Site icon Ujung Jari

Enrekang, Daerah Agribisnis Penopang Kebutuhan Pangan Ibu Kota Nusantara

KABUPATEN Enrekang merupakan salah satu daerah otonom di Sulawesi Selatan. Daerah yang populer dengan sebutan mansenrempulu ini cukup jauh dari ibu kota Sulsel, Makassar. Jaraknya berkisar 235 kilometer. Perjalanan darat bisa ditempuh tiga sampai empat jam.
Sektor agribisnis menjadi komoditi unggulan daerah ini sejak dahulu kala. Terutama dari sektor sayuran.

Hasil panen sayuran petani Enrekang tidak hanya dinikmati warga setempat dan warga Sulawesi Selatan secara umum, tetapi juga masyarakat di luar Sulawesi Selatan. Petani Enrekang turut menyuplai pasokan pangan terutama sayuran untuk warga Ibu Kota Negara (IKN) Kalimantan Timur. Mulai dari bawang merah, cabai, wortel, kubis, kacang-kacangan, dan lainnya. Khusus bawang merah saja rerata setiap pekan 200 ton bawang asal Enrekang dikirim ke Kalimantan Timur.

Volume pengiriman sayuran Enrekang ke IKN terbilang besar. Rerata setiap pekannya mencapai ratusan ton. Bawang merah yang paling banyak. Mencapai 200 ton per pekan. Pengiriman dilakukan sejumlah pedagang langsung dari Pasar Hortikultura Enrekang.

“Khusus untuk bawang merah pengiriman ke Kaltim mencapai 200 ton. Ada pedagang yang kirim 50 ton, ada juga yang kirim 100 ton,” kata Ketua Asosiasi Pedagang Bawang Enrekang Sulnaim Djamadi.

Sulnaim mengungkapkan suplai bawang Enrekang ke wilayah IKN tersebut terjadi setelah adanya kerja sama antara Pemda Enrekang dengan beberapa daerah di Kalimantan Timur. Tak hanya bawang, petani Enrekang juga menyuplai sayur-sayuran seperti kol hingga cabai.

“Memang ada kerja sama antara Enrekang dengan pemerintah kabupaten di sana seperti Balikpapan. Jadi bukan cuma bawang, sayur-sayuran juga, kol, dan cabai,” ungkapnya.

Menurutnya, suplai bawang ke Kaltim sangat menguntungkan petani dan pedagang bawang di Enrekang. Pasalnya, petani memiliki banyak opsi untuk menjual hasil panen bawangnya.

Kebijakan pemerintah yang memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur menjadi berkah tersendiri bagi petani di Enrekang. Pasar hortikultura yang selama ini hanya di beberapa kabupaten sekitar di Sulawesi Selatan dan provinsi lain di Sulawesi kini makin luas. Melebar hingga beberapa kabupaten di Kalimantan Timur.

Kepala Dinas Pertanian Enrekang Addi mengutarakan sejak adanya Ibu Kota Nusantara (IKN), petani Enrekang makin termotivasi membudidayakan beragam hortikultura. Selain karena pasar yang makin tersedia, harga-harga sayur-mayur juga tetap terjaga.

“Bisa dibilang Ibu Kota Nusantara menjadi berkah tersendiri bagi petani dan pedagang sayuran di Enrekang. Enrekang siap menopang kebutuhan pangan di IKN,” katanya.

Addi menambahkan populasi penduduk di Kaltim yang diperkirakan akan melonjak drastis seiring dengan posisinya sebagai IKN menjadi peluang besar bagi petani hortikultura Enrekang. Kebutuhan pangan terutama sayur-mayur di ibu kota Nusantara juga diperkirakan akan ikut meningkat.

Pemerintah kabupaten Enrekang sendiri sudah membangun kerja sama dengan beberapa kabupaten di Kalimantan Timur. Selain Balikpapan, daerah lain yang sudah bermitra dengan Enrekang adalah Samarinda. Kerja sama tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak. Di samping kebutuhan pangan Kaltim bisa dipenuhi, ekonomi masyarakat Enrekang juga bisa lebih baik.

“Di Balikpapan, menurut pemerintah di sana pertumbuhan penduduk mereka sangat meningkat apalagi jika IKN beroperasi. Makanya kami sangat menyambut baik kerja sama ini, Enrekang siap menopang kebutuhan pangan IKN,” ucapnya.

Distribusi pangan asal Enrekang ke IKN bisa dilakukan melalui jalur transportasi laut melalui Pelabuhan Nusantara Parepare. Jadwal pelayaran dari Parepare ke Balikpapan, Kalimantan Timur terjadwal hampir setiap hari. Fasilitas ini memudahkan pedagang dalam mendistribusi pangan hortikultura dari Enrekang ke Ibu Kota Nusantara.

