JAKARTA,UJUNGJARI.COM – Meskipun finish sebagai runner up, perjuangan Indonesia pada Uber Cup 2024 tetap patut diacungi jempol. Tim Indonesia sukses mendobrak berbagai kebuntuan prestasi di sektor. Pencapaian sebagai runner-up tidak seharusnya disesali sepenuhnya.

Dalam laga babak final di di Hi-Tech Zone Sports Centre, Chengdu, China, Minggu (5/5/2024), Indonesia menelan kekalahan 0-3 dari tuan rumah China. Para Srikandi Tanah Air tidak dapat mencuri poin walau telah berjuang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Gregoria Mariska Tunjung, yang sepanjang turnamen selalu menang, kali ini tumbang di hadapan juara Olimpiade Tokyo, Chen Yu Fei.

Tunggal putri nomor satu Indonesia telat panas hingga kalah telak pada gim pertama. Sayangnya, kebangkitan pada gim kedua tak cukup untuk sekadar memperpanjang asa.

“Pertama saya mau meminta maaf kepada semua tim karena saya tidak menujukkan permainan yang bagus hari ini,” ucap Gregoria dalam keterangan resmi melalui PBSI.

Gregirua mengaku sedih dan kecewa karena sebenarnya momen final Piala Uber adalah salah satu yang ia nantikan.

Gregoria memiliki ekspektasi besar terhadap dirinya sendiri setelah tampil baik, termasuk dengan mengalahkan pemain top seperti Ratchanok Intanon (Thailand) dan Akane Yamaguchi (Jepang).

“Tapi itu malah jadi kesulitan sendiri, secara fisik saya tidak lelah tapi mungkin di pikirannya jadi berat. Sebaliknya lawan malah bisa bermain sangat bagus dengan tekanan sebagai tuan rumah.”

“Di luar itu, saya mau ucap syukur untuk tim Uber tahun ini.”

Sementara itu, ganda putri, Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Ribka Sugiarto, tidak bisa keluar dari tekanan saat kembali dipasangkan.

Efek kejutan dari Fadia/Ribka terhadap ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, tidak bertahan lama.

“Chen/Jia sangat tough, secara pengalaman dan mentalitas mereka sangat baik. Apalagi mereka sudah sering berada di final beregu sementara kami baru pertama kali. Ini pelajaran berharga buat kami,” katanya.

Medali perak dipastikan bagi Indonesia pada partai ketiga. Namun, penampilan menggigit dari tunggal putri kedua, Ester Nurumi Tri Wardoyo, pantang diabaikan.

Datang sebagai underdog dan dengan kondisi tidak benar-benar prima, pemain berusia 19 tahun itu membuat publik tuan rumah terdiam ketika mampu mendominasi pertandingan.

Sebab, lawan Ester tidak sembarangan. Ester menghadapi He Bing Jiao, salah satu tunggal putri andalan China dengan koleksi gelar pribadi di ajang Superseries dan World Tour.

Ester hampir memegang kendali sepanjang pertandingan kalau tidak mengimbangi permainan He yang berperingkat enam dunia.

Sayangnya, kurang tenang di poin-poin krusial pada gim ketiga menjadi batu sandungan bagi Ester. Juara Indonesia Masters Super 100 ini tumbang secara dramatis.

Bagi tim Indonesia sendiri, ini menjadi hasil runner-up Uber Cup yang pertama sejak 2008. Saat itu skuad Merah Putih juga dikalahkan China dengan skor 0-3.

Mengingat Apriyani Rahayu dkk tidak datang sebagai tim unggulan. Pprestasi sebagai peringkat dua di kejuaraan dunia beregu putri ini pantas untuk dirayakan. Medali perak ini juga menjadi medali pertama bagi Indonesia di ajang Uber Cup sejak 2010. (ns)