Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Alauddin Makassar, Prof. Firdaus Muhammad, menduga wacana kotak kosong muncul karena adanya campur tangan elite pusat. Kendati begitu, kata dia, pertarungan kotak kosong dalam kontestasi politik adalah hal yang wajar.
“Ada manuver elite yang ingin kotak kosong dan itu wajar. Hanya saja, untuk membangun demokrasi di Sulsel sebaiknya lebih dari satu pasangan agar masyarakat memiliki pilihan. Terlebih banyak figur yang layak diusung oleh parpol. Baik dari kalangan kader parpol maupun figur independen,” ungkapnya.
Melihat fenomena tersebut, Ketua Bapilu Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Sulsel, Syamsu Rizal MI alias Daeng Ical, pun angkat bicara dan mengaku partai besutan Muhaimin Iskandar itu belum menentukan sikap dalam Pilgub Sulsel 2024, dengan alasan masih melihat perkembangan dukungan partai lainnya. Lantaran PKB sebenarnya bisa mencukupkan kursi Danny Pomanto untuk bisa maju di Pilgub Sulsel 2024.
Daeng Ical menegaskan, partainya masih menunggu arah Partai Golkar di Pilgub Sulsel, lantaran mereka peraih suara kedua terbanyak kursi DPRD Sulsel setelah NasDem. “Jika Golkar sudah ambil keputusan dan melepas yang PKB incar, maka PKB akan berhitung ulang. Kita bikin poros baru atau kita bikin romantis Sulsel,” tegasnya. (*)