MAKASSAR, UJUNGJARI.COM — Pak Ogah semakin marak di Makassar. Hampir di setiap pembelokan (u-turn) atau perempatan jalan, khususnya di lokasi dengan kepadatan kendaraan yang tinggi, muncul Pak Ogah menawarkan jasa untuk menyeberangkan kendaraan.
Pantauan Berita Kota Makassar di Lamadukelleng, Minggu (21/5) sore, sejumlah Pak Ogah muncul untuk mengarahkan kendaraan yang melintas.
Jalan satu arah di Lamadukelleng menuju ke Jalan Haji Bau maupun arah ke Arief Rate memang selalu padat, bahkan macet. Apalagi pada saat hari libur, malam Minggu dan Senin malam.
Namun, kemacetan jalan menjadi peluang bagi Pak Ogah untuk beraksi. Alih-alih melancarkan lalu lintas, kondisi macet semakin parah. Pasalnya, Pak Ogah seenaknya mengatur lalu lintas, memberhentikan kendaraan dan memberi ruang kepada kendaraan yang memberi uang untuk jalan.
Hal yang sama juga terjadi di sejumlah lokasi dengan kepadatan kendaraan yang cukup tinggi. Diantaranya sejumlah u-turn Jalan Hertasning, Sultan Alauddin, AP Pettarani, Jalan Veteran, Urip Sumoharjo, dan Perintis Kemerdekaan.
Salah seorang warga, Andi Aso mengaku cukup terganggu dengan kehadiran Pak Ogah di jalan.
“Di mana saja ada Pak Ogah, pasti disitu akan macet,” ungkapnya.
Lelaki yang akrab disapa Aso itu mengaku tak jarang Pak Ogah bersitegang dengan para pengguna jalan.
“Mereka kadang tidak mau kasih ruang pada kendaraan yang tidak gunakan jasanya. Atau sudah dibantu menyebrang tapi tidak dikasih uang. Mereka kadang berteriak marah-marah kepada pengguna jalan,” keluhnya.
Menyikapi persoalan itu, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dinas Perhubungan Makassar, Syafran mengatakan, maraknya Pak Ogah di sejumlah jalan ini telah diatensi oleh Dinas Perhubungan Makassar, salah satu solusi baru yang disediakan dengan ditutupnya banyak U-Turn di Makassar.
Rencana ini telah dibicarakan, dan akan segera dilakukan dalam waktu dekat.
“Memang kita sudah ada rencana, ini masih terus dikoordinasikan juga dengan Polrestabes, Satlantas, Polda dan Dishub Provinsi,” ujarnya.
Ini juga akan dikoordinasikan bersama dengan beberapa Stakeholder, seperti Dinas PU, sebab akan menggunakan pembatas beton milik mereka.
“Dari beton itu, memang harus melibatkan PU juga,” jelasnya.
Kemudian adapula koordinasi dengan Provinsi dan Balai Jalan, sebab beberapa jalan nasional juga butuh penganan serupa. Menurutnya masalah Pak Ogah ini meski tersandung masalah kewenangan jalan, namun tetap berimbas ke kota sehingga kota juga harus ikut mengintervensi.
Lebih lanjut, Syafran mengatakan masalah Pak Ogah ini sudah cukup pelik, apalagi ini berulang kali ditindak namun nihil progres, sehari bersih namun kata dia keesokannya kembali dihinggapi.
Pun kata dia, personel yang ditempatkan itu terbatas, apalagi sulit memantau 24 jam penuh aktifitas mereka.
“Jadi memang termasuk mengganggu. Itu menggangu ketertiban umum. Makanya itu kita mau tutup beberapa u-turn,” jelasnya.
Ini juga akan lebih dahulu diteliti, efektifitasnya untuk melihat efektifitasnya. Langkah awal kata dia akan dilakukan di Boulevard Makassar, U-Turn di kawasan itu akan dikurangi.
Sementara itu U-turn yang minim juga akan memudahkan pemantauan di lapangan, juga akan mengurangi perlambatan kendaraan. (anc)