MAKASSAR,UJUNGJARI.COM–Tahapan pendaftaran calon legislatif akan berlangsung 1 – 14 Mei 2023. Sejumlah tokoh atau bakal calon mulai memasukkan dokumen pendaftaran ke masing-masing partai pilihannya.

Tidak ketinggalan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Turatea (PP KKT) Jeneponto Abdul Rachmat Noer ikut mendaftar sebagai Caleg Partai Demokrat untuk DPRI RI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rachmat menjadi Bacaleg DPR RI Dapil Sulsel 1 meliputi wilayah Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Selayar. Tahun ini Rachmat yang berkarier di salah satu BUMN terbesar akan memasuki masa pensiun.

Rachmat selain dikenal sebagai tokoh masyarakat Jeneponto juga dikenal sebagai aktivis Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Berbagai posisi jabatan pernah dia emban di organisasi persyerikatan Muhammadiyah, mulai dari organisasi otonomi (Ortom) seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pemuda Muhamadiyah maupun sebagai pimpinan Muhammadiyah mulai dari tingkat Cabang, Daerah hingga Wilayah.

Rachmat juga dikenal sebagai alumni Fakultas Ekonomi Unhas yang memiliki jaringan bisnis yang luas dan sukses merintis kariernya di BUMN. Saat ini, Rachmat menjabat Wakil Ketua Umum IKAFE Unhas, organisasi alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Pilihannya pada Partai Demokrat bukan tanpa alasan. Menurut Rachmat, Partai Demokrat punya pengalaman memenangkan Pemilu Legislatif dan Pilpres. Selain itu Partai Demokrat telah memiliki pengalaman dalam mengelola konflik.

Selain kedua faktor diatas, Rachmat melihat Partai Demokrat memiliki visi dan misi yang sama dengan dirinya. Saya merasa cocok dan merasa berada dirumah sendiri saat berjuang bersama Partai Demokrat. Partai Demokrat satu-satunya partai nasionalis religius, ujar mantan Wakil Bendahara Pimpinan Wilayah Sulsel 2015 – 2020.

Rachmat bertekad kelak setelah terpilih menjadi legislator akan berkhidmat untuk memperjuangkan kemajuan daerah Sulsel, kepentingan rakyat. Ia juga berkomitmen untuk memajukan perekonomian daerah dan negara.

“Saya kasihan melihat nasib tenaga pendidikan seperti guru honor dan kontrakan yang gajinya sangat kecil. Juga terhadap tenaga honor kesehatan yang nasibnya tidak jauh berbeda dengan guru honor,” ujar Rachmat. (bs)