MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Pengelolaan persampahan di Kota Makassar masih menjadi polemik hingga saat ini. Jumlah dan jenis sampah terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk.

Kenaikan jumlah sampah ini tidak diimbangi dengan pengelolaan persampahan yang memadai. Hal ini dapat terlihat dari kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Makassar yang overcapasity dan minim infrastruktur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Makassar, Ferdy Mochtar, salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi sampah masuk ke TPA adalah dengan melaksanakan program Bank Sampah.

Berdasarkan data Bank Sampah Pusat dibawah koordinasi Dinas Lingkungan Hidup Makassar, bulan Januari 2023 diperoleh 45 ton sampah pilah yang didominasi sampah plastik, kertas, logam dan jenis lainnya.

Menurutnya, kontribusi tersebut masih jauh dari yang diharapkan dalam mengurangi beban volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir.

Sebanyak 1077 Bank Sampah yang tersebar di setiap kecamatan, jika dikelola dengan baik akan menjadi sumber penerimaan PAD. Juga memberikan solusi yang dapat menfasilitasi produktifiktas masyarakat melakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenis dan karakteristik.

“Selanjutnya bisa ditukar bentuk uang, barang dan/atau jasa sesuai nilai yang telah disepakati sebelumnya,” ungkap lulusan Tsukuba Univeristy dan Curtin University ini.

Selama ini, Sistem Layanan Bank Sampah adalah platform yang dapat menghimpun informasi real time terkait dengan daftar barang dan harga sampah yang dapat ditukar di bank sampah

Informasi terkait jadwal penjemputan sampah, pengajuan layanan penjemputan sampah, customer care atau contact person yang dapat menjawab berbagai
pertanyaan terkait pengelolaan sampah dan SOP penanganan sampah di bank sampah unit.

Disamping itu mekanisme penerimaan PAD melalui kemitraan dengan pihak ketiga juga diatur. Diharapkan digitalisasi bank sampah dapat meningkatkan produktifitas pemilahan smpah di unit unit bank sampah yang telah ada.

Diapun berharap setelah tersosialisasinya tercapai peningkatan keaktifan bank sampah lebih dari 50 persen dari jumlah yang telah ada.

Sementara itu, mengefisienkan proses di Bank Sampah, UPT Bank Sampah menggandeng Bank Sulselbar untuk melakukan transaksi non tunai.

“Ke depan kita akan menggunakan sistem digitalisasi Bank Sampah agar transaksi bisa lebih efisien. Dengan Qris, diharapkan bisa mempermudah pelayanan di Bank Sampah,” ungkap Kepala UPT Bank Sampah, Veronica Tinungki.

Saat ini, khususnya pasca covid-19, tambahnya, jumlah nasabah Bank Sampah terus menurun. Jika sebelumnya tercatat ada 1000-an nasabah, berdasarkan data, yang aktif saat ini hanya sekitar 300-an lebih.

“Ini jadi tantangan bagi kami. Bagaimana kami bisa mendorong warga untuk aktif dalam Bank Sampah kembali,” tandasnya. (drw)