MAKASSAR, UJUNGJARI–Seorang pelajar MS (16) yang menjadi korban pengeroyokan seniornya di SMAN 2 Makassar masih menjalani perawatan intensif. Bahkan, kedua orangtua serta keluarga korban masih menyimpan trauma.
Bagian dahi di kepala MS retak yang menurut dokter harus dilakukan operasi untuk mengetahui secara pasti kerusakannya. Selain itu, tulang hidung korban juga bergeser, diduga akibat benturan benda keras yang digunakan para pelaku memukul korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kondisi korban lantas membuat orang tuanya begitu terpukul dan tidak bisa menerima peristiwa yang dialami sang anak. Belum lagi kasusnya sampai sekarang belum juga selesai.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, sejauh ini penyidik di Satresktim Polrestabes Makassar sudah menetapkan sebanyak empat tersangka. Dan kabarnya masih akan ada tambahan tersangka lagi selanjutnya.
Salah satu tersangka RF (18) yang berkasnya telah P21 serta masuk tahap dua di Kejari Makassar pun akhirnya mendapatkan kepastian hukum. Orang tua korban ternyata setuju untuk berdamai dan memaafkan pelaku.
Hanya saja orang tua korban meminta kepada RF untuk membantu sang anak mendapatkan keadilan. Ia ingin semua pelaku yang diduga telah melakukan pengeroyokan diungkap dan bertanggung jawab atas perbuatan mereka.
“Saya mau agar RF mau berkata jujur, membuka semua siapa saja pelakunya.
RF dengan besar hati sudah menjelaskan semua kalau ada sembilan pelaku. Setelah disebutkan para pelaku itu, mungkin bisa menjadi dasar untuk proses hukum lainnya,” ujar ayah korban, Anto, Senin (20/03/2023).
Sebagai orang tua korban, Anto sangat berharap proses hukum yang sedang berjalan demi mengungkap dan mengadili para pelaku pengeroyokan anaknya bisa secepatnya diusut tuntas. Hal itu lantaran sudah hampir enam bulan lamanya kasus ini diusut namun masih belum ada titik terangnya.
Sejauh ini sembilan pelaku sebagaimana fakta yang disebutkan RF, dan baru empat orang yang dijadikan tersangka. Selebihnya masih berstatus saksi yang terperiksa.
“Saya mau bagaimana bisa kasus ini terbuka dan terang, supaya anak saya mendapat keadilan. Karena akibat penyerangan dan pengeroyokan, anak saya mengalami cacat permanen. Ada retak di bagian kepalanya dan bagian tulang hidungnya ada pergeseran,” harapnya.
RF sendiri telah mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada orang tua korban di hadapan jaksa dalam proses restorative justice yang berlangsung di Kantor Kejari Makassar, Jalan, Amanagappa, Senin, 20 Maret.
Dengan rasa penuh penyesalan RF berjanji akan membantu korban untuk mendapatkan keadilan. Ia lalu menceritakan dengan detail bagaimana proses pengeroyokan yang diketahui terjadi pada Rabu, 21 September 2022 itu.
RF berujar bahwa awal persitiwa tersebut terjadi memang dilatarbelakangi adanya ketersinggungan antara siswa kelas duabelas dengan kelas sebelas SMAN2 Makassar. Oleh karena sebuah coretan di dinding.
Coretan di dinding yang dimaksud adalah sebuah tulisan angka 2023 yang menjadi simbol bahwa angkatan RF sebentar lagi lulus sekolah. Namun, siswa kelas sebelas yang merupakan angkatan korban mengubah tulisan itu menjadi 2024.
“Ini anak-anak kelas duabelas temanku semua tersinggung karena anak-anak kelas sebelas temannya MS (korban) ganti tulisannya teman angkatanku. Diganti angka tiga menjadi angka empat,” ujar RF ditemui di Kantor Kejari Makassar, kemarin.
Ketersinggung RF dkk akhirnya berakhir pada dugaan tindak pidana penganiayaan yang dialami korban. Korban MS dikeroyok hingga mengakibatkan luka fisik serius di tubuhnya.
“Saya sendiri waktu itu sedang olah raga main volly, terus saya lihat teman angkatan kumpul, dekat tempat kumpulnya anak-anak kelas sebelas. Saya lalu ke sana, nimbrung juga sama angkatanku. Saya dengar di situ temanku mancing-mancing kayak mau ribut, teriak-teriak yang mengarah ke anak-anak kelas sebelas,” kata RF menceritakan awal mula kejadian pengeroyokan tersebut.
Lanjut dia, setelah dari situ teman-temannya bergeser ke arah belakang sekolah, tepatnya di samping masjid tempat mereka anak kelas duabelas biasanya bekumpul. RF sendiri tidak ikut, dia kembali ke kelas.
“Saya kemudian dapat pesan, saya dipanggil ikut ke sana. Dan memang waktu saya datang pembicaraan di situ kalau kita mau pukul anak kelas sebelas, tetapi bukan ada sasarannya seperti korban memang yang diincar, bukan,” ungkapnya.
RF di sana sempat melihat bagaimana teman-temannya tengah bersiap untuk melakukan penyerangan, memukul siapapun siswa kelas sebelas yang dilihatnya. Sebagian dari mereka mengenakan jaket hodie layaknya gengster yang ingin menutupi identitasnya saat menyerang.
“Kita keluar mi ramai-ramai dari samping masjid menyisir cari anak kelas sebelas. Waktu itu memang tidak ada guru lagi sepi. Nah ini teman-temanku lihat ada korban sama teman-temannya kumpul, tapi yang jarak dekat itu memang korban-ji, makanya yang akhirnya dikeroyok parah itu korban,” bebernya.
Sebagaimana pengakuan yang ia sampaikan di hadapan jaksa dan orang tua korban. Para pelaku yang melakukan aksi pengeroyokan berjumlah sembilan orang.
Selain dia, ada temannya yang masing-masing berinisial RJ, FR, AK, AJ, DK, FD, RK, dan RZ. Semuanya kelas duabelas yang masih berstatus anak di bawah umur.
“Sebenarnya waktu kumpul-kumpul ada banyak lebih dari sepuluh sebelum menyerang, tapi yang saya tau ikut lakukan pemukulan ada sembilan orang,” terangnya. (*)