Oleh : Dr. Juhri, S.S., M.Hum (Kepala SD Islam Athirah Racing Centre Makassar)
ADA dua momentum hari ini yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu bulan Juni dikenal dengan masa dimana peserta didik baru saja menyelesaikan suatu tingkatan pendidikan formalnya di setiap jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA atau yang sederajat.
Itu artinya selaku orang tua pasti akan mencarikan pendidikan lanjutan buat anak-anaknya, pada saat bersamaan, di bulan Dzulhijjah ini, umat islam seluruh dunia akan merayakan suatu ibadah sunnah muakkadah yang dikenal dengan istilah ibadah Qurban.
Ibadah Qurban ini kemudian seringkali dihubungkan dengan suatu peristiwa besar di masa lampau yaitu peristiwa Nabi Ibrahim a.s dalam mendidik keluarganya.
Dua momentum ini seharusnya menjadi fokus perhatian kita dalam menatap masa depan generasi kita, kedua momentum tersebut terkadang berlalu begitu saja tanpa disadari oleh sebagian besar orang tua.
Point yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah bagaimana mensinergikan antara sistem pendidikan di lingkungan Sekolah dengan sistem pendidikan di lingkungan keluarga (Rumah).
Kegagalan pendidikan selama ini menyebabkan banyak ahli mencari model dan format pendidikan yang tepat atau meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kondisi tersebut.
Semua orang mengharapkan ada satu model pendidikan yang aplikatif dan implementatif dengan merujuk kepada kisah-kisah Qurani dengan beberapa modifikasi yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Kisah Nabi Ibrahim A.S. dalam mendidik anak ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Selama ini teori-teori dari para pakar pendidikan sekuler barat ternyata tidak dapat menanggulangi kenakalan anak-anak mereka. Bahkan kenakalan anak dewasa ini, semakin menjadi-jadi, terlebih-lebih di era informasi dan teknologi seperti sekarang ini, dimana anak-anak lebih mudah mengakses informasi dari berbagai media tentang informasi yang sebenarnya tidak layak mereka konsumsi.
Saatnya kita selaku guru dan orang tua harus belajar dari kurikulum pendidikan Ibrahim A.S yang dapat melahirkan output/outcome pendidikan yang berkualitas yaitu dapat melahirkan generasi yang unggul.
Hal tersebut terpotret dari kedua putranya, yaitu pertama putranya yang bernama Ismail a.s, dari hasil perkawinannya dengan istrinya yang bernama Siti Hajar, Ismail a.s memiliki keunggulan dari segi karakter, dalam istilah Al-Qur’an disebut sebagai gulamin halim (anak yang berkarakter) sebagaimana firman Allah swt “maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail) Q.S.37 :101. kedua putranya yang bernama ishak a.s dari hasil perkawinannya dengan Siti Sarah. Ishak a.s kemudian dikenal sebagai gulaamin aliim (anak yang berilmu) sebagaimana firman Allah swt “…dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak) Q.S. 51 : 28.
Apa rahasia kesuksesan pendidikan yang diterapkan oleh Ibrahim a.s? padahal waktu itu belum ada pendidikan formal seperti saat ini, ternyata kalau kita teliti rahasia kesuksesan kurikulum pendidikan Ibrahim a.s ada beberapa faktor antara lain sebagai berikut ; pertama, adanya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang sangat jelas, yaitu melahirkan generasi yang shaleh hal ini tergambar dalam firman Allah SWT “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak)yang termasuk orang shaleh” Q.S. 37 : 100. kedua memiliki Standar isi (kurikulum) yang berorientasi pada aspek aqidah dan akhlak, pada aspek aqidah banyak diceritakan dalam Al-Qur”an diantaranya pada Q.S. Al-An’am ayat 75 – 81 dan Q.S Al-Anbiya’ ayat 51 – 70. Pada aspek akhlak banyak ditemukan dalam Al-Qur;an misalnya “Engkau akan mendapatiku, insya Allah termasuk orang-orang yang sabar” Q.S. 37 : 102. Ketiga, memiliki Standar Proses (metode pembelajaran) yang komprehensif. Ibrahim a.s dalam mendidik anaknya setidaknya memiliki empat metode pembelajaran yaitu, pertama, metode keteladanan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an “Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu dan orang-orang yang bersama dengannya “ Q.S. 60 : 4. kedua, metode nasehat, metode nasehat dalam Al-Qur’an digunakan untuk menyentuh hati supaya manusia mengarah kepada tujuan yang diharapkan sebagaimana dijelaskan dalam Q.S An-Nahl : 125. ketiga, metode dialog sebagaimana dijelaskan dalam Q.S 37 : 102, keempat, metode adu argumen, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S, 6 : 80.
Selain dari kurikulum pendidikan yang telah disebutkan diatas, maka yang terpenting adalah bahwa kesuksesan Ibrahim a.s dalam mendidik anak-anaknya itu berawal dari kekuatan pendidikan dari lingkungan keluarganya.
Adanya contoh teladan yang diberikan oleh kedua orang tuanya, selain itu, Ibrahim a.s juga mampu memilih lingkungan yang baik untuk perkembangan mentalitas anaknya.
Setelah Hajar melahirkan Ismail, Ibrahim mengantarkan mereka ke suatu tempat yang lengang dan tandus bernama Makkah. Lalu, Ibrahim pun bermunajat agar tempat itu diberkahi dan baik untuk perkembangan mentalitas anaknya (Q.S.14: 37).
Dalam arti lebih luas, bahwa sebagai orang tua mesti mengawasi pergaulan anak-anaknya. Mulai dari memilih sekolah yang memperhatikan pembinaan sikap keberagamaan dan akhlak mulia, hingga memilih lingkungan tempat tinggal yang kondusif dan mendukung perkembangan mentalitas anak ke arah positif. (**)