Site icon Ujung Jari

Penulisan Buku Cerita Anak Dwibahasa Upaya Revitalisasi Pembelajaran Bahasa Daerah di Sulselbar

MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat kembali melakukan program penulisan dan penerjemahan buku cerita anak dwibahasa. Cerita ditulis dalam empat bahasa daerah di Sulselbar yakni Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Kepala Balai Bahasa Sulselbar, Dr Ganjar Harimansyah mengatakan program ini dilakukan sebagai bentuk penguatan dan revitalisasi bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan dan Barat.

“Ada 68 penulis dan lima penerjemah yang lolos seleksi untuk mengikuti bimbingan teknis program ini setelah melewati tahapan seleksi yang sangat ketat,” kata Ganjar dalam sesi konferensi pers di Hotel Novotel Makassar, Minggu (2/6) malam.

Ganjar mengatakan program ini sudah dilakukan Balai Bahasa sejak 2022. Di tahun pertama penyelenggaraannya dilakukan dengan model sayembara.

Setelah dievaluasi, kata Ganjar, model sayembara ini memiliki kekurangan. Antara lain naskah yang diseleksi terbatas karena peserta yang terlibat sedikit dan perbaikan naskah menjadi beban panitia.

“Makanya dua tahun terakhir ini modelnya bukan lagi sayembara melainkan bimbingan teknis. Penulis dan penerjemah mengikuti bimtek dalam menyelesaikan tulisannya dengan baik sesuai standar yang sudah ditentukan,” katanya.

Ganjar menambahkan buku cerita anak dwibahasa ini akan diperuntukkan bagi anak di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar. Isi buku harus sesuai dengan pedoman penjenjangan buku yakni pembaca dini, pembaca awal, dan pembaca semenjana.

“Peserta bimtek yang terpilih adalah perseorangan dan tim yang naskah buku cerita anaknya memenuhi persyaratan administrasi dan sesuai hasil penilaian dari tim penilai naskah cerita,” kata Ganjar lagi.

Perpanjangan Waktu

Terkait perpanjangan waktu seleksi, Kepala Subbagian Umum Balai Bahasa Provinsi Sulsel, Dewi Pridayanti yang turut hadir dalam sesi konferensi pers mengatakan perpanjangan waktu dilakukan untuk memberi kesempatan kepada peserta dalam memperbaiki atau mengubah naskah terutama dalam menyesuaikan tema terkait isu lingkungan hidup dan perubahan iklim.

“Jadi perpanjangan waktu itu selain memberi kesempatan kepada calon peserta baru juga bagi peserta yang sudah mendaftar untuk melakukan perbaikan naskah cerita,” katanya. (pap)

Exit mobile version