MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — World Agroforestry (ICRAF) Indonesia tengah menjalankan Proyek Sustainable Landscapes for Climate Resilient Livelihoods (Land4Lives) di tiga provinsi sebagai dukungan terhadap penghidupan berketahanan iklim dan ketahanan pangan untuk masyarakat rentan, terutama kepada perempuan dan anak perempuan.

Lewat kerja sama dengan pemerintah daerah, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat desa, proyek Land4Lives akan membantu memperbaiki tata kelola dan pengelolaan bentang lahan melalui kebijakan pembangunan hijau dan memperkuat ketahanan pangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Proyek ini juga sebagai upaya meningkatkan penghidupan petani kecil, masyarakat miskin dan kelompok perempuan kepala rumah tangga di Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Saat ini Proyek Land4Lives wilayah provinsi Sulawesi Selatan telah memasuki tahap konsultasi publik 1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJPD untuk tahun 2025-2030, yang digelar di Hotel West Bestern Makassar, Kamis (15/6).

Koordinator Proyek Land4Lives Provinsi Sulsel Muhammad Syahrir mengatakan bahwa kegiatan KLHS ini sebagai langkah strategis dalam mendukung proyek ini.

“Penyusunan KLHS RPJPD ini bagi kami merupakan salah satu kegiatan yang sangat strategis di provinsi karena berkaitan dengan upaya daerah menghadapi perubahan iklim,” ungkapnya.

Ia menuturkan dalam KLHS ini akan membahas mengenai adaptasi perubahan iklim dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi hijau.

“Selain itu yang kami harapkan dalam KLHS ini yang bisa menjadi mainstreaming antara lain bagaimana pertumbuhan ekonomi hijau Sulsel kemudian upaya adaptasi perubahan iklim serta juga terkait dengan isu-isu gender yang ada didalamnya,” terangnya.

Syahrir berharap konsultasi publik ini menjadi langkah untuk mensukseskan pertumbuhan ekonomi hijau ditengah perubahan iklim kedepan.

“Melalui program Land4Lives ini harapan kami akan tercipta peningkatan kualitas penghidupan kemudian ketahanan pangan, mata pencaharian dan ekonomi lokal yang tahan kepada perubahan iklim utamnaya kepan kelompok yang rentan terhadap perubahan iklim,” paparnya.

Dikonfirmasi Asisten perekonomian dan pembangunan Sulsel, Ichsan Mustari mengemukakan bahwa kegiatan KLHS ini penting untuk membahas langkah mitigasi dan antisipasi perubahan iklim.

“Kita tahu sendiri bahwa saat ini isu utama didunia terutama di Indonesia salah satunya masalah perubahan Iklim, maka tentu harus ada langkah mitigasi, langkah pencegahan berdasarkan perhitungan yang kita buat,” ungkap Ichsan.

“Kemudian adalah langkah adaptasi yang harus kita siapkan, sehingga kelanjutan kehidupan kita ini bisa lebih baik,” tambahnya.

Dirinya menyebutkan pembanguan darah bukan hanya fisik namun keberlanjutan pembangunan manusia juga tidak kalah penting.

“Pembangunan tidak hanya bebicara fisik tapi bagaimana keberlanjutan pembangunan manusia pun juga kita arahkan agar mereka mampu memikirkan mitigasi dan adaptasi dengan lingkungan yang berubah,” bebernya.

Ia menambahkan melalui proyek ini maka persiapan para petani untuk tetap meningkatkan pertumbuhan ekonomi hijau semakin matang walaupun adanya perubahan iklim karena sudah mampu beradaptasi.

“Petani-petani disiapkan dalam perubahan iklim ini, karena musim tanam sekarang sudah bisa berubah kalau menggunakan pola sebelumnya maka akan rugi (petani), baru mulai tanam 2 Minggu kemudian banjir datang sehingga gagal panen lagi,” imbuhnya.

“Nah upaya ini tentu harus masuk proses perencanaan dipemerintah daerah, provinsi, menjadi pertimbangan khusus bagaimana semuanya kita bisa lakukan, lingkungan ini menjadi bagian penting dalam melakukan pembangunan,” pungkasnya. (JUNI SEWANG)