Oleh Yarifai Mappeaty

PEMILU Legislatif 2024 yang baru saja usai, seolah menjadi ajang nominasi bagi sosok-sosok potensial untuk menjadi pemimpin politik dan pemerintahan di tingkat lokal, baik sebagai gubernur maupun bupati/walikota.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di Sulsel, misalnya, jika ukurannya adalah perolehan suara, maka di antara 24 caleg yang berhasil menembus Senayan dengan perolehan suara di atas 100.000, terdapat sejumlah nama yang memilik potensi untuk menjadi bakal calon gubernur (Bacagub).

Meski terbilang masih sangat hijau di dunia politik, namum A. Amar Ma’ruf (AAM) harus disebut. Sebab putra sulung Mentan A. Amran Sulaiman itu adalah peraih 187.560 suara, terbesar di Sulsel.

Masalahnya, apakah Klan Sulaiman membiarkan AAM bentrok dengan pamannya sendiri, A. Sudirman Sulaiman?

A. Iwan Darmawan Aras menempati urutan kedua. Sosok yang kerap disapa dengan akronim AIA itu, meraih 161.560 suara. Usianya relatif masih muda, 47. Namun, sebagai politisi, ia dinilai sudah cukup matang setelah lebih dari satu dekade bergelut di dunia politik.

Terpilih menjadi Anggota DPR RI untuk ketiga kalinya, menunjukkan kalau kualitas dan kapasitas AIA telah teruji. Padahal sebelumnya, tak sedikit menyangksikan bahwa dirinya bakal tak lolos kembali ke Senayan, lantaran bersaing dengan AAM. Tetapi, AIA bukan sosok kaleng-kaleng. Ia termasuk salah satu dari sedikit orang yang pantas disebut petarung.

Di peringkat ketiga ditempati Rusdi Masse. Sosok yang sering dipanggil RMS itu, meraih 161.301 suara. RMS juga sudah mencapai usia politik yang cukup matang, setelah hampir dua dekade menapak di dunia politik dengan pencapaian yang termasuk hebat.

Dua periode menjadi Bupati di Sidrap. Tak hanya terpilih menjadi Anggota DPR RI untuk kedua kalinya, tapi juga kembali menjadi peraih suara terbesar di dapilnya.

Hebatnya lagi, RMS juga sukses meloloskan isterinya, Fatmawati Rusdi, ke Senayan dengan perolehan suara terbesar kedua. Semua itu menunjukkan betapa kualitas dan kapasitas seorang RMS begitu mumpuni.

Kemudian menyusul A. Yuliani Paris yang meraih 122.929 suara, Hamka B Kady dengan 119.558 suara. Hanya saja, dalam percakapan mengenai suksesi kepemimpinan di Sulsel, mereka nyaris tak pernah disebut-sebut.

Justeru yang lebih banyak disebut adalah AM. Nurdin Halid, politisi senior Golkar. Sosok yang populer dengan sapaan NH itu, juga berhasil menembus Senayan setelah berhasil mengamankan kursi kedua di Dapil Sulsel 2. Bahkan sejumlah Lembaga survei menyebut NH masih sangat diperhitungkan dalam kancah politik lokal Sulsel.

Di luar lingkar Senayan, tentu masih ada sosok lain yang juga layak disebut, seperti A. Sudirman Sulaiman (ASS). Dalam konteks Pilkada Sulsel 2024, ASS nyaris tak pernah luput dipercakapkan.

Maklum, selain sebagai Gubernur Sulsel periode lalu, ia juga ditengarai didukung oleh pemodal besar di belakangnya, yaitu, A. Amran Sulaiman, tak lain adalah kakak kandungnya sendiri.

Sejauh ini, Ilham Arief Sirajuddin, mantan Walikota Makassar dua periode, tampak masih tetap memelihara asa untuk kembali berkontestasi di Pilkada Sulsel untuk kali kedua, setelah yang pertama kalah dari Syahrul Yasin Limpo pada 2013.

Mohammad Ramdhan Pomanto, Walikota Makassar saat ini, pun memiliki hasrat politik yang sama. Sosok yang akrab disapa Danny itu, belakangan diketahui rajin melakukan silaturrahmi di berbagai daerah dalam rangka memperkenalkan diri.

Lantas, siapa di antara mereka yang paling berpeluang menjadi Bacagub? Padahal, melihat komposisi di DPRD Sulsel saat ini, memungkinkan hanya ada empat pasangan calon (paslon), baik dengan koalisi maupun tanpa koalisi.

Dengan perolehan 17 kursi, maka Nasdem satu-satunya partai yang bisa mengusung sendiri tanpa harus berkoalisi. Karena itu, RMS yang nota bene Ketua DPW Nasdem Sulsel dinilai paling berpeluang.

Jika Gerindra hendak mengusung sendiri kadernya, maka, AIA selaku Ketua DPD Gerindra Sulsel, pun memiliki peluang. Dengan menggandeng PAN yang memiliki 4 kursi, maka koalisi Gerindra – PAN, sudah lebih dari cukup untuk mengusung dirinya.

Demikian pula dengan Golkar, cukup bersama dengan Demokrat, misalnya, yang memiliki 7 kursi, juga sudah bisa mengusung paslon. Tetapi pertanyaannya, Golkar mau mengusung siapa? Bagaimana dengan NH? Sejauh pantauan penulis, Ketua Umum Dekopin itu sama sekali belum menampakkan ketertarikannya.

Jika demikian halnya, maka, kira-kira siapa yang bakal diusung Golkar selain NH? Sedangkan publik menilai bahwa partai berlambang pohon beringin itu, tidak memiliki kader yang punya kapasitas semumpuni NH. Ah, cilaka betul jika Golkar sampai tak mengusung kadernya sendiri.

Di luar itu, masih memungkinkan terbentuk satu lagi koalisi dari partai yang tersisa. Koalisi inilah nantinya yang akan diperebutkan oleh ASS, IAS, dan Danny.

Lantas, siapa yang bakal mendapatkannya? Bergantung pada lobi dan isi tas. Namun, sejumlah pihak meyakini bahwa bahwa ASS-lah yang paling berpeluang.

Hampir lupa. Satu lagi nama yang dinilai sangat layak untuk disebut, yakni, Adnan Purichta Ichsan, Bupati Gowa dua periode. Sayangnya, situasi dan dinamika politik yang berkembang saat ini, tampaknya tak bersahabat dengannya. Padahal sosok ini memiliki kapasitas yang tidak kalah dari yang lainnya untuk memimpin Sulawesi Selatan.

Tapi kendati begitu, Adnan bakal diperebutkan sebagai cawagub. Dan penulis meyakini bahwa siapapun yang berpasangan dengannya, akan memiliki peluang paling besar memenangkan pilkada Sulsel 2024. [ym]