MAROS, UJUNGJARI.COM — Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) harus terus dikawal hingga akhirnya dapat berjalan baik di satuan pendidikan. Karena itu, kepala sekolah maupun guru diharapkan paham kurikulum merdeka.
Agar mutu pendidikan meningkat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maros menggelar sosialisasi peningkatan kapasitas kurikulum merdeka, sekolah penggerak dan pendidikan anti korupsi pada jenjang SMP se Kabupaten Maros.
Dalam sosialisasi yang diikuti puluhan kepala sekolah dan guru, di ruang pola kantor Bupati Maros, Selasa (24/10/2023), ditampilkan materi dengan tiga topik utama
yakni kurikulum merdeka, sekolah penggerak dan anti korupsi.
Sekretaris Kabupaten Maros Andi Davied Syamsuddin mengatakan, pelaksanaan IKM yang baik akan mensukseskan penyelenggaraan sekolah penggerak.
“Untuk sekolah dan siswa bisa maju harus dimulai dari pimpinan dan guru-gurunya,” kata Davied.
Dalam kesempatan itu, Davied juga menyebutkan, tingkat temuan BPK yang paling tinggi berada di satuan pendidikan. Karena itu, Davied menilai, stakeholder yang terlibat langsung termasuk kepala sekolah maupun guru harus paham tata kelola aplikasi rencana kerja anggaran sekolah (akas).
“Output dari sosialisasi hari ini kita lihat nanti, semoga tidak ada yang ketemu di BPK,” tandas Sekkab Maros.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maros Andi Patiroi mengatakan, para kepala sekolah dan guru dari 75 SMP di Maros ini diharapkan agar dalam pelaksanaan tugasnya benar-benar paham tentang konsep kurikulum merdeka, sekolah penggerak dan pendidikan anti korupsi. Sehingga mampu mengimplementasikan dengan baik.
Dikatakan Patiroi, dengan terbentuknya sekolah-sekolah penggerak akan meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Maros.
“Hingga hari ini, baru delapan sekolah yang menjadi sekolah penggerak, tiga SD dan lima SMP (tiga sekolah swasta dan dua sekolah negeri). Sosialisasi ini sangat penting, sebab dua tahun pelaksanaan kurikulum merdeka, masih banyak yang belum memahami dengan baik pelaksanaannya. Masih perlu adanya peningkatan pemahaman implementasi. Jangan sampai guru-guru malah lebih paham ketimbang kepala sekolahnya, mungkin ini yang menyebabkan kurangnya sekolah yang mendaftar sebagai sekolah penggerak,” papar Patiroi berharap peserta dapat mengikuti sosialisasi dua hari ini dengan serius sehingga outputnya memberi dampak baik bagi pelaksanaan pendidikan di Maros. –