GOWA, UJUNGJARI.COM — Sejak musim kekeringan akibat Elnino melanda di seluruh Indonesia tak terkecuali Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, nyaris membuat beberapa kecamatan mengalami krisis air. Tingginya suhu panas antara 38-40 °C (derajat Celcius) membuat kekeringan makin menjadi. Akibatnya ketersediaan air baku di sungai Jeneberang berkurang.

Selama musim kemarau melanda, Perumda Air Minum Tirta Jeneberang Kabupaten Gowa kekurangan volume air baku. Selain kekeringan itu, Perumda juga terkendala menyedot air baku ke pengolahan lantaran hampir setiap hari listrik padam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Jeneberang Hasanuddin Kamal didampingi Kepala Satuan Pengawasan Intern Abdul Malik Abbas saat dikonfirmasi, Senin (23/10) siang mengakui jika saat ini pihaknya mengalami penurunan kapasitas air baku yang akan diolah menjadi air bersih. Menurunnya air baku itu dinilainya cukup drastis sebab susut 40 hingga 50 persen. Dan ini berpengaruh pada produksi air bersih yang turun hingga 50 persen.

“Untuk mengatasi kekeringan air bersih ke para pelanggan kami lakukan langkah-langkah berupa mendistribusikan air bersih dengan sistem mobile truk tangki dan itu langsung melayani ke permukiman. Jadi yang kami layani juga bukan hanya pelanggan tapi non pelanggan juga dimana wilayahnya mengalami kekeringan sumber air. Hanya saja upaya kami tersebut saat ini tidak terlalu optimal lantaran kami juga kesulitan berproduksi akibat turunnya air baku yang akan kita olah, ” kata Hasanuddin.

Dikatakan Hasanuddin, penurunan kapasitas air baku ini sangat besar dari biasanya. Karena itu tambah dia, pihaknya sudah berupaya melakukan penambahan air baku dengan cara menormalisasi air yang masuk ke intake, namun itupun hasilnya tidak maksimal.

“Masalahnya, bukan cuma turunnya air baku tapi juga karena soal listrik yang berkali-kali padam. Saat kami melakukan normalisasi inti dalam arti mengarahkan air menuju mulut intake, pada saat bersamaan juga padam lagi listrik. Kita memang kewalahan sebab 90 persen pengolahan air di Perumda Tirta Jeneberang menggunakan listrik dengan kapasitas yang tinggi. Maksudnya semua sistem kami pakai dengan pompanisasi,” kata Hasanuddin lagi.

Malik menambahkan, dampak pemadaman listrik ini, membuat pihaknya kesulitan dalam memproduksi air bersih. Bahkan dampaknya bisa mencapai 40 persen penurunan pengolahan air bersih.

“Mulai pompanisasi dari intake ke pengolahan, pengolahan mulai di distribusikan lagi pakai pompa inti. Jadi memang kalau sumber air sebenarnya sudah terjadi penurunan 30 sampai 40 persen,” kata Malik. –