MAKASSAR, UJUNGJARI.COM–Puluhan seniman Sulawesi Selatan berkumpul di kediaman Nasran Mone di Jalan Andi Tonro IV Makassar, Senin (31/7) malam.

Pertemuan silaturahmi sesama seniman dan budayawan itu dikemas dalam acara “Malam Sidapa-dapa Seniman Sulsel”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Panitia nencatt 170 seniman hadir di pertemuan ini. Mereka berasal dari beragam disiplin seni. Ada perupa, musisi, teaterawan, sastrawan, fotografer dan lainnya.

Di antara seniman yang hadir adalah Hasan Kuba, AH Rimba, Ani Satriani, Djamal AprilkalaN, Aziz Nojeng,
Budi Haryawan, Yusuf Seni, Rahmat Soni, dan Faisal Syarif.

Hadir juga Nawir Parenrengi, Jamal DiLaga, Muhajir, M Taslim, Chaeruddin Hakim, dan lainnya.

Pertemuan silaturahmi ini sengaja digelar sebagai bentuk kesadaran seniman Sulsel yang selama 20 tahun ini vakum untuk kembali aktif.

Sejumlah seniman menyuarakan perlunya menggelar Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) Dewan Kesenian Sulawesi Selatan (DKSS) sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali kesenian di Sulsel.

DKSS dianggap sebagai lembaga representasi yang bisa mengayomi kreator-keeator seni di Sulsel.

Malam Bakudapa-dapa diinisiasi beberapa seniman yang menjadi inisiator Mubeslub DKSS seperti Ismed Sahupala, Arifin Manggau, dan lainnya.

Penyair Sulsel, Chaeruddin Hakim yang hadir di acara ini merespons positif wacana Mubeslub Dewan Kesenian Sulawesi Selatan. Hanya saja Chaeruddin berharap agar Mubeslub tidak membentuk organisasi baru.

“Jangan tinggalkan DKSS karena lembaga ini memiliki history yang tidak terpisahkan dari kesenian di Sulsel,” kata Chaeruddin.

Seniman lain Ishakim juga berkomentar sama. Ishakim menyarankan agar manajemen DKSS ke depan lebih profesional dengan mempertimbangkan situasi kekinian. Termasuk mempertimbangkan aspek milenial dalam manajemen pengelolaan kesenian. (ipi)