MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Teater “The Eyes of Marege” (TEoM) dipentaskan di Anjungan Pantai Losari, 29 April 2023 pukul 21.00 wita. Pementasan ini merupakan rangkaian Hari Kebudayaan Kota Makassar.
Pertunjukan teater yang diproduksi Sanggar Seni Teater Kita Makassar itu terselanggara atas kerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Prodi Sendratasik Fakultas Seni dan Desain (FSD), dan Teater Kampus FSD UNM.
Pertunjukan yang menyita perhatian penonton ini disutradarai oleh Asia Ramli dan Andi Taslim Saputra. Komposer dikerjakan oleh Arifin Manggau. Pimpinan Produksi oleh Andi Hendra Bahar. Koordinator Umum/Stage Manager oleh Djamal April Kalam.
Selanjutnya para pemusik oleh Ahmad, Bram, Zul, Alif, Kiki dan Farhan. Penata Make Up dan Kostum oleh Anca dan Ikhwan Kurniawan (Himo). Penata Artistik dikerjakan oleh Arham dan Alan.
Pertunjukan didukung para aktor dan penari antara lain Arga sebagai Biramen, Indra Wijaya sebagai Ahmad, Aini sebagai Dhalawal, Arham sebagai Nud, Egis Bastian sebagai Kasim, Indra Kirana sebagai Djandapurra, Alifa sebagai Fatimah, dan Riska sebagai wanita Makassar dan Perempuan Belanda.
Selain itu juga ada Aisyah, Wahyu Alamsyah, Alfandy Mingse, Ariel Chandra sebagai Orang/suku Makassar, dan Anca, Salsa, Mirza, Rahman sebagai orang/suku Aborigin. Videografer dan Fotografer dikerjakan oleh Aldi.
Menurut Asia Ramli, naskah “The Eyes of Marege” ditulis oleh Julie Janson dan pernah disutradarai oleh Asia Ramli dan Sally Sussman serta pernah dipentaskan pada Festival Oz’Asia di Adelaide dan di Studio Opera House Australia dengan durasi 90 menit.
Naskah ini merupakan hasil peneltian bertahun-tahun mengenai hubungan sejarah, perdagangan, cinta, perkawinan dan persaudaraan orang Makassar dan orang Yolngu/Aborijin atau Marege di Tanah Arnhemland, Autralian bagian Utara.
Pertunjukan The Eyes of Marege (TEoM) mengisahkan hubungan sejarah, perdagangan, cinta, perkawinan dan persaudaraan antara suku Makassar dan suku Aborijin yang pernah telah ratusan tahun yang lalu.
Drama dengan latar tahun 1905 sampai tahun 1907 ini mengambil setting Makassar dan Arnhamland (Northern Territory), bagian utara Australia.
Tahap awal digambarkan kedatangan nelayan Makassar ke Arnhamland yang sudah berlangsung ratusan tahun dan telah melahirkan rasa persaudaraan dan bahkan ikatan perkawinan di antara orang Makassar dengan orang Yolngu atau Aborijin.
Tahap komplikasi dilukiskan ketika pria muda Aborijin bernama Birramen membunuh nelayan Makassar bernama Kasim karena membela diri. Pasalnya, tas “keramat” milik Birramen yang tertinggal di pantai ditemukan (dicuri) oleh Kasim dan telah membentuknya menjadi keranjang perangkap ikan. Karena tas itu baginya bukan tas biasa melainkan tas upacara inisiasinya yang penuh roh dan impiannya.
Para tetua Yolngu dan orang-orang Makassar sepakat Birramen diadili di Makassar. Tahap penyelesaian, setiba di Makassar, Birramen dibebaskan dan dinikahkan dengan perempuan Makassar Bernama Fatima dan disakisikan oleh Ahmad dan istrinya Dhalawal.
Menurut Asia Ramli, pertunjukan teater “The Eyes of Marege” (TEoM) ini merajut sejarah, pengalaman dan cerita rakyat hubungan sosial-budaya suku-bangsa Makassar dengan Yolngu (Aborijin/Marege).
Pertunjukan ini mengangkat tema persaudaraan, multikultural dan lintas budaya yang arahnya untuk menjalin kembali persahabatan dan persaudaraan orang Makassar (Indonesia) dan Aborijin (Australia) yang pernah pernah terjadi 400 ratus tahun yang lalu dan putus pada tahun 1907.
Di dalam pertunjukan mengandung nilai-nilai budaya Makassar yang menegaskan nilai siri’na pacce, tau sipakatau, pangngadakkang, dan nilai-nilai Islam yang diwujudkan ke dalam teks dramatik dan teks pertunjukan sehingga tema persaudaraan, kegotong-royongan, ikatan perkawinan dalam bingkai multikultural dan lintas budaya termanusiakan. (rud)