MAKASSAR, UJUNGJARI– Seorang siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 11 Makassar berinisial GND (17), menjadi korban pengeroyokan yang dilakukan oleh rekan sekolahnya. Dari kejadian itu korban menderita lebam pada bagian kepala, wajah, punggung, pinggang, telapak tangan serta kedua kakinya.
Idiamin Sartian yang merupakan ayah korban setelah mengetahui anaknya dikeroyok, kemudian mendatangi sekolah anaknya dengan maksud mencari tahu penyebabnya. Namun setibanya tak satu pun siswa maupun guru sekolah memberikan informasi.
Kendati begitu berusaha mencari tahu penyebab pengeroyokan anaknya. Alhasil. Idiamin pun mendapat sebuah rekaman Video. Dalam video itu rupanya sebuah peristiwa pengeroyokan anaknya.
Video itu tampak di dalam area sekolah dalam situasi gaduh sejumlah siswa melakukan pemukulan. Ada siswa diantaranya dalam kondisi roboh akibat mendapat penyerangan, siswa itu berusaha bangkit. Namun tetap saja mendapat pukulan bertubi-tubi. Ada pula siswa dalam pengepungan.
Usai Idiamin melihat video tersebut, ia pun langsung melaporkan peristiwa menimpa anaknya itu di Mapolsek Tamalate.
“Saya sudah melaporkan peristiwa pengeroyokan yang dialami anak saya. Anak saya menderita luka disekujur tubuhnya, tidak hanya anak saya yang jadi korban pengeroyokan dilakukan oleh kakak kelasnya. Tapi ada pula rekannya yang lain. Dan saya melaporkan peristiwa ini agar tidak ada lagi korban berikutnya,” ungkap Idiamin, dalam, Senin (20/3/2023)
Idiamin menjelaskan, bermula peristiwa pengeroyokan dialami korban (anaknya), pada Jumat 18 Maret 2023 saat korban hendak pulang, ia terkejut kaget melihat rekannya dikeroyok oleh oknum kakak kelasnya.
“Korban kala itu hendak pulang, ia melihat rekannya dikeroyok oleh oknum kakak kelasnya, korban berusaha menghindar saat dipanggil oleh pelaku. Namun korban yang berusaha menghindar tiba-tiba dipegang oleh pelaku seketika itu korban dikeroyok. Korban yang terlepas dari cengkraman pelaku dan berusaha menyelamatkan diri menuju ke ruang guru dan belum sampai ke ruang guru korban lagi-lagi di keroyok. Akibatnya korban menderita lebam pada bagian tubuhnya,” jelas Idiamin mengutip keterangan korban.
Sementara ibu korban bernama Darmawati mengemukakan, sebelum peristiwa pengeroyokan itu terjadi, korban sebelumnya menyampaikan gurunya bahwa dirinya merasa takut lantaran kakak kelasnya akan memukulinya.
“Anakku (korban), pernah menyampaikan gurunya jika dirinya takut dengan kakak kelasnya akan memukulinya tanpa sebab. Namun gurunya mengabaikan penyampaian korban. Mestinya guru ketika siswanya sudah menyampaikan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Itu diantisipasi. Tapi gurunya mengabaikan penyampaian siswanya. Bahkan dalam video rekaman tersebut diduga oknum gurunya yang merekam,” katanya.
Menurut informasi yang diperoleh Darmawati menyebutkan aksi pengeroyokan dilakukan oknum kelas III SMU Negeri 11 bukan kali pertama terjadi. Namun sudah menjadi tradisi di sekolah tersebut.
“Masa sih pengeroyokan sampai mengakibatkan siswa kelas 2 jadi korban penganiayaan dijadikan tradisi sementara negara kita ini negara hukum. Memangnya sebuah tradisi penganiayaan dilakukan itu kebal hukum. Nah kalau hal ini terus dilakukan siswa kelas 3 terhadap adik kelasnya tentunya sangat mencoreng dunia pendidikan,” cetusnya. (ish)