NGAWI,UJUNGJARI.COM– Kementerian Pertanian (Kementan) fokus berupaya mengantisipasi dampak fenomena El- Nino terhadap sektor pertanian Indonesia. Dalam sektor pertanian, El Nino dapat menjadi tantangan besar karena berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani untuk itu perlu langkah antisipasi dan adaptasi guna memastikan petani dan stok pangan aman terkendali.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan upaya antisipasi dan adaptasi El Nino di sektor pertanian yakni
Pertama, menggencarkan Gerakan Kejar Tanam (Gertam) 1.000 hektar/kabupaten untuk meningkatakn IP dan provitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Begitu panen hanya butuh waktu seminggu, keringkan dan bernafas dulu setelah itu harus langsung diintervensi jangan ada yang sampai 20 hari untuk mengejar sisa air karna yang rata – rata kita panen saat ini masih ada airnya jadi ini kita maksimalkan untuk musim tanam berikutnya,”kata Mentan Syahrul dalam Rakor Antisipasi El Nino Se Jawa Timur di Pendopo Wedya Graha, Ngawi Jawa Timur (Jatim), Senin(24/7/23).
Selanjutnya, identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan dengan mengelompokkan darerah hijau, kuning dan merah. Berikutnya, percepatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam, berikutnya, peningkatan ketersediaan air dengan membangun atau memperbaiki embung dan irigasi yang ada.
“Ancaman penyediaan pangan global terhadap saat ini dihadapkan pada isu krisis pangan, climate change bahkan El Nino,”
“Kita berharap dengan agenda yang cukup ketat kita lakukan pada 3 bagian wilayah yang sudah kita mapping pada setiap Provinsi dan Kabupaten, ada daerah hijau yang harus terus booster karna airnya masih cukup, ada daerah kuning yang airnya pas- pasan untuk itu harus kita bendung dan dimanfaatkan seefektif mungkin,”kata Mentan.
Pada daerah kuning, Kementan akan melakukan intervensi melalui penyediaan benih tahan kekeringan dan OPT, intervensi mekanisasi, dan teknologi. Dan khusus pada daerah merah, yakni daerah yang defisit air, ke depan akan ditanam komoditi lain guna memperkuat ketahanan pangan daerah tersebut.
“Daerah merah itu daerah kering, daerah yang tanpa El Nino pun memang bersoal. Oleh karena itu daerah merah ini akan kita perkuat dan hari ini ada kesepakatan kita khusus Jawa Timur akan memperkuat cadangan cadangan pangan yang harus booster sampai 100 ribu hektare,”kata Mentan.
Mentan mengajak seluruh Kepala Dinas Pertanian se Jawa Timur untuk bergerak bersama mengembangkan pupuk organik dan terpusat, serta menyiapkan lumbung pangan sampai ke tingkat desa. Sesuai arahan Presiden Jokowi, Kementan akan menyiapkan lebih dari 500 ribu hektera dibeberapa daerah untuk membackup dampak El Nino.
“Saat ini neraca cadangan pangan sampai dengan Desember cukup aman, sampai hari ini setiap bulannya masih ada panen Raya padi di seluruh Indonesia sekitar 800 hingga 900 ribu hektare, mudah – mudahan ini menjadi kekuatan untuk kita tetap optimis, kekeringan harus kita hadapi,”ucap Mentan Syahrul.
Bersamaan, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono mengatakan bahwa Kabupaten Ngawi adalah salah satu kabupaten yang menerapkan kegiatan pertanian ramah lingkungan berkelanjutan yang menjadi peraturan Bupati di Kabupaten Ngawi guna memperbaiki seluruh ekologi pangan dan ekosistem pertanian yang akhir-akhir ini memang banyak kendala dan permasalah di tingkat petani .
“Pak Menteri ini benar-benar bisa memberikan kekuatan bagi kita semuanya seluruh warga Jawa Timur untuk konsisten dengan Istiqomah menjalankan pertanian di kabupaten/kota yang Bapak/Ibu pimpin sekarang ini untuk bisa maju dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga masyarakat di Jawa Timur,”kata Ony.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (Kadistan dan KP) Jatim, Dydik Rudy mengatakan pada tahun 2022 Jawa Timur sebagai penghasil padi terbesar nasional, mencapai 9,25 juta ton dan support terhadap nasional sekitar 18 persen. Berdasarkan KSA periode Januari-Agustus, potensi luas panen padi di Jawa Timur mencapai 1,39 juta hektar atau lebih besar dari tahun lalu periode yang sama dengan potensi produksi sekitar 7,76 juta ton GKG atau lebih besar 75.968 ton diperiode yang sama ditahun yang lalu.
“Memang di tahun kemarin curah hujan cukup tersedia di periode yang sama dan ini di Jawa Timur, meskipun El Nino tapi dampaknya belum terasa secara signifikan, dan masih ada hujan dibeberapa wilayah dan kami di Lumajang malah banjir Bapak,”kata Dydik.
Lebih lanjut Dydik mengatakan bahwa bahwa antusias petani Jawa Timur pada tanaman pangan khususnya padi cukup tinggi disebabkan adanya dorongan kenaikan HPP pada musim panen sebelumnya dan mendorong petani untuk terus lanjut menanam padi.
“Kita akan berupaya mengejar target sasaran produksi kita di tahun 2023 Pak Menteri dan mungkin yang menjadi kendala nanti adalah El Nino tapi kita tetap berdoa, seluruh dinas kabupaten se Jawa Timur agar hujan masih turun di Agustus sampai nanti menjelang Oktober, stok pangan terus aman,”tutup Dydik.
Sebelumnya, Mentan Syahrul didampingi Bupati Ngawi serta jajaran eselon 1 Kementan dan seluruh Kepala Dinas Pertanian Se- Jatim turut melakukan demonstrasi pembuatan Biosaka untuk diterapkan dilahan pertanian masing – masing daerah. (bs)