MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Karta Jayadi, M.Sn meminta guru besar UNM makin produktif dalam menghasilkan riset dan publikasi ilmiah untuk kepentingan bangsa.

“Tidak gampang meraih guru besar. Oleh karenanya setiap guru besar harus selalu produktif dan berkarya,” kata Karta Jayadi kepada wartawan usai pengukuhan enam guru besar baru UNM di Menara Pinisi UNM, Rabu (24/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Keenam guru besar yang dikukuhkan ini adalah Prof Dr Suwardi Annas (bidang statistik), Prof Dr Sukri Nyompa (bidang ilmu geografi), Prof Dr Uca (bidang ilmu geografi), dan Prof Dr Muhammad Arsyad (bidang fisika).

Selain itu juga ada Prof Dr Helmi dan Prof Dr Martawijaya. Keduanya merupakan guru besar ilmu Fisika.

Menariknya enam guru besar yang baru dikukuhkan ini berasal dari fakultas yang sama yakni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Keenam guru besar yang baru ini menyampaikan orasi ilmiahnya secara bergantian.

Prosesi pengukuhan guru besar berlangsung meriah. Ruang Teater di lantai tiga Menara Pinisi UNM penuh sesak.

Pengukuhan guru besar di UNM akan berlanjut Kamis (25/7) besok. Guru besar yang akan dikukuhkan besok sebanyak tiga orang.

Penentuan jumlah guru besar yang dikukuhkan ini ternyata punya pertimbangan tersendiri. Disesuaikan dengan perayaan dies natalis ke-63 UNM yang puncaknya akan dirayakan 1 Agustus 2024 mendatang.

“Ini ada kaitannya dengan perayaan dies natalis ke-63 tahun ini. Hari ini enam guru besar dikukuhkan. Besok tiga. Jadi angkanya enam dan tiga. Sesuai perayaan dies ke-63 UNM,” kata Karta Jayadi.

Tidak Obral Profesor Kehormatan

Karta juga menegaskan UNM akan lebih selektif dalam memberian gelar guru besar kehormatan bagi non-dosen UNM. Ia mengatakan pihaknya sangat hati-hati dan selektif sebelum memutuskan seseorang menyandang gelar guru besar kehormatan.

“UNM tidak akan mengobral gelar guru besar kehormatan. Kami akan sangat selektif,” tegasnya.

Sebelumnya UNM sudah memberi gelar profesor kehormatan kepada tiga tokoh nasional. Ketihanya adalah Prof Jafar Hafsah, Prof Dr Syarif Hasan, dan Prof Nurdin Halid.

“Sekarang ada lagi satu orang mengusulkan. Tapi kami belum proses,” katanya. (pap)