MAKALE, UJUNGJARI.COM–Kasus bunuh diri (mentuyo) masih sering terjadi di Toraja. Tentu menjadi pertanyaan segampang itukah bunuh diri terjadi di daerah ini. Tidak heran jika Toraja masuk kategori darurat mentuyo.

Periode Januari hingga Mei 2023 saja sudah terjadi delapan kasus. Kondisi membuat pakar psycologi sosial, Dr Kristian HP Lambe angkat bicara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kristian mengatakan, Senin (8/5) pagi ini warga Makale dikejutkan dengan peristiwa bunuh diri dengan cara gantung diri menggunakan seutas tali nilon.

Korbannya seorang laki-laki berinisial PT (63) warga Milan, Kelurahan Lamunan, Makale. PT nekat melakukan tindakan mentuyo karena ingin terlepas dari belenggu penderitaan.

Menurut istri korban, suaminya punya riwayat penyakit maag dan kerap mengeluh kesakitan bagian perut. Korban sudah beberapa kali berusaha melakukan bunuh diri dengan membenturkan kepala di dinding, balok kayu dan kaca namun gagal.

Namun peristiwa nahas korban terwujud, Sabtu (6/5) sekira pukul 11.00 Wita malam korban gantung diri tanpa diketahui keluarga.

Kristian menjelaskan, dari Perspektif Sosiologi, hampir semua komunitas bangsa di seluruh dunia menempatkan bunuh diri pada posisi yang soliter dan tertutup. Ia merepresentasi ketabuan universal yang sangat jarang dibicarakan secara terbuka meski di kalangan anggota keluarga sekalipun.

Karenanya, meski bunuh diri direncanakan oleh pelakunya, ia terkesan terjadi secara tiba-tiba, mengagetkan banyak orang dan meninggalkan duka mendalam bagi orang-orang yang dicintainya.

Setelah peristiwa bunuh diri pun, tidak banyak yang dapat terungkap. Ia menjadi misteri sekaligus menjelma menjadi tragedi. Orang hanya mengira motivasi dibaliknya.

“Dari sekian banyak kasus bunuh diri, hanya beberapa pelaku yang meninggalkan catatan personal yang isinya hampir sama; ingin melepaskan diri dari beban hidup, kepedihan dan penderitaan. Ia ingin meraih pembebasan,” ujar Kristian.

Konsuler jiwa dari Depok, Jawa Barat, dr Diana Ela Papayungan, Sp.Kj menambahkan tingkat gangguan mental kejiwaan di Toraja sangat tinggi berujung dengan potensi bunuh diri. Karena itu semua stakeholder hendaknya kolaborasi mendeteksi sedini mungkin warga, dan anak remaja bermasalah kejiwaan.

Menurut Ella Papayungan, sudah sangat mudah mendeteksi dini warga gangguan jiwa melalui barcode link ke google form terhubung langsung ke Dinas Kesehatan dan pusat layanan kesehatan terkait, di mana pasien akan dijaga privasinya dan ditangani pihak berkompeten.

“Begitu tingginya kasus bunuh diri Toraja, Pemda hendaknya memberi perhatian serius,” imbuh dokter Ela. (agus).