Potensi Hortikultura

Kabupaten Enrekang berada di bagian utara Sulawesi Selatan. Enrekang berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja di sebelah utara, Kabupaten Luwu di sebelah timur, Kabupaten Sidrap di selatan dan Kabupaten Pinrang di sebelah barat. Enrekang termasuk salah satu kabupaten di wilayah Ajatappareng.

Luas wilayah kabupaten ini adalah 1.786,01 km2 atau sebesar 2,83 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah ini terbagi menjadi 12 kecamatan dan secara keseluruhan terbagi lagi dalam satuan wilayah yang lebih kecil yaitu terdiri dari 129 wilayah desa/kelurahan. 
Pertanian merupakan potensi utama daerah ini. Sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Pertanian hortikultura menjadi pembeda Enrekang dengan kabupaten agribisnis lainnya di Sulawesi Selatan.

Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Atap (DPMPTSP) Sulawesi Selatan menyebutkan budi daya hortikultura di Enrekang dikembangkan di daerah dataran tinggi. Meliputi Kecamatan Baraka, Anggeraja, Alla, Baroko, dan Masalle. Bawang merah adalah merupakan produk utama dari kabupaten Enrekang. Produksi bawang merah terbesar pada tahun 2020 di Kecamatan Anggeraja yaitu sekitar 873.300 ton.

Adapun jenis komoditi, tanaman hortikultura yang dibudidayakan di Enrekang adalah sebagai berikut:

Bawang merah: luas area perkebunan 10.245 ha. Produksi: 1.116,123 ton
Cabai Rawit luas panen 63 ha, produksi 73.568 ton
Kentang: luas panen 51 ha, produksi 3.869 ton
Kubis luas panen 1.297 ha, produksi 451.224 ton
Petsai luas panen 148 ha, produksi 16.868 ton
Tomat luas panen 1.398 ha, produksi 427.850 ton.
Bawang Daun luas panen 547 ha, produksi 53.420 ton.
Wortel luas panen 367 ha, produksi 60.464 ton.
Buncis luas panen 190 ha, produksi 41.245 ton.
Cabai Besar 700 ha, produksi 65.973 ton
Kacang merah 226 ha, produksi 11.327 ton.
Labu luas panen 122 ha, produksi 94.294 ton
(sumber data: DPMPTSP Sulsel)

Pasar Agro Enrekang
Jika di daerah lain pasar yang tersibuk lazimnya adalah pasar sentral, maka di Enrekang pasar paling ramai adalah pasar hortikultura. Pasar ini juga populer dengan sebutan Pasar Agro atau Sub Terminal Agro (STA). Letaknya berada di Dusun Sumillang, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang.

Pasar Agro Sumillang merupakan pusat transaksi jual beli antara petani dengan pedagang hortikultura. Para petani datang membawa hasil panennya lalu menjual ke pedagang. Selanjutnya pedagang yang sudah membeli hasil pertanian padi mengumpulnya lalu mengirim ke Kalimantan Timur.
Bagi petani Enrekang, kehadiran pasar khusus ini menjadi jaminan bagi komoditi hasil buminya.

Dengan hadirnya Pasar Agro, hasil panen petani Enrekang tidak akan busuk. Sebab, di pasar ini pedagang dan pembeli hadir setiap saat. Tidak hanya pedagang Enrekang yang akan mendistribusi hasil bumi ke luar provinsi, tetapi sebagian juga merupakan pedatang dari luar Enrekang yang datang langsung membeli hasil panen petani.

Setiap hari, truk-truk berjejer di pasar ini. Truk-truk milik pedagang itu siap mendistribusikan hasil panen petani Enrekang ke berbagai daerah di Sulsel dan Pulau Sulawesi, hingga provinsi lain, seperti Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Sejak beroperasinya STA Sumillang, Pemkab Enrekang melarang truk-truk pedagang masuk hingga pelosok desa. Bupati Enrekang di masanya, La Tinro La Tunrung mengatakan, langkah tersebut untuk memutus akses pedagang pengumpul yang selama ini cenderung berperan sebagai tengkulak.

La Tinro yang saat ini merupakan anggota DPR RI menegaskan semua transaksi antara petani dan pedagang harus dilakukan di STA dengan harga pasar yang transparan. Menurut La Tinro, pendapatan asli daerah (PAD) bukan menjadi tujuan utama pembangunan STA. Kehadiran pasar ini antara lain memberikan ketersediaan pasar bagi petani sekaligus memutus akses tengkulak dan rentenir.

Jadi, sektor pertanian hortikultura menjadi potensi yang harus terus dikembangkan pemerintah kabupaten Enrekang. Selain untuk PAD dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sektor ini juga berjasa dalam menopang kebutuhan pangan Ibu Kota Nusantara. Bravo Enrekang! (fachruddin palapa)

Exit mobile version