BANDUNG, UJUNGJARI.COM– Wakil Presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) mendorong saudagar muslim Indonesia untuk menanamkan semangat lebih maju demi kebangkitan umat Islam.

Ia mengimbau untuk tidak malu meniru semangat para pengusaha Tionghoa demi mengejar ketertinggalan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Yang kita butuhkan saat ini adalah bagaimana menanamkan semangat yang baru untuk bisa lebih maju dan lebih baik menuju kebangkitan umat,” kata JK saat membuka Musyawarah Wilayah ke II Ikatan Saudagar Muslim se Indonesia (ISMI) di Hotel Savoy Homan, Bandung, Rabu (11/10).

Menanamkan semangat untuk bangkit, kata JK, adalah hal yang sangat penting. Pasalnya, ia menilai, bahwa saat ini ada ada titik-titik teredah dari kegiatan usaha dari kalangan Islam di Indonesia.

Ia mencontohkan insudtri tekstil di Jawa Barat, yang dulunya berkiblat ke wilayah Majalaya dan sekitarnya.

Selain itu, JK mengungkapkan bahwa di tahun 70 hingga akhir 90an, banyak pengusaha-pengusaha muslim yang kaya raya. Tapi saat ini, berkurang dengan sendirinya karena lebih banyak bertahan pada satu generasi saja.

“Saat ini, tidak mampu bertahan dan semua sudah tergerus oleh industri dan alih teknologi. Sekarang dari 100 orang pengusaha, hanya 15 peribumi dan dari 10 orang terkaya di Indonesia hanya satu pengusaha muslim,” ungkap pengusaha nasional kelahiran sulawesi selatan tersebut.

Olehnya itu, kata JK, semangat tersebut harus ditunjang oleh penggunaan kemampaun dan keterampilan, ilmu yang tinggi serta penggunaan teknologi yang lebih baik.

Meski tidak mudah, namun harus ditanamkan kembali saat ini. Sebab tidak, para pengusaha akan makin tertinggal.

Bahkan secara khusus, JK menyebut, Jawa Barat harus memulai kebangkitan tersebut.

“Apa kurangnya Jawa Barat. Perguruan tinggi favorit dan maju itu banyak berada di Jawa Barat. UI, IPB, ITB, Unpad. Semua ada di Jawa Barat. Tinggal bagaimana menanamkan semangat agar bisa bergerak,” tegas JK lagi.

Lebih jauh, ia mengingatkan agar para pengusaha muslim tidak terjebak dalam hal bisnis syariah. Bagi JK, bisnis syariah itu adalah bagian dari muamalah. Sedangkan hukum muamalah adalah semua bisa dilakukan kecuali yang dilarang.

“Jadi jangan terjebak pada perdebatan bisnis syariah. Dalam muamalah, jauh lebih banyak yang dibolehkan dibanding yang dilarang,” katanya lagi.

Ia juga menyentil para pengusaha muslim yang cenderung lebih banyak berseminar, diskusi dan pertemuan akbar lainnya.

Padahal bagi JK, seminar-seminar memang penting, asalkan dibarengi dengan tindakan langsung. Ia bahkan menyebut jika para pengusaha-pengusaha Tionghoa jarang yang melakukan seminar.

“Jangan sampai kita hanya rajin berseminar, bermusyawarah tapi tindakan tidak ada. Jadi kita hanya semangat berseminar tapi tidak semangat dalam aksi,” pungkas JK. (Gun)