Site icon Ujung Jari

Sejak Gabung di Fahasta, Fije Mampu Ubah Dunianya Lebih Positif, Ciptakan Jingle Baru Forum Anak Hasanuddin

GOWA, UJUNGJARI.COM — Fije, seorang remaja lakilaki yang kini selalu optimis menatap masa depannya, mengaku tidak ada kata terlambat jika orang mau mengubah hidupnya. Semua itu tergantung diri sendiri.

Terbukti Fije yang bernama lengkap Fikri Haikal ini bisa mengubah dunianya dari kehidupan semau maunya alias pergaulan bebas anak remaja kebanyakan yang identik dengan kerasnya hidup di alam bebas menjadi teratur dan lebih positif.

Fije akui sejak bersekolah di tingkatan atas yakni di sebuah sekolah menengah kejuruan (SMK) tata hidupnya lebih tidak terkontrol. Meski pergaulannya tidak seesktrim yang ada dipikiran orang namun setidaknya menurut Fije sendiri, pergaulannya itu bisa membuatnya jauh lebih mendekati tanpa batas.

Bergaul dengan teman-teman yang suka nongkrong hingga larut malam jelas akan mendekatkan diri dengan segala tindakan bebas. Bahkan merokok pun menjadi sahabat terbaiknya.

Namun suatu ketika, Fije diperkenalkan dengan dunia lain. Yakni dunia dimana teman-teman baru didalamnya rerata berkecimpung dengan kegiatan yang lebih positif. Belajar berorganisasi, belajar menjadi manusia yang lebih beretika, belajar tata krama, belajar menjadi sahabat yang peduli, ternyata telah mengubah karakternya yang semula awut awutan bebas menjadi lebih terarah dan sangat positif.

Fije rupanya bergabung dengan komunitas remaja bernama Fahasta atau Forum Anak Hasanuddin Tamallajjua. Fahasta ini adalah bentukan instansi negara yakni Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Gowa.

Di dalam Fahasta ini anggotanya mencapai seratusan lebih yang direkrut berjenjang. Keanggotaannya adalah anak-anak berusia remaja mulai tingkatan SMP hingga SMA bahkan anak kuliahan. Semua dibina dan dibimbing menjadi anak-anak yang punya jati diri, punya talenta dan kepribadian berciri khas anak muda Indonesia yang penuh dedikasi berkarya.

Saat mulai bergabung dan mengenal dunia pertemanan di Fahasta, Fije ini sempat merasa asing.

“Awalnya saya merasa organisasi ini kurang cocok dengan saya tapi ternyata hari demi hari saya jalani ternyata cocok dengan saya. Saya mulai nyaman dan saya berpikir bahwa inimi yang saya cari dan haruska tinggalkan duniaku yang dulua,” aku Fije.

Menyinggung nama Fije yang menjadi sapaan akrab dirinya, diakuinya adalah sebutan yang diberikan teman-temannya dari penggabungan kata Fikri Jelek.

“Iya Fije kemudian melekat sampai sekarang. Aku juga senang dan merasa dekat dengan teman-temanku di Fahasta, ” kata Fije tertawa.

Fije akui bergabung di Fahasta menjadi istimewa baginya pasalnya di Fahasta dia menjadi pribadi yang lebih berkarakter.

“Bahkan bisaka ajak teman-temanku yang lain untuk bergabung karena kegiatannya itu sangat sangat positif. Buktinya dengan saya masuk Fahasta bisaka berkarya. Bersama teman bisaka bikin jingle untuk Fahasta juga dan jingle itu akan menjadi lagu trend untuk Fahasta Gowa, judulnya Forum Anak Hasanuddin (Fahasta) Gowa. Jingle ini sama dengan jingle Fahasta secara umum seperti Fahasta Sulawesi Selatan dan Fahasta Nasional. Bedanya karena dalam jingle baru ini ada genre Rap nya juga. Sekarang sudah mulai rekaman sama teman-teman di Fahasta, ” beber Fije yang pandai main gitar ini.

Remaja kelas 2 SMK ini mengaku sangat bersyukur bertemu teman-teman Fahasta. Dia akhirnya bisa mengasah talentanya sendiri dan mendapat aplaus dari jajaran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Gowa.

Ditanya bagaimana sikap ayah ibunya ketika tahu Fije masuk Fahasta, menurut Fije, orangtuanya sempat kaget karena tiba-tiba dirinya sudah jarang keluar malam nongkrong dengan teman-teman genk nya. Bahkan tidak lagi pernah bergaul di tempat biasa dia nongkrong seperti di kawasan Hertasning dan Pettarani.

Fije lebih fokus tinggal di rumahnya di malam hari belajar dan siangnya lebih banyak beraktivitas di Fahasta setelah pulang sekolah.

“Bapak dan ibu saya sedikit kaget karena tiba-tiba saya jadi lebih positif lebih jarang keluar malam lebih jarang bergaul di luar dengan bebas. Karena sebelumnya saya lebih bergaul dan keluar malam itu sudah saya alami sejak lama setelah lepas dari SMP. Sekarang saya sudah mau naik kelas 3. Makanya orangtua saya lebih suka karena saya lebih terarah tidak lagi liar dan bergaul macam-macam di luar sana. Saya dulu merokok tapi sudah tidka merokok lagi setelah bergabung dengan teman-tan Fahasta,” kata putra bungsu pasangan Muslimin dan Murnina Rani. Ayah Fije bekerja di pelabuhan di bagian ekspedisi sedang ibunya ibu rumahtangga saja.

Karena itu Fije pun mengajak seluruh anak yang ada di Kabupaten Gowa untuk menjadi anak yang punya talenta dan berguna bagi bangsa dan negara.

“Ayuk berhenti melakukan kegiatan yang tidak manfaat. Mari kita lakukan yang lebih positif, menggali potensi dan bakat diri agar kelak kita menjadi generasi yang membanggakan orangtua, bangsa dan negara. Ayoo kawan-kawanku tinggalkan yang tidak berguna, jauhi sifat yang hanya mengandalkan emosi dan gengsi, jauhi narkoba, jauhi segala potensi kekerasan, stop membully teman dan orang lain. Fokus saja pada bakat dan potensi diri yang mungkin akan jauh lebih membuat kita menjadi anak yang hebat di kemudian hari, ” ucap Fije.

Fije mengaku kini lebih giat belajar untuk bisa mewujudkan cita-citanya jadi Polisi. Bahkan jadi seorang Enginer pun dicita-citakannya. Fije yakin mampu mewujudkan harapannya itu sebab di Fahasta tempatnya mengasah diri dan betul-betul Fahasta menempa anak menjadi berisi, memiliki wawasan yang baik dan dasar leader yang baik. Karena Fahasta memang tempatnya para Duta Anak.

Terpisah, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Gowa Kawaidah Alham mengatakan masuk Fahasta betul-betul memberikan pembinaan kepada anak agar lebih terarah lagi. Kawaidah pun mencontohkan Fije tersebut.

“Dulu Fije itu berada di pergaulan yang tidak terlalu bagus. Makanya begitu masuk di Fahasta, Fije ternyata mampu membuka diri dan berinteraksi dengan teman-teman lainnya. Dan ternyata Fije ini punya bakat yang bagus. Dia pandai main gitar dan kini mampu membuat jingle Fahasta tersendiri. Alhamdulillah di Fahasta saya yakin anak-anak akan lebih kreatif dan memiliki otak-otak yang cemerlang. Sebab di Fahasta ini bukan hanya sekadar tempat ngumpul, tapi ada wadah dimana mereka terlahir sebagai duta duta anak yang potensial. Anak-anak Fahasta ini merupakan duta duta anak yang perannya adalah sebagai pelopor dan pelapor, ” kata Kawaidah.

Dijelaskannya bahwa anak harus menjadi pelopor dimana mereka mengajak dan mensosialisasikan agar anak-anak lainnya lebih fokus pada pendidikan, menggali bakatnya, memiliki wawasan, menjadi anak-anak yang punya jati diri dan mampu berkarya.

Dan pelapor dimana anak-anak diharapkan berani melaporkan setiap melihat, menemukan, adanya kekerasan orangtua kepada anak, atau kekerasan yang dialami anak di lingkungan rumahnya, di lingkungan pergaulannya, di lingkungan masyarakat dan lainnya, termasuk bila mendapati anak yang dibully, kekerasan fisik maupun psikis.

“Lembaga Fahasta ini lahir dari keprihatinan dan kepedulian pemerintah terhadap tindak kekerasan pada anak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Gowa, ” jelas Kawaidah. –

Exit mobile